Senin, 20 April 2020

PENANGANAN UMPAN HIDUP ALAT TANGKAP POLE AND LINE


PENANGANAN UMPAN HIDUP
ALAT TANGKAP POLE AND LINE



Penangkapan ikan cakalang dengan pole and line harus menggunakan umpan hidup. Umpan harus ditangani dengan baik agar bertahan hidup sampai digunakan. Umpan mulai ditangani dari pengambilan sampai disimpan dalam palka sirkulasi. Sumber umpan kapal pole and line umumnya berasal dari bagan, dan sebagian kecil purse seine, dari alat tangkap jaring bouke ami yang , dibawa bersama dalam kapal pole and line

a. Jenis dan Ukuran Umpan Hidup
  •  Jenis umpan hidup yang digunakan, umumnya adalah kelompok Teri ( sp)
  •  Dalam sekali operasi penangkapan jumlah umpan yang digunakan antara -20 ember 5 (one day trip) Dengan k . apasitas ember yang digunakan 25 . – 50 liter

b. Pengambilan dan Penyimpanan Umpan Hidup
  • Untuk menghindari resiko kematian ikan karena luka, kehilangan sisik, dan stress pada saat pengambilan umpan dari bagan, maka gunakan serok ceper (yang dimensinya tidak dalam) untuk menghindari ikan umpan menumpuk
  • Atau gunakan ember untuk mengambil ikan umpan yang berisi air laut, dan tempatkan ikan umpan dengan cepat tapi hati-hati ke dalam palka

c. Palka penyimpanan umpan Ikan Hidup
  • Palka penyimpanan umpan harus memiliki sistem sirkulasi (saluran pemasukan dan pengeluaran air) yang baik, agar umpan dapat tetap hidup dalam jangka waktu yang lama dengan mortalitas yang sedikit

Pengambilan umpan hidup dari bagan


Penyimpanan umpan hidup ke dalam palka
  •  Ukuran kapal p l dari Sinjai- ole and ine Sulawesi Selatan sebesar 29 GT, terdapat 30 lubang di dasar palka untuk sirkulasi dengan ukuran palka: lebar alas 2 m,tinggi 1,5 m, panjang 5 m.
  • Ukuran kapal di Flores 6-20 GT, terdapat 16 lubang di dasar palka untuk sirkulasi dengan ukuran palka: lebar alas 1,5 m, tinggi 1,8 m, panjang 3 m
  •  Jika pal a sudah terisi umpan hidup, maka kapal harus terus dijalankan untuk sirkulasi air laut dalam palka
  • Memas ng lampu penerang a an pada palka umpan bekas (5 watt dibungkus pelampung) yang tidak terlalu terang


Sumber : wwf, 2015. Better Management Practices | PERIKANAN POLE AND LINE CAKALANG

OPERASI PENANGKAPAN ALAT TANGKAP POLE AND LINE


OPERASI PENANGKAPAN
ALAT TANGKAP POLE AND LINE




  • Penangkapan dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu memburu gerombolan ikan berdasarkan tanda-tanda alam yang dilihat oleh bouy-bouy, seperti riak-riak air atau gerombolan burung atau gerombolan lumba-lumba, hiu, dan paus. Untuk memudahkan proses pemburuan dapat menggunakan alat bantu berupa teropong. Cara menangkap di yang kedua adalah dekat . rumpon


  •  Aktivitas penangkapan dilakukan pada pagi 0 hingga sore hari ( 5.30) (terbenam matahari). Setting penangkapan dapat dilakukan beberapa kali, waktu terbaik adalah saat pagi hari mulai jam 05.30 - 09.00 mulai jam 04.00 - dan sore hari 06.00 Pagi dan sore mengejar ikan . kemudian memancing. Pada siang hari memancing di dekat rumpon (menarik ikan keluar dari bawah rumpon).

Ilustrasi gerombolan ikan dan pemancing

  • Pemancing yang berpengalaman paling berada disudut kiri dan kanan l, kapa sedangkan berada pemancing lainnya diantara atau sebelah si pemancing yang berpengalaman, pada lokasi tempat pemancingan ( ) flying deck


  •  Set lah gerombolan ikan sudah terlihat, maka kapal bergerak mendekat secara perlahan, sementara buoy-buoy  mengaktifkan  sprayer (semprot air) sambil melemparkan umpan kearah gerombolan ikan, sehingga ikan cakalang  naik keatas permukaan air.

buoy-buoy siap melempar umpan kearah gerombolan ikan

  •  Buoy-buoy akan melempar umpan mulai dari lambung kapal (bagian tengah) sampai ke arah haluan (depan kapal), sehingga ikan cakalang akan terkumpul di haluan. Pemancingan dimulai, yang diawali oleh pemancing paling berpengalaman.
  •  Kapal bergerak sangat pelan dengan mesin menyala, arah kapal membelakangi angin atau berlawanan dengan arah arus, untuk mengikuti gerombolan ikan cakalang. Pada saat itu, tetap sirkulasi air palka umpan hidup.
  • Proses pemancingan dan pemberian  umpan terus dilakukan hingga tidak ada lagi hasil tangkapan Kuantitas pelemparan . umpan menyesuaikan dengan estimasi jumlah gerombolan ikan yang sedang dipancing. Jika jumlah ikan telah berkurang maka intensitas pelemparan umpan dikurangi juga.
  • Lakukan pencatatan Logbook pada saat selesai melakukan pemancingan, dan catat sesuai panduan pada Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan nomor 48/ Tahun 2014


Sumber : wwf, 2015. Better Management Practices | PERIKANAN POLE AND LINE CAKALANG


Jumat, 17 April 2020


MEMASANG UMPAN CACING PADA KAIL


 


Cacing di kail Anda tidak akan ada gunanya jika ia terus bergerak-gerak setiap kali Anda pasang. Dapatkan hasil maksimal dari umpan cacing Anda dengan mengikuti cara-cara berikut. Anda akan belajar bagaimana memasang cacing Anda dengan cepat dan mudah sehingga ia tetap di mata pancing sampai Anda mendapat "gigitan" yang ditunggu-tunggu!

Cara Memancing Cumi Cumi


CARA MEMANCING 
CUMI CUMI


Memancing adalah aktivitas seru untuk berinteraksi dengan alam, dan memancing cumi-cumi adalah kegiatan sangat menyenangkan, baik untuk pemancing pemula atau yang sudah berpengalaman. Namun, aktivitas ini cukup menantang karena cumi-cumi senang bersembunyi di area berumput dan bisa menyemburkan tinta saat merasa terancam. Dengan menyiapkan alat yang benar, memilih lokasi dan waktu yang tepat, serta menguasai beberapa teknik, Anda bisa menangkap banyak cumi-cumi dalam waktu singkat.

Kamis, 16 April 2020

MENGOPERASIKAN RAWAI TETAP


MENGOPERASIKAN RAWAI TETAP

1.    Spesifikasi Alat Tangkap
Alat Tangkap Rawai Tetap pada dasarnya hampir sama secara dengan rawai hanyut namun yang membedakan adalah ukuran tali, pancing serta pengoperasiannya.
Rawai dasar adalah suatu alat tangkap yang berbentuk tali panjang yang dibentangkan secara horizontal, pada tali panjang (tali utama) diikatkan tali-tali cabang secara vertikal dan diberi mata kail. Untuk mengetahui adanya alat tangkap di perairan digunakan tanda dengan bantuan pelampung yang dihubungkan oleh tali pelampung. Jenis rawai dasar yang telah umum dikenai berdasarkan jenis ikan tujuan penangkapan adalah rawai kakap dan rawai cucut.
Satu unit dalam penangkapan dengan menggunakan rawai dasar (Bottom Long Line) dinyatakan dalam basket, satu basket terdiri atas tali pelampung, tali utama dan tali cabang. Jumlah tali cabang dalam setiap tali utama bervariasi tergantung dari ketersediaan bahan dan kebiasaan nelayan membuatnya pada kesempatan ini akan dibuat satu basket terdiri dari satu tali utama dengan 40 tali cabang. Bahan yang digunakan untuk tali utama menggunakan tali PE No. 5 sedangkan tali cabang menggunakan bahan monofilament PA No. 1500. Untuk mata pancing menggunakan mata pancing SST No. 5. Untuk menghubungkan tali cabang dengan tali utama menggunakan teknik simpul dan snap. Tali pelampung menggunakan tali PE No. 5. Panjang tali cabang ± 1 m, setiap sepuluh tali cabang diberikan pemberat. Pemberat menggunakan bahan yang ada di alam yaitu batu yang diikatkan sedemikian rupa agar mudah untuk dilepaskan


Sketsa Alat Tangkap Rawai Tetap

INDIKASI PENYAKIT
White feces disease atau penyakit berak putih atau penyakit WF

Tanda-tanda klinis  : Munculnya kotoran udang berwarna putih yang mengambang di air atau ada di ancho, saluran hepatopankreas (di bagian perut yang biasanya penuh terisi makanan) mengecil dan berwarna keputihan, usus kosong, nafsu makan dan laju pertumbuhan menurun. Udang yang terinfeksi akan berwarna lebih gelap (terutama pada insang) dan lemas.
Metode diagnosa     :  Melihat tanda-tanda yang muncul dan dapat diklarifikasi dengan membawa sampel udang ke laboratorium untuk dilakukan uji menggunakan metode PCR.

INDIKASI PENYAKIT


INDIKASI PENYAKIT
Infectious Myonecrosis atau infeksi myonekrosis atau lebih akrab disebut dengan penyakit Myo



Tanda-tanda klinis  :  Ciri-ciri udang di tambak jika terkena myo adalah udang pucat, kemudian memerah di bagian ruas bawah sampai ekor. 
Metode diagnosa     :  Udang mengalami kram pada jaringan otot, lalu pada segmen badannya terdapat seperti gumpalan awan putih. Jika sudah parah, jaringan otot akan mati dan berwarna merah.


Sumber : ISW Group

Rabu, 15 April 2020

ALAT TANGKAP JALA JATUH ( CAST NET )


ALAT TANGKAP JALA JATUH ( CAST NET )




Adapun bagian – bagian jaring terdiri dаrÑ– bеbеrара kisi jaring. Pengembangan alat tangkap cast net уаng semula merupakan alat tangkap bouke ami tentunya аkаn mempengaruhi metode penangkapannya

FORMALIN BAHAN PENGAWET BERBAHAYA



FORMALIN BAHAN PENGAWET BERBAHAYA


 1. Penanganan Pasca Panen
Syarat utama dalam mengolah ikan adalah tersedianya bahan baku yang bermutu tinggi. Karena bahan baku yang bermutu rendah tidak akan dapat menghasilkan produk yang bermutu tinggi. Tidak ada satu cara apapun yang dapat mengubah bahan baku yang bermutu rendah menjadi produk bermutu tinggi. Terlebih lagi bahwa ikan merupakan bahan pangan yang mudah rusak (Highly perishable).

Selasa, 14 April 2020

OTAK-OTAK BANDENG


OTAK-OTAK BANDENG






Otak-otak bandeng merupakan salah satu olahan diversifikasi dari bahan dasar ikan bandeng. Prinsip dasar dari pengolahan otak-otak adalah mengeluarkan daging dan duri dari tubuh ikan kemudian dipisahkan dari kulitnya. Duri ikan dibuang, sementara kulitnya dijadikan sebagai pembungkus otak-otak. Daging ikan digunakan sebagai bahan dasar untuk pembuatan otak-otak bandeng.

BANDENG ASAP



BANDENG ASAP




Bandeng asap merupakan salah satu produk perikanan yang telah lama dikenal. Semula, sebelum ada produk bandeng cabut duri, bandeng yang diproduksi sebagai bandeng asap adalah yang masih memiliki duri. Namun, saat ini bandeng yang digunakan sebagai bahan untuk bandeng asap bisa menggunakan bandeng yang sudah dicabut durinya. Unsur yang paling berperan dalam pembuatan bandeng asap adalah asap yang dihasilkan dari pembakaran kayu. Pengasapan akan menghasilkan efek pengawetan yang berasal dari beberapa senyawa kimia yang terkandung di dalam kayu tersebut. Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa lebih dari 400 senyawa kimia, khususnya alcohol, aldehid, ester, furan, lakton, fenol, serta asam-asam organik seperti asam semut dan asam cuka. Komponen asap tersebut dapat dijadikan sebagai sumber aroma, warna, antimikroba, dan antioksidan.

PENYIANGAN IKAN BANDENG


PENYIANGAN IKAN BANDENG




Hal pertama yang harus dilakukan dalam proses penyiangan adalah mencuci semua bandeng yang akan diolah menggunakan air dan es. Tujuannya adalah untuk membersihkan ikan bandeng dari kotoran tanah dan lumpur. Selanjutnya, ikan bandeng disiangi dengan cara membersihkan kotoran dan isi perut ikan dengan cara membelah menjadi bentuk kupu-kupu.
Diperlukan kehati-hatian dalam membersihkan isi perut bandeng untuk menghindari pecahnya empedu. Bila empedu pecah, akan membuat rasa ikan menjadi pahit. Ada beberapa pengolah bandeng yang membuang insang. Namun, sebagian lagi ada yang membiarkannya dengan anggapan bahwa insang bisa dijadikan sebagai penyangga bentuk agar penampakan produk terlihat lebih menarik.
Pada dasarnya, tahap-tahap penyiangan bandeng adalah sebagai berikut :
  1. Ikan bandeng dibelah pada bagian punggung ( bentuk kupu-kupu ) dari mulai kepala sampai pada pangkal ekor, usahakan pengirisan tidak memotong tulang punggung.

Senin, 13 April 2020

PENCABUTAN DURI IKAN BANDENG


PENCABUTAN DURI IKAN  BANDENG




Bagi pemula, pencabutan duri memang pekerjaan yang tergolong sulit untuk dilakukan. Namun, dengan terus berlatih, pekerjaan ini akhirnya akan terasa mudah. Pengetahuan mengenai jumlah duri tersebut dapat digunakan untuk memastikan apakah duri pada bagian itu sudah tercabut semua. Oleh karena itu, sebaiknya jumlah duri yang telah dicabut dihitung sehingga duri yang ketinggalan bisa segera diketahui. Alat yang biasa digunakan untuk mencabut duri adalah pinset yang rucing.
Pencabutan duri dapat dilakukan secara berurutan sesuai tahapan tersebut atau bisa dengan melakukan dari bagian yang dianggap paling mudah sampai ke bagian yang dirasa paling sulit. Perabaan sebaiknya dilakukan untuk memastikan duri telah tercabut semua. Apabila masih terasa ada duri, segera diambil. Sebaiknya hal ini dilakukan berulang-ulang hingga duri betul-betul tercabut semua.

ALAT TANGKAP PANCING


ALAT TANGKAP PANCING




  1.      Pancing Ulur

Alat pancing ini paling sederhana karena hanya terdiri dari tali pancing, mata pancing dan umpan. Pada tali pancing dipasang satu mata pancing. Umpan yang digunakan adalah ikan mati, ikan hidup dan umpan hambur. Penangkapan tuna untuk perikanan skala kecil dengan pancing memiliki variasi umpan yang penggunaannya disesuaikan dengan waktu dan kondisi penangkapan di laut.

Variasi tersebut antara lain:
1. pancing ulur dengan umpan hidup
2. pancing ulur dengan umpan mati
3. pancing ulur dengan umpan buatan

Penangkapan dengan menggunakan pancing ulur dilakukan di area rumpon untuk menangkap ikan tuna yang berada pada kedalaman 100 m, atau dengan memotong jalur pergerakan tuna yang mencari makan di permukaan.

Umpan ikan hidup biasanya menggunakan cakalang, tongkol dan layang untuk penangkapan pada kedalaman lebih dari 80m. Kail disarankan untuk dikaitkan di punggung agar pergerakannya terlihat alami, serta memastikan bahwa umpan hidup lebih lama untuk terlihat dan ditangkap oleh ikan target tangkapan.


Umpan hambur atau Umpan Tobor

Rabu, 08 April 2020

Pengangkutan Ikan Hidup


Pengangkutan Ikan Hidup
Pengangkutan ikan hidup baik itu induk, benih dan ikan untuk kebutuhan konsumsi pada dasarnya adalah usaha menempatkan ikan pada lingkungan baru yang berbeda dengan lingkungan  asalnya disertai dengan perubahan-perubahan sifat lingkungan yang relatif mendadak dan akan sangat mengancam kehidupan ikan.Umumnya ikan konsumsi harganya akan lebih mahal jika didistribusikan dalam keadaan hidup. Keberhasilan mengurangi pengaruh perubahan lingkungan yang mendadak ini akan memberi kemungkinan untuk mengurangi  tingkat kematian, yang berarti tercapainya tujuan pengangkutan. Pada dasarnya, ada dua metode pengangkutan ikan hidup, yaitu pegangkutan  dengan menggunakan air sebagai media (system basah) dan pengangkutan   tanpa menggunakan  media air (sistem kering). Pada pengangkutan ikan hidup, beberapa hal yang harus diperhatikan diantaranya adalah :

  • Meningkatkan Suplai oksigen dengan cara mengganti udara dengan oksigen murni, meningkatkan  tekanan  oksigen   pada  wadah,  dan  mengurangi konsumsi oksigen rata-rata.
  • Mengontrol Metabolisme dengan cara mengurangi laju buangan metabolisme dan menetralisir atau membuang hasil metabolisme.
Sebelum dilakukan pengangkutan, ikan sebaiknya dipuasakan terlebih dahulu selama 48 jam. Hal ini bertujuan untuk mengosongkan  saluran pencernaan agar metabolisme menurun. Faktor yang sangat penting pada pengangkutan  ikan adalah tersedianya oksigen terlarut   yang memadai .Akan tetapi hanya dengan faktor ini saja tidak menjamin ikan akan berada dalam kondisi yang baik.  Kemampuan ikan untuk mengkonsumsi oksigen juga dipengaruhi oleh toleransi  terhadap suhu air, pH, konsentrasi CO2, akumulasi amoniak, ikan terlalu aktif, infeksi  bakteri, luka fisik akibat penanganan yang  kasar, dan faktor stress.

Selasa, 07 April 2020

INDIKASI PENYAKIT Yellow Head Disease


INDIKASI PENYAKIT

Yellow Head Disease atau kepala udang berwarna kuning





Tanda-tanda klinis  :  Hepatopankreas berubah warna menjadi kekuningan. Seperti nama penyakitnya, cephalothorax berwarna kekuningan dan membengkak.

Metode diagnosa     :  Ekor udang tampak kemerah-merahan disertai warna kuning menyala pada kepala udang dan warna insang pada udang berwarna pucat atau kecoklatan. Tanda-tanda ini bisa saja tidak muncul pada udang yang telah terinfeksi, sehingga penting untuk mengkonfirmasi diagnosa dengan pewarnaan insang dan pengecekan hemolimfa. Diagnosa lebih lanjut adalah mengunakan RT-PCR.
yellow head disease. sumber: isw.co.id

INDIKASI PENYAKIT Taura syndrome


INDIKASI PENYAKIT

Taura syndrome




Tanda-tanda klinis   :  Menginfeksi juvenil 0.15–5 g atau udang DOC 1–45. Udang yang terinveksi akan lemah dan mengalami disorientas. Biasanya terdapat bercak hitam pada bagian tubuh yang mengalami perubahan warna dan udang akan mengalami kematian. Seluruh permukaan tubuh berwarna kemerahan terutama bagian kipas ekor. Saluran pencernaan kosong. Kulit udang menjadi lembek dan mati saat terjadi molting.

Metode diagnosa     :  Diagnostik morfologi, histopatologi dan RT-PCR (sampel : hemolimfa, pleopod, dan insang)


Senin, 06 April 2020

INDIKASI PENYAKIT White Spot Disease


INDIKASI PENYAKIT

White Spot Disease atau bintik putih atau lebih familiar bagi petambak penyakit WS


Tanda-tanda klinis  :  Gejala klinis yang tampak pada udang yang terinfeksi berupa bintik putih, biasanya berbentuk lingkaran pada kulit dan terkadang disertai oleh kemerahan pada seluruh tubuh, hepatopankreas membesar dan berwarna putih kekuningan, hilangnya nafsu makan dan setelah beberapa hari udang tampak sekarat dan berenang di atas permukaan air di dekat pinggiran kolam.
Metode diagnosa     :  Diagnosa di lapangan dilakukan dengan melihat tanda-tanda klinis yang muncul dan dikonfirmasi pengujian sampel udang menggunakan PCR maupun teknik histopatologi di laboratorium.


INDIKASI PENYAKIT



INDIKASI PENYAKIT
Enterocytozoon hepatopenaei

Tanda-tanda klinis     Melambatnya pertumbuhan udang yang diindikasikan oleh perbedaan mencolok pada ukuran udang dalam satu kolam yang sama. Pada beberapa kasus tertentu, punggung udang mengalami perubahan warna putih khususnya di bagian pencernaannya seperti pada berak putih.

Metode diagnosa        :  Dapat dilakukan di laboratorium dengan uji real time PCR (gen target small subunit ribosomal RNA), hibridisasi in situ, loop-mediated isothermal amplification (LAMP), pembuatan sample histologi dari hepatopankreas udang.


Sumber : Parasitology Research



A.    Patogen
Nama              : Enterocytozoon hepatopenaei
Tipe patogen  : Fungi (termasuk parasit mikrosporadian)
Sinonim          : -
Karakter        : Merupakan parasit endemik Australasia (salah satu wilayah di Oceania) yang dapat menginfeksi udang vannamei budidaya di Asia. Spora berukuran 1.1 ± 0.2 hingga 0.6-0.7 ± 0.1 µm dan dapat bertahan dalam waktu lama dalam air. Berasosiasi dengan penyakit WFS dan biasanya ikut teramati pada udang yang positif terinfeksi WFS.

B.     Dampak Patogen
  v  Toksisitas: 
Saat parasit ini menyerang udang, bahaya yang ditimbulkan adalah perbedaan laju pertumbuhan pada udang, membuat laju pertumbuhan pada udang jadi melambat dan jika dibiarkan akan lanjut pada fase kematian, walaupun fase mortalitas penyakit ini tidak separah penyakit yang lain, tetapi tetap saja merugikan para petambak.
  v  Faktor pre-disposing: 
Berasosiasi dengan WFS dan lemahnya sistem biosekuriti di tambak.
  v  Transmisi: 
Dapat langsung disebarkan secara horizontal melalui peristiwa kanibalisme dan vertikal melalui indukan ke anakan. Selain itu karena spora dari parasit keluar bersama feses dari udang, maka diduga air dan dasar kolam berpotensi menjadi media infeksi. 
  v  Epidemiologi: 
Parasit ini pertama kali ditemukan pada udang windu dari Thailand. Penyakit tersebar luas ke wilayah Asia seperti China, Indonesia, Malaysia, Vietnam, India dan Thailand.
  v  Inang atau vektor: 
Walaupun tidak memerlukan vektor untuk penyebarannya, namun dalam penelitian didapati bahwa EHP positif pada anggota polychaeta (cacing)
  v  Dosis infeksi: 
Belum pasti. Namun, diagnosis dengan PCR mendeteksi EHP positif dalam dosis rendah dan tinggi.
  v  Periode inkubasi: 
3-4 minggu.

C.    Stabilitas Dan Viabilitas
  v  Kerentanan terhadap obat: 
Belum terdapat obat untuk menangani penyakit ini.

  v  Kerentanan terhadap desinfektan/probiotik: 
Belum terdapat probiotik untuk menangani parasit ini.

  v  Inaktivasi fisik: 
Spora tidak dapat diinaktivasi dengan pengeringan.

D.    Penanganan
  v  Peringatan dini: 
Kandungan spora parasit dapat di cek melalui uji laboratorium dengan real time PCR pada udang terinfeksi white feces serta pada udang fase juvenil dan post-larva.

  v  Pencegahan: 
Meningkatkan manajemen biosekuriti di kolam tambak dan dengan menjaga air tetap bersih bila perlu menyiapkan ketersediaan air bersih yang cukup. Selain itu yaitu mengurangi jumlah padat tebar udang.

  v  Pengobatan: 
Belum ada pengobatan untuk parasit ini.

  v  Eradikasi: 
Jika kolam terkena penyakit EHP, langkah yang dapat dilakukan untuk kolam adalah penginaktivasian atau pembersihan spora dari kolam dengan melakukan pemberian kapur atau CaO dengan perhitungan 6 ton/ha lalu dibajak kedalam tanah 10-12 cm lalu diberi air dan biarkan meresap. Biarkan selama 1 minggu sebelum pengeringan, pada saat itu pH tanah akan naik ke 12 dan selama beberapa hari akan turun ke keadaan normal karena menyerap karbon dioksida dan menjadi CaCO3.

E.     Regulasi Dan Informasi Lain
Belum ada informasi lanjut mengenai penyakit ini.


Referensi

Annisa Fitriah Faisa dan Adi Pancoro. 2018. Deteksi Dini Enterocytozoon hepatopenaei (EHP) pada Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) Menggunakan Metode PCR (Polymerase Chain Reaction). Jurnal Riset Akuakultur. 13 (3), 267-275.
Chiarahkhongman, P. 2013. Tambak Bersih Kurangi Berak Putih. Symposium Udang 2013 dalam TROBOS Aqua Edisi 86 (VII) tahun 2019.
Diseases of Crustaceans ─ Hepatopancreatic microsporidiosis caused by Enterocytozoon hepatopenaei (EHP). Australian Government.
Rajendran, R.V., Shivam, S., Praveena, P.E., Rajan, J.J.S., Kumar, T.S., Avunje, S., Jagadeesan, V., Babu, S.V.A.N.V.P., Pande, A., Krishnan, A.N., Alavandi, S.V., Vijayan, K.K. 2015. Emergence of Enterocytozoon hepatopanaei (EHP) in farmed Penaeus (Litopenaeusvannamei in India. Aquaculture. doi: 10.1016/j.aquaculture.2015.12.034
The Fish Site. Enterocytozoon Hepatopenaei (EHP) Diseases guide.