Tingkat
Kesegaran Ikan Sebagai Bahan Baku Olahan
Ikan merupakan salah satu bahan makanan yang mudah membusuk (ferishable),
hal ini dapat dilihat pada ikan-ikan yang baru ditangkap dalam beberapa jam
saja kalau tidak diberi perlakuan atau penanganan yang tepat maka ikan tersebut
mutunya menurun. Penanganan ikan basah harus dimulai segera setelah ikan
diangkat dari air tempat hidupnya, dengan perlakuan suhu rendah dan
memperhatikan faktor kebersihan dan kesehatan.
Sebagai bahan makanan secara umum disyaratkan bahwa bahan mentah yang
nantinya akan dimakan oleh manusia dalam keadaan segar maupun dalam bentuk
olahan, harus mempunyai kesegaran/kemurnian/ kualitas yang baik, ini
dimaksudkan karena dalam beberapa hal nilai gizi produk-produk perikanan lebih
tinggi/lengkap dibanding dengan hasil-hasil pertanian lainnya, dan bukannya
malah jadi sakit atau keracunan misalnya karena makan ikan yang sudah kurang
baik mutunya.
Ikan sebagai bahan mentah utama sesuai dengan keadaan ikan segar dapat
dibagi-bagi sesuai dengan kesegarannya (freshness), sebab tingkat
kesegaran ikan akan menentukan harga dan lamanya ikan itu disimpan (shelf
life) serta apakah ikan itu masih cukup baik untuk diolah lebih lanjut
(sebagai raw material).
Pengolahan/pengawetan ikan tingkat kesegaran ikan akan sangat menentukan
mutu produk akhir, bagaimanapun baiknya alat-alat/mesin-mesin pengolahan maupun
cara pengolahannya bila ikan dipakai sebagai bahan mentah sudah kurang segar
maka hasil olahannya tidak akan jadi lebih baik. Dikatakan bahwa dengan
diolah/diawetkan maka mutu produk akhir paling tinggi berada setingkat lebih
rendah dari mutu bahan mentahnya, sebab selama pengolahan ikan dipegang-pegang
(dengan tangan maupun mesin) dan dimasak serta dipanasi atau didinginkan
sehingga sebagai hasil/akibat dari segala pengerjaan itu adalah logis bahwa
ikannya akan lebih rendah mutunya.
Hasil perikanan setelah dipanen atau ditangkap, produk perikanan akan
mengalami serangkaian proses perombakan yang mengarah ke penurunan mutu.
Proses perombakan yang terjadi pada ikan dapat dibagi menjadi tiga tahap, yaitu
tahap pre rigor, rigor dan post rigor mortis. Pre rigor adalah tahap
dimana mutu dan kesegaran ikan sama seperti ketika masih hidup. Rigor mortis
adalah tahap dimana produk perikanan memiliki kesegaran dan mutu seperti ketika
masih hidup, namun kondisi tubuhnya secara bertahap menjadi kaku. Hingga tahap
rigor mortis, ikan dapat dikatakan masih segar. Namun memasuki tahap post
rigor mortis, proses pembusukan daging ikan telah dimulai.
Penurunan Mutu Pada Ikan (Deteriorasi)
Proses penurunan mutu melalui 4 tahap yaitu :
- Suatu
kondisi ikan dimana keluar lendir diseluruh kulitnya karena proses
Biokimia di luar tubuh.
- Rogor
mortis. Ditandai
dengan tubuh ikan yang kejang setelah ikan mati (rigor =
kaku, mortis = mati).
- Autolysis Ikan menjadi lemas
kembali setelah mangalami rigor. Autolysis (auto =
sendiri, lisis = penguraian) adalah proses penguraian
protein dan lemak oleh enzim yang terdapat di dalam daging ikan.
- Bacterial
Decomposition
Pada tahapan ini bakteri telah telah terdapat dalam jumlah yang sangat
banyak akibat perkembang biakan yang terjadi pada fase-fase sebelumnya. Bakteri
merusak ikan lebih parah daripada kerusakan yang diakibatkan oleh enzim.
- Tingkat
kesegaran ikan sebagai bahan baku :
Pemanfaatan hasil perikanan di Indonesia terdapat tiga golongan mutu bahan
baku, yaitu :
- Ikan
dengan mutu terbaik (paling segar), umumnya dijual dan masak dalam keadaan
segar, dalam arti bahwa pembeli ikan membawa pulang ikannya dan sampainya
di rumah lalu digoreng.
- Ikan
dengan mutu nomor dua, biasanya golongan ini lalu diolah jadi ikan pindang
yang pasarnya cukup luas terutama di Jawa Barat.
- Ikan
yang paling jelek atau yang sudah tidak laku lagi dijual segar maupun
sudah terlalu jelek untuk dipindang, golongan ini biasanya lalu
diolah/diawetkan sebagai ikan asin.
- Karakteristik
bahan baku secara organoleptik
Secara organoleptik bahan baku harus mempunyai karakteristik keseragaman
sekurang-kurangnya sebagai berikut:
a. Rupa dan warna : Bersih,
warna daging spesifik jenis ikan tuna
b. Bau : Segar
spesifik jenis, mempunyai bau rumput laut segar
1.
Daging : Elastis, padat dan kompak.
2.
Rasa : Netral agak manis
Sedangkan ciri-ciri ikan segar dan ikan busuk sebagai bahan baku
sebagaimana
Parameter
|
Ikan segar
|
Ikan busuk
|
Mata
|
Pupil hitam menonjol dengan kornea
jernih, bola mata cembung dan cemerlang atau cerah
|
Pupil mata kelabu tertutup lender
seperti putih susu, bola mata cekung dan keruh
|
Insang
|
Warna merah cemerlang atau merah
tua tanpa adnya lender, tidak tercium bau yang menyimpang (off odor)
|
Warna merah coklat sampai
keabu-abuan, bau menyengat, lendir tebal
|
Tekstur daging
|
Elastis dan jika ditekan tidak ada
bekas jari serta padat atau kompak
|
Daging kehilangan elastisitasnya
atau lunak dan jika ditekan dengan jari maka bekas tekanannya lama hilang
|
Keadaan kulit dan lendir
|
Warnanya sesuai dengan aslinya dan
cemerlang, lender di permukaan jernih dan transparan dan baunya segar khas menurut
jenisnya
|
Warnanya sudah pudar dan memucat,
lendir tebal dan menggumpal serta lengket, warnanya berubah seperti putih
susu
|
Keadaan perut dan sayatan daging
|
Perut tidak pecah masih utuh dan
warna sayatan daging cemerlang serta jika ikan dibelah daging melekat kuat
pada tulang terutama rusuknya
|
Perut sobek, warna sayatan daging
kurang cemerlang dan terdapat warana merah sepanjang tulang belakang sert
ajika dibelah daging mudah lepas
|
Bau
|
Spesifik menurut jenisnya dan
segar seperti bau rumput laut. Pupil mata kelabu tertutup lender seperti
putih susu, bola mata cekung dan keruh
|
Bau menusuk seperti bau asam
asetat dan lama kelamaan berubah menjadi bau busuk yang menusuk hidung
|
Standar Mutu Bahan Baku
Ikan dikatakan baik adalah
yang masih dalam kondisi segar. Kesegaran akan bisa dicapai bila dalam penganan
ikan berlangsung secara baik. Parameter untuk menentukan kesegaran ikan terdiri
atas faktor-faktor fisikawi, organoleptik, kimiawi, dan mikrobiologi
- Faktor Fisikawi, diantaranya adalah :
- Kenampakan luar, yaitu cerah, tidak suram,
normal, tidak cacat.
- Kelenturan daging ikan, yaitu daging lentur
apabila dibengkokkan, maka setelah dilepas segera akan kembali lagi ke
bentuk semula.
- Keadaan mata, perubahan kesegaran mata ikan akan
menyebabkan perubahan yang nyata pada kecerahan matanya.
- Keadaan daging ikan masih baik kesegarannya
daging kenyal, jika ditekan dengan jari maka bekasnya akan segera kembali.
Pada permukaan tubuhnya belum terdapat lendir yang menyebabkan kenampakan
ikan menjadi kusam dan tidak menarik.
- Keadaan insang dan sisik, pada ikan yang masih
segar warna insang merah cerah, sebaiknya jika ikan sudah tidak segar
warna insang coklat gelap. Untuk sisik pada ikan yang segar, sisiknya
masih melekat kuat dan tidak mudah lepas dari tubuhnya.
- Keadaan ruas badan atau ruas kaki, dalam keadaan
segar ruas badan atau kaki masih kuat, tidak mudah putus.
a)
Faktor Kimia
Ada beberapa cara secara kimiawi yang dapat digunakan untuk manentukan
kesegaran ikan, yaitu :
- Dengan memeriksa pH daging ikan. Ikan yang sudah
tidak segar dagingnya mempunyai pH tinggi daripada yang masih segar.
- Dengan menentukan kandungan hikposantin, makin
tinggi kandungannya maka kesegaran ikan semakin rendah.
- Dengan menentukan kadar dimetilamin,
trimetilamin, atau amonianya.
- Defosforilasi inosin mono fosfat (IMP), yaitu
perubahan cita rasa pada daging ikan.
- Melihat kerusakan lemak pada daging ikan,
kerusakan terjadi karena
- Dengan menentukan kandungan senyawa-senyawa
volatil lain, misalnya kandungan hidrogen sulfida, sulful dan amonia.
- Faktor Mikrobiologik
Disebabkan oleh mikroba,
semakin banyak mikroba terutama baktri akan cepat menjadi busuk, sehingga
diperlukan adanya suatu pengujian. Ada 2cara pengujian yaitu secara tepat dan
praduga ( perkiraan ). pengujian jumlah baktri secara tepat dapat dikerjakan
dengan metode penaburan atau istilah lainnya adalah pengujian TPC ( Total
Plate Count ). Pengujian secara praduga merupakan cara perhitungan
jumlah baktri berdasarkan kira-kira atau kisaran saja.
b)
Faktor Sensorik.
Cara ini menggunakan
panelis atau penguji yang telah terlatih dengan baik. Penentuan kesegaran ikan
dengan cara ini lebih banyak pada pengamatan visual. Yang digunakan sebagai
tolok ukur pada penentuan ini adalah kenampakan, warna, cita rasa, keadaan
jaringan dan kesegaran untuk mengetahui apakah ikan itu masih segar atau tidak.
Metode Pengujian Organoleptik
Pembagian metode organoleptik atas dua kelompok besar yaitu Difference
test (uji perbedaan) dan preferency test (uji
penerimaan). Adapun scalar test atau uji skalar
dan descriptive test atau uji diskriptif. Dua kelompok
pengujian pertama umumnya digunakan dalam penelitian, analisa proses dan
penilaian hasil akhir. Sedangkan dua kelompok terakhir untuk pangawasan mutu (Quality
Control)
- Difference test (Uji perbedaan)
Uji perbedaan digunakan untuk melihat apakah
ada perbedaan sifat sensorik antara dua contoh. Dari uji ini dapat dilihat
pengaruhnya dari bermacam-macam perlakuan, modifikasi atau pengaruh dari bahan
makanan dan bahan tambahan yang dipakai dalam produk tersebut. Untuk
mempertentangkan contoh-contoh yang di uji dapat mengunakan contoh pembanding
atau contoh baku. Tetapi dapat juga dilakukan tanpa contoh pembanding jika si
penguji hanya menginginkan hanya ada atau tidaknya perbedaan contoh tersebut.
Perbedaan ini bisa berada misalnya lebih kecil, sama atau lebih besar dari
contoh baku.
Dalam uji penelis diwajibkan mengingat
sifat-sifat contoh agar mampu membedakan dengan contoh yang lain. Dengan
demikian para panelis diharapkan punya nilai kepekaan yang tinggi dan konsisten
. Metode yang termasuk dalam uji ini diantaranya adalah :
- Uji Pasangan (Paired comparison test)
- Uji segi tiga (Triangle test)
- Uji Duo Trio
- Preference
test
Uji penerimaan menyangkut penelitian seseorang akan sifat atau kualitas
suatu bahan makanan yang menyebabkan orang tersebut menyenangi. Jadi panelis
mengemukakan tanggapan pribadi yaitu kesan senang atau tidak terhadap sifat
organoleptik yang dimiliki oleh produk tersebut.
Pada uji ini tidak ada contoh pembanding dan panelisnya justru dilarang
mengingat atau membayangkan contoh lain atau contoh yang diuji sebelumnya.
Tanggapan harus diberikan secara cepat dan spontan, bahkan tanggapan yang
diberikan tidak boleh ditarik walaupun setelah itu muncul keraguan-raguan.
Dengan demikian uji penerimaan dapat dilaksanakan dengan menggunakan panelis
yang belum terlatih atau berpengalaman.
Bentuk Uji Penerimaan hanya ada dua, yaitu :
- Uji Kesukaan ( Hedonic Test )
- Uji Mutu Hedonik :
Tingkat kesukaan disebut dengan skala hedonik dengan skala
hedonik dengan rentang skala yang dikehendaki misalnya sangat
suka, suka, agak suka dan tidak suka. Sedangkan uji mutu hedonik adalah uji
untuk menyatakan kesan tentang atau buruknya suatu produk sehingga timbul keputusan
diterima atau ditolak.
- Skalar Test
Uji skalar ini panelis diminta mencantumkan besaran kesan yang diperolehnya
dari produknya dari produk tersebut. Besaran ini dicantumkan dalam bentuk skala
numerik yang diikuti oleh diskripsi tentang produk tersebut secara singkat,
tepat dan sistematik, sesuai dengan spesifik masing-masing produk, sehingga
mudah dimengerti oleh panelis. Skala numerik ini bisa digambarkan dalam bentuk
garis, tetapi bisa muncul dengan bentuk angka. Uji yang termasuk dalam uji skalar
ini adalah :
- Uji Skor
- Uji Skoring ( Scoring Test )
- Descriptive Test
Uji descriptive ini agak berbeda dengan uji organoleptik sebelumnya, karena
dalam uji ini mulai ditinjau sifat-sifat sensorik yang dianggap paling peka dan
paling relevan terhadap mutu atau perubahan mutu komoditi. Dengan
demikian dalam pengujiannya masing-masing sifat sensorik atau atribut mutu
disajikan secara terpisah dan dinilai dalam bentuk tersendiri yang
ditransformasikan dalam bentuk grafik mejemuk.
Metode organoleptik harus dipakai dan diterapkan dalam berbagai usaha
perikanan terutama bidang perdagangan seperti pengolahan/
pengawetan/pemindangan. Standart ini disebut dengan SPI- KAN- PPO- 1978.
Metode pengujian yang dipakai dalam standar ini skoring (scoring test),
dengan menggunakan skala 1 (satu) sebagai nilai terendah dan angka 9
(sembilan) untuk nilai tertinggi, batas penolakan untuk produk ini adalah, 5
(lima) artinya bila produk perikanan yang diuji memperoleh sama atau lebih
kecil dari lima maka produk tersebut dinyatakan tidak lulus standar dan tidak
bisa memperoleh SME (Sertifikat Mutu Eksport), skala angka ini ditunjang dengan
spesifikasi masing-masing produk yang dapat memberikan pengertian pada panelis.
Skala angka dalam spesifikasi ini dicantumkan Score Sheet Organoleptik
yang kemudian panelis langsung memberikan penilaian pada Score
Sheet tersebut.
Ikan yang dinyatakan memiliki mutu baik atau segar memiliki nilai
organoleptik 7 ke atas sedangkan ikan yang tidak segar memiliki nilai
organoleptik 7 ke bawah. Contoh score sheet untuk penilaian
organoleptik dapat dilihat dibawah ini.
Cara pengujian organoleptik meliputi :
- Persiapan
Tahap persiapan ini sangat berperan dalam pengujian organoleptik, karena
segala sesuatunya harus sudah siap sebelum pengujian dimulai sehingga panelis
tidak terlalu lama menunggu untuk melakukan pengujian. Panelis harus sudah
diberitahu dan diharapkan datang pada waktunya sebelum pengujian dilaksanakan,
panelis jangan dibiarkan menunggu terlalu lama karena dapat menurunkan
antusiasme panelis dan dapat berakibat menurunkan tingkat kehandalan. Hal yang
perlu dilakukan adalah mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan, mulai dari
penyiapan contoh yang diujikan, peralatan yang diperlukan, penyiapan panelis
serta sarana lain yang dibutuhkan dalam pengujian.
- Penyiapan Panelis
Jumlah panelis di perusahaan sebaiknya sebanyak 5 orang, dengan jumlah
sekian itu sudah dapat dijadikan pertimbangan dalam penilaian organoleptik.
Waktu pengujian berkisar antara jam 11.00 - 12.00, hal tersebut disesuaikan
dengan jam kerja karyawan.
- Penyiapan Peralatan dan Bahan
Beberapa peralatan yang perlu disiapkan untuk pengujian organoleptik adalah
sebagai berikut:
- Lepek saji sebanyak 6 buah
- Bak cuci tangan sebanyak 2 buah
- Lap tangan sebanyak 2 buah
- Score sheet udang segar, beku, dan
produk setelah thawing
- Lembar laporan hasil penilaian
- Alat tulis dan kalkulator
Sedangkan bahan yang dibutuhkan dalam pengujian
organoleptik tersebut yaitu :
- Udang segar, diambil secara acak sebanyak 1
keranjang (± 25 kg) pada saat bahan baku baru saja tiba di lokasi
pembongkaran kemudian dicuci pada mesin cuci O
- Produk beku (HL), berupa udang beku bentuk block
- Produk setelah thawing, produk beku
yang dilelehkan (dicairkan dari lapisan es)
Cara penyajiannya yaitu mulai dari sampel ditempatkan pada wadah (lepek),
Selanjutnya pemberian kode sampel yang akan diuji, hal ini untuk membedakan
antara sampel satu dengan yang lain.
Sumber : http://www.pusdik.kkp.go.id/elearning/index.php/modul
Tidak ada komentar:
Posting Komentar