Kamis, 02 April 2020

infeksi hypodermal dan nekrosis hematopoietik

INDIKASI PENYAKIT


Nama                           :   IHHN atau infeksi hypodermal dan nekrosis hematopoietik
Tanda-tanda klinis     : pada juvenil menyebabkan ‘runt-deformity syndrome’ (RDS) dengan tidak stabilnya pertumbuhan dan berat udang serta terhambatnya pembentukan karapas. Udang yang terinfeksi akan berenang ke permukaan air, diam tidak bergerak kemudian berputar dan tenggelam ke dasar. Perilaku ini mungkin dapat berulang hingga terjadi kematian.
Metode diagnosa        :   Nampak kecacatan pada bagian perut udang dan moncong. Sebaiknya dikonfirmasi dengan membawa sampel udang untuk dilakukan pengecekan lebih lanjut di laboratorium menggunakan uji histopatologi dan real time PCR.


dampak IHHNV. sumber: catatandokterikan.com



Dampak IHHNV. sumber: vinnbio.com

A.    Patogen
Nama                :   Infectious Hypodermal Haematopoietic Necrosis Virus (IHHNV) dari famili Parvoviridae.
Tipe patogen    :   Virus
Sinonim            :   -
Karakter          :   virus ini memiliki ukuran rata-rata diameter tubuh sekitar 22 nanometer. IHHNV merupakan virus dengan rantai tunggal DNA. Organ target dari virus ini adalah hipodermis, hemosit, organ hematopoetik dan jaringan penghubung. Virus ini termasuk dalam jenis parvovirus kategori C-1, yaitu kategori yang dapat menyebabkan kematian massal dan dapat menyebar dalam suatu wilayah serta sulit untuk disembuhkan.
B.     Dampak Patogen
  v  Toksisitas:
Saat virus ini menjangkit udang atau inangnya, dampak yang terjadi pada udang adalah menurunnya nafsu makan pada udang, terjadinya kanibalisme, dan meningkatkan kematian udang. Pada saat postlarva (PL) dan juvenil, kematian dapat meningkat hingga 80-90% dalam dua minggu. IHHNV efeknya cukup rendah pada udang dewasa, tetapi pada post-larva dan juvenil dapat menyebabkan kematian massal. Sering juga terjadi tidak terjadi kematian tetapi menyebabkan udang berukuran kecil pada saat panen.
  v  Faktor pre-disposing:
Pemilihan benih udang yang kurang tersertifikasi dan kurangnya menjaga kualitas air dapat memicu penyakit ini muncul pada udang anda.
  v  Transmisi:
virus ini dapat menginfeksi lewat peristiwa kanibalisme sesama udang, dapat ditularkan adanya kontak dengan individu yang membawa atau terkana virus. Dapat ditularkan juga dari indukan ke anakannya. Virus juga dapat ditransmisi melalui air yang didalamnya terdapat udang yang terinfeksi IHHNV.
  v  Epidemiologi:
Penyakit ini terjadi di Ekuador, India, Indonesia, Malaysia, Filipina, Peru, Taiwan, China, dan Thailand. Awal diidentifikasi pada 1981 di Hawaii.  
  v  Inang atau vektor:
Dapat terjadi kemungkinan menyebar ke negara lain melalui sistem ekspor benih ataupun manajemen kualitas air yang kurang baik, beberapa jenis udang budidaya (Penaeus vannameiPenaeus stylirostrisPenaeus occidentalisPenaeus monodonPenaeus semisulcatusPenaeus califormiensis, dan Penaeus japonicus).
  v  Dosis infeksi:
Belum ada data.
  v  Periode inkubasi:
Setelah terinfeksi penyakit ini mulai terlihat jelas 35 hari pasca tebar dan durasi inkubasi virus ini 5-14 hari setelah terjadi kontak dengan virus.

C.    Stabilitas Dan Viabilitas
  v  Kerentanan terhadap obat:
Belum ditemukan
  v  Kerentanan terhadap desinfektan/probiotik:
Belum ditemukan
  v  Inaktivasi fisik:
Belum ditemukan

D.    Penanganan
  v  Peringatan dini:
Metode paling memungkinkan adalah melihat secara fisik, terdapat kecacatan pada benih atau tidak.
  v  Pencegahan:
Kontrol terbaik adalah pencegahan dengan memilih benur yang bebas IHHNV atau specific Pathogen Free (SPF). Selain itu menjaga kualitas air tambak selama budidaya merupakan faktor penting dalam pencegaha terhadap virus ini.
  v  Pengobatan: -
  v  Eradikasi:
Adanya manajemen kualitas air yang baik dan terkontrol. Seperti batas kisaran DO optimal untuk udang vannamei yang berkisar 5-9 ppm dan kisaran suhu optimum yaitu 28-32 derajat celcius. Ada pula monitoring kualitas air berkala secara mingguan seperti pengukuran parameter TAN, NH3, alkalinitas total dan HCO3. 
E.     Regulasi Dan Informasi Lain
Belum ditemukan.

Referensi
Baticados, M.C.L. 1998. Disease. In: Biology and Culture of Penaeus monodon. SEAFDEC Aquaculture Department. pp: 139-178. FAO Fisheries Technical Paper 402/2.
Ganjoor, M. 2015. A Short Review on Infectious Viruses in Cultural Shrimps (Penaeidae Family). Journal of Fisheries Science. 9 (3): 9-33.
Infectious hypodermal and haematopoietic necrosis (IHHN) virus, Aquatic Animal Diseases Significant to Australia: Identification Field Guide 4th Edition Australia Government.
Mulyadi, M., C. R. Handayani, H. P. Kusumaningrum, dan A. Budiharjo. 2013. Prediksi Resistensi Udang Vaname (Litopenaus vannamei) terhadap Infectious Hypodermal and Hematopoietic Necrosis Virus (IHHNV) dari Tambak Intensif dan Semi Intensif Jepara Menggunakan Marka RAPD. BIOMA. Vol. 15, No. 2 : 73-80.
Lightner, D.V. and R.M. Redman. 1998. Strategies for the Control of Viral Disease of Shrimp in the Americas. Fish Pathology. 33 (4): 165-180.
Lotz, J.M. 1997. Special Topic Review: Viruses, Biosecurity and Specific Pathogen-free Stocks in Shrimp Aquaculture. World Journal of Microbiology & Biotechnology. 13: 406-413.
Rodriguez, S.A.S., B. Gomez-Gil, and A. Roque. 2009. Shrimp Disease and Molecular Diagnostic Methods.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar