INDIKASI
PENYAKIT
Infectious Myonecrosis atau infeksi myonekrosis atau
lebih akrab disebut dengan penyakit Myo
Tanda-tanda
klinis : Ciri-ciri udang di tambak jika terkena myo
adalah udang pucat, kemudian memerah di bagian ruas bawah sampai ekor.
Metode
diagnosa : Udang
mengalami kram pada jaringan otot, lalu pada segmen badannya terdapat seperti
gumpalan awan putih. Jika sudah parah, jaringan otot akan mati dan berwarna
merah.
Sumber : ISW Group
A.
Patogen
Nama : Infectious
myonecrosis virus
Tipe
patogen : Virus
Sinonim : -
Karakter : virus RNA berutas ganda yang digolongkan dalam
famili Totiviridae memiliki panjang diameter 40 nm.
B.
Dampak Patogen
v
Toksisitas:
Penyakit bertipe kronis (membutuhkan waktu lama hingga
menyebabkan mortalitas). Baru dapat menyebabkan kematian pada hari ke 9-13
setelah infeksi. Udang dalam fase post-larva, juvenil dan dewasa pada umur
60-80 hari budidaya rentan terserang virus, potensi kematiannya 50-70% populasi
udang di tambak. Rendahnya salinitas <30 juga mempercepat replikasi virus,
sebaliknya pada salinitas 35 proses replikasi lebih lambat.
v
Faktor pre-disposing:
Perjadinya penyakit ini akan turut dipicu menurunnya
kualitas air atau tidak stabilnya kualitas air, terutama fluktuasi suhu.
Terdapatnya sisa pakan yang menumpuk didasar tambak akan berubah menjadi amonia
sehingga sangat berpotensi menjadi racun yang mematikan udang atau setidaknya
membuat udang stres dan mudah terserang penyakit.
v
Transmisi:
Penularan IMNV terjadi secara horizontal karena
kanibalisme dan melalui air, serta penularan secara vertikal diduga terjadi
dari induk ke benur.
v
Epidemiologi:
Di Indonesia, penyakit myonecrosis pertama kali
diketahui terjadi pada udang putih dari pertambakan di Situbondo, Jawa Timur,
pada tahun 2006 dengan prevalensi 11,11% dan gejala klinis serupa dengan
kejadian wabah myonecrosis di Brazil pada tahun 2002.
v
Inang atau vektor:
Dapat ditularkan melalui induk ke benur.
v
Dosis infeksi:
Belum ada data
v
Periode inkubasi:
Penyakit ini mulai teramati pada umur 40-60 hari.
C.
Stabilitas Dan
Viabilitas
v
Kerentanan terhadap
obat:
Belum ada data
v
Kerentanan terhadap
desinfektan/probiotik:
Belum ada data
v
Inaktivasi fisik:
Belum ada data
D.
Penanganan
v
Peringatan dini:
Udang mulai memucat, terdapat seperti gumpalan putih
dibagian perut, kemudian memerah di bagian ruas bawah sampai ekor.
v
Pencegahan:
Dapat dicegah dengan memperketat sistem biosekuriti. Sejumlah langkah
yang bisa dilakukan para petambak untuk meminimalisir penyakit myo, yang
pertama adalah selalu gunakan benur dari indukan yang sudah terbukti bebas dari
penyakit atau SPF (Specific Pathogen Free). Selanjutnya adalah penerapan
biosekuriti yang ketat dalam kawasan pertambakan, kurangi kepadatan tebar benur
tanpa oksigen yang cukup untuk supra intensif dan lakukan pemanenan bertahap.
Biosekuriti yang dapat dilakukan contohnya pembalikan tanah tambak, pengeringan
tambak selama 2 minggu, pemberian klorin yang harus di netralkan nantinya agar
tidak menjadi racun yang membunuh udang. Klorin harus dibilas keluar dari
tambak dengan mengalirkan air ke dalam tambak kemudian airnya dibuang.
Selanjutnya dapat dilakukan penyaringan air dengan tambak tandon, serta
aplikasi plankton dan probiotik dapat memutus mata rantai serangan penyakit.
Langkah lainnya untuk mencegah penyakit myo dan penyakit lain masuk tambak baik
melalui air, benur, maupun agen pembawa (kepiting, ikan, burung dan lainnya).
Misalkan dengan memasang jaring atau plastik di dasar tambak untuk mencegah
biota air seperti kepiting masuk tambak dan menggunakan alat penghalau burung.
Penerapan biosekuriti juga sebaiknya dilakukan pada satu area pertambakan yang
menggunakan satu saluran atau sumber air dan benur yang sama.
v
Pengobatan:
Tidak ada vaksinasi efektif untuk IMNV. Pada awal fase
infeksi ketika mortalitas masih rendah dapat dilakukan: stabilisasi kualitas
air khususnya suhu, salinitas, dan pH; meningkatkan aerasi; memberikan pakan
tambahan yang mengandung vitamin C; memberikan molase (25% dari FR/hari) atau
diberi probiotik; dan mengurangi jumlah pakan atau menghentikan pakan
sementara.
v
Eradikasi:
Ada baiknya dibentuk klaster pertambakan supaya ada
kesepakatan pengelolaan antar petambak satu kawasan. Kesepakatan yang dimaksud,
misalnya jika satu tambak terserang penyakit makan air tambaknya jangan
langsung dibuang melainkan diberi perlakuan dulu seperti klorin pada air yang
akan dibuang untuk meminimalisir penyebaran penyakit ke tambak lainnya.
E.
Regulasi Dan
Informasi Lain
Berdasarkan Keputusan Menteri No.4/2001, impor udang
vaname diizinkan untuk dibudidayakan tetapi hanya induk udang berkualitas
unggul dan bebas penyakit yang boleh diimpor.
Referensi
Amri dan
Iskandar. 2012. Budidaya Udang Vaname Secara Intensif, Semi
Intensif dan Tradisional. Gramedia: Jakarta.
Koesharyani,
I., L. Gardenia, dan T. Mufidah. 2015. Sebaran
Infeksi Taura Syndrome, Infectious Myonecrosis, dan Penaeus vannamei Nervous
Virus (TSV, IMNV, PvNV) Pada Budidaya Udang Litopenaeus vannamei di Jawa Barat,
Jawa Timur, dan Bali. Journal Riset Akuakultur. 10 (3): 415-422.
Melena,
J., J. Tomala, F. Panchana, I. Betancourt, and C. Gonzabay.
2012. Infectious Muscle Necrosis Etiology in the Pacific White Shrimp (Penaeus
vannamei) Cultured in Ecuador. Brazilian Journal of Veterinary
Pathology. 5 (1): 31-36
OIE. 2007. Infectious
Myonecrosis. Aquatic Animal Disease Cards.
OIE. 2018. Manual of
Diagnostic Tests for Aquatic Animals.
Prasad,
K.P., K.U. Shyam, H. Banu, K. Jeena, and R. Krishnan.
2017. Infectious Myonecrosis Virus (IMNV) – An alarming viral pathogen to
Penaeid shrimps. Aquaculture. 477: 99 -105
Ramxel.
2018. IMNV (Infectious
Mionecrosis Virus) on White Shrimp (Penaeus vannamei) and How to Prevent
it. Shrimp Culture.
Rekasana,
A., L. Sulmartiwi, dan Soedarno. 2013. Distribusi
Penyakit Infectious Myo Necrosis Virus (IMNV) Pada Udang Vannamei (Litopenaeus
vannamei) di Pantai Utara Jawa Timur. Jurnal Ilmiah Perikanan dan
Kelautan. 5 (1): 49-54
Rodriguez,
S.A.S., B. Gomez-Gil, and A. Roque. 2009. Shrimp
Disease and Molecular Diagnostic Methods.
Sarah,
H., Prayitno, S.B., Haditomo, A.H.C. 2018. Studi kasus
keberadaan penyakit IMNV (Infectious Myonecrosis Virus) pada udang vaname (Litopenaeus
vannamei) di pertambakan Pekalongan, Jawa Tengah. Jurnal Sains
Akuakultur Tropis: 2(2018)1:66-72
Poulos,
B.T. and D.V. Lightner. 2006. Detection of
infectious myonecrosis virus (IMNV) of penaeid shrimp by reverse-transcriptase
polymerase chain reaction (RT-PCR). Diseases of Aquatic Organisms.
Vol. 73: 69–72.
Tim Peneliti
Kesehatan Ikan dan Lingkungan Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air
Payau Maros. ISW Group.
Taukhid
and Y.L. Nur’aini. 2009. Infectious Myonecrosis Virus (IMNV) in Pacific
White Shrimp (Litopenaeus vannamei) in Indonesia. The Israeli
Journal of Aquaculture – Bamidgeh. 61 (3): 255-262.
Zaujat,
R.C., S. Setiyaningsih, A.M. Lusiastuti. 2016. Prevalensi
dan Karakterisasi Molekuler Infectious Myonecrosis Virus (IMNV) di Sentra
Budidaya Udang Vaname (Litopenaeus Vannamei) Propinsi
Banten. Acta Veterinaria Indonesiana. Vol. 4, No. 2: 88-96.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar