Pengangkutan Ikan Hidup
Pengangkutan ikan hidup baik itu induk, benih dan ikan untuk kebutuhan
konsumsi pada dasarnya adalah usaha menempatkan ikan pada lingkungan baru yang
berbeda dengan lingkungan asalnya disertai dengan perubahan-perubahan
sifat lingkungan yang relatif mendadak dan akan sangat mengancam kehidupan
ikan.Umumnya ikan konsumsi harganya akan lebih mahal jika didistribusikan dalam
keadaan hidup. Keberhasilan mengurangi pengaruh perubahan lingkungan yang
mendadak ini akan memberi kemungkinan untuk mengurangi tingkat kematian,
yang berarti tercapainya tujuan pengangkutan. Pada dasarnya, ada dua metode
pengangkutan ikan hidup, yaitu pegangkutan dengan menggunakan air sebagai
media (system basah) dan pengangkutan tanpa menggunakan media
air (sistem kering). Pada pengangkutan ikan hidup, beberapa hal yang harus
diperhatikan diantaranya adalah :
- Meningkatkan Suplai oksigen dengan cara mengganti
udara dengan oksigen murni, meningkatkan tekanan
oksigen pada wadah, dan mengurangi konsumsi
oksigen rata-rata.
- Mengontrol Metabolisme dengan cara mengurangi
laju buangan metabolisme dan menetralisir atau membuang hasil metabolisme.
Sebelum dilakukan pengangkutan, ikan sebaiknya dipuasakan terlebih dahulu
selama 48 jam. Hal ini bertujuan untuk mengosongkan saluran pencernaan
agar metabolisme menurun. Faktor yang sangat penting pada pengangkutan
ikan adalah tersedianya oksigen terlarut yang memadai .Akan tetapi
hanya dengan faktor ini saja tidak menjamin ikan akan berada dalam kondisi yang
baik. Kemampuan ikan untuk mengkonsumsi oksigen juga dipengaruhi oleh
toleransi terhadap suhu air, pH, konsentrasi CO2, akumulasi amoniak, ikan
terlalu aktif, infeksi bakteri, luka fisik akibat penanganan yang
kasar, dan faktor stress.
Ada beberapa faktor utama yang mempengaruhi pengangkutan ikan hidup
dengan mempertimbangkan persediaan oksigen dalam alat pengangkutan,antaralain:
- Spesiesikan:kebutuhan ikan akan oksigen
bervariasi sesuai dengan spesiesnya.
- Umur dan ukuran ikan:dalam jumlah berat total yang
sama,ikan yang lebih kecil memiliki kebutuhan oksigen lebih tinggi
dibandingkan dengan ikan yang lebih besar.
- Ketahanan relatif ikan :
ikan yang diberi pakan alami
lebih tahan dibandingkan dengan ikan yang diberi pakan buatan,
serta ikan yang dalam kondisi siap memijah cenderung memiliki daya
tahan dalam pengangkutan yang renda
- Suhu air: pada suhu yang rendah akan
mengakibatkan kadar oksigen dalam air lebih tinggi, karena kebutuhan untuk
respirasi menur
- Lamawaktu pengangkutan: semakin pendek lama waktu
pengangkutan, maka semakin tinggi kepadatannya.
- Cara angkut dan lama istirahat: semakin cepat dan
prasarana pengangkutan yang baik serta waktu istirahat yang pendek,
kemungkinan keberhasilan pengangkutan semakin besar.
- Sifatalami alat pengangkut : pengangkutan dengan
wadah kayu menyebabkan peningkatan suhu air lebih lambat dibandingkan
dengan wadah logam, tetapi wadah kayu dapat mengisolasi panas dalam wada
- Kondisi klimatologik: hal ini berpengaruh
terhadap suhu air didalam wadah maupun kandungan oksigen terlarutnya.
- Penanganan Sebelum Pengangkutan
- Penampungan
- Jenis dan Pengaruh Penampungan
Selama atau setelah pemanenan, ikan hasil tangkapan harus ditampung
beberapa waktu sampai ikan dikirim ke tujuan akhir. Selama penampungan
dapat dilakukan sortasi dan grading ukuran. Penampungan dapat untuk waktu
yang pendek (provisional storing) atau waktu yang lama (prolonged
storage). Provisional storing sering dilakukan pada waktu sedang
dilakukan panen, ikan ditampung, kemudian ikan disortasi. Selanjutnya
ikan dipaking dan segera dikirim ke tujuan akhir, misalnya benih ke kolam-kolam
pemeliharaan atau penebaran dilokasi dekat atau ikan konsumsi yang segera akan
diolah. Penampungan lama dilakukan selama 2-3 hari atau Iebih diawali
dengan sorting dan grading. Penanganan harus dilakukan dengan
hati-hati agar ikan tidak stres, terluka dan terserang penyakit.
Keberhasilan penampungan ikan hidup dipengaruhi pula oleh teknik
penangkapan selama pemanen.
Ikan harus ditempatkan dalam kondisi yang baik.Kualitas daging
ikan dapat meningkat. Ikan-ikan yang sebelumnya dipelihara dalam kolam
yang berlumpur atau dengan pemberian pupuk organik atau pakan berupa
Iimbah diperlukan penampungan untuk menghilangkan bau
lumpur, Iendir dan parasit yang mungkin
menempel. Dengan penampungan yang baik selama beberapa waktu (2 jam) akan
meningkatkan kualitas dagingnya, namun penurunan berat harus seminim mungkin.
Penampungan biasanya dilakukan dengan menempatkan ikan dalam tempat
penampungan dengan air yang mengalir untuk menjamin kecukupan oksigen.
Aliran air tidak boleh terlalu berlebihan untuk menekan ikan berusaha berenang
yang akan mengeluarkan enerji, sehingga dapat mengurangi beratnya.
Apabila penampungan hanya sebentar, ikan tidak perlu diberi pakan. Penampungan
ikan harus terlindung. Penampungan ikan harus ditempatkan didekat tempat
tinggal atau rumah agar mudah pengawasan. Hal ini dimaksud untuk menghindar
dari musuh-musuh alami ikan dan pencurian.
- Teknik Penampungan
- Kantong Jaring
Kantong jaring yang dipasang dikolam atau saluran air dapat
digunakan untuk penampungan selama penangkapan ikan dilakukan. Ukuran
mata jaring tergantung pada ukuran ikan yang akan ditampung. Benih
larva ukuran sekitar 0,6-0,9 cm dengan hapa ukuran lubang 2-3 cm, benih ukuran
3-5 cm dengan waring ukuran lubang 0,4-0,5 cm dan ikan lebih besar 10 cm
menggunakan jarring polyetheline ukuran lubang 0,75inci (2 cm).
Jaring dipasang ditempatkan dekat pintu air masuk kolam agar mendapatkan
air yang segar dan bersih. Kantong jarring ukuran 2-4m x 1-4 m dan tinggi 0,8 m
lebih cocok digunakan bila dibanding kantong berukuran besar.
- Keramba Jaring
Keramba jaring dibuat dengan kerangka besi atau kayu dan
kisi-kisinya dilapisi jaring. Benih ukuran 3-5 cm dengan waring ukuran lubang
0,4-0,5 cm dan ikan lebih besar 10 cm menggunakan jaring polyetheline
ukuran lubang 1 inci. Ikan-ikan lunak seperti karper dan lele dapat
ditampung dalam keramba kecil. Ikan-ikan tersebut tahan
terhadap kandungan oksigen relatif rendah dan kepadatan tinggi. Karper
tidak besirip keras dan duri keras lele tidak tegang, sehingga dalam
keadaan padat tidak merusak ikan lainnya.
- Bak atau Kolam Permanen
Bak/kolam permanen berukuran panjang 2-6, lebar 1-2 m dan tinggi 1 m sangat
tepat untuk penampungan ikan dalam jangka waktu relatif lama. Dinding bak
dibuat halus agar tidak melukai ikan. Aliran ai rcukup dan level
air mudah diatur dan pengurasan total dapat dilakukan dengan cepat. Oleh
karena itu pintu air pembuangan dibuat model monik dengan pintu berupa beberapa
papan yang dipasang pada sekat. Untuk lebih mudah pengangkatan ikan dan
penampungan bias dilapisi jaring, sehingga air tidak perlu harus dibuang
total. Apabila ikan harus diberi pakan, dengan ransum 1% berat total perhari.
Namun sehari sebelum diangkut, pemberian pakan harus dihentikan.
- Kuantitas Ikan Penampung
Jumlah ikan yang ditampung bervariasi tergantung pada spesies, ukuran ikan,
aliran air, kandungan oksigen dan suhu air. Keadaan demikian sangat sulit
untuk menentukan jumlah ikan yang tepat yang harus ditampung dalam wadah yang
berbeda. Beberapa pengalaman menunjukkan bahwa pada penampungan benih
sementara selama penangkapan lebih mudah dilihat dan gejala-gejala yang
timbul. Apapun alat penampungan yang digunakan : tangki/ember besar
ataupun jaring yang ditempatkan pada saringan, apabila ikan sudah
berloncat-loncat menunjukkan tidak boleh ditambah lagi jumlahnya dan segera
dipindah ketempat/kolam yang lebih longgar dan airnya mengalir.
- Pra-kondisi Sebelum Ikan Diangkut
Penanganan ikan hidup sebelum diangkut sangat menentukan keberhasilan
pengangkutan. Setelah ikan dipanen dengan cara yang benar, kemudian
ditampung dalam air berkualitas baik dan tidak diberi pakan (dipuasakan) selama
1-2 hari.Penampungan ini dimaksud untuk menghilangkan lumpur, parasit, bakteri
pada permukaan kulit dan kotoran (ekskresi) dan dalam tubuh. Parasit dan
bakteri ini akan menjadi penyaing ikan dalam konsumsi oksigen selama
pengangkutan. Penampungan tanpa pemberian pakan bertujuan agar proses
metabolism dan aktivitas gerak ikan selama pengangkutan menjadi lemah, sehingga
laju konsumsi oksigennya rendah.
- Jenis dan Teknik Pengangkutan
Metode pengangkutan ikan hidup dapat dilakukan dengan:
- Jerigen dan drum. Ikan konsumsi lele dan karper
dimasukkan kedalam jerigen atau drum terbuka dengan air cukup membasahi
diangkut dari produsen ke pendagang pengecer dan warung-warung.
Pengangkutan dilakukan pada malam hari dan bertujuan untuk
menjaga kesegaran.
- Keranjang “brokoh” atau jerigen. Benih ikan gurame,
lele, karper dan ikan lain yang relative tahan dimasukkan ke wadah berisi
air dalam kepadatan tertentu, diangkutdan dipasarkan, sewaktu-waktu air
diganti.
- Drum atau tangki (disuplaipengudaraan). Metode
ini drum atau tangki terbuka yang dapat dipasang dan dilepas dari
kendaraan pengangkut. Ikan hidup dimasukkan dalam wadah dan pengudaraan
dihembuskan melalui agitasi permukaaan, gelembung-gelembung udara lewat
pipa udara pada dasar atau dan pemompaan air keluar dan kembali ke wadah.
- Tangki tertutup(suplaioksigen
murni).Metodeinicukup popular pada pembudidayaikan.
- Gelembung-gelembung oksigen murni dikeluarkan
dari pipa-pipa plastic halus kedalam air dalam tangki yang berisi ikan
angkutan. Meskipun metode ini cukup mahal, tetapi kerusakan mekanis dapat
dihindarkan.
- Kantong plasti Pengangkutan ikan dengan kantong
plastik adalah paling luas digunakan. Kantong plastic
sepertiga bagian diisi air dan ikan. Oksigen ditambahkan dan tabung untuk
mengisi dua pertiga bagian kantong dan diiikat dengan karet.
- Pengangkutan Ikan Sistem Basah
Pengangkutan system basah (menggunakan air sebagai media pengangkutan)
terdiri dari dua cara yaitu sistem terbuka dan sistem tertutup.
Faktor-faktor penting yang mempengaruhi keberhasilan pengangkutan ikan sistem
basah di antaranya adalah :
- Kualitas Ikan
Kualitas ikan yang ditransportasikan harus dalam keadaan sehat dan
baik.Ikan yang kualitasnya rendah memiliki tingkat kematian yang lebih tinggi
dalam waktu pengangkutan yang lebih lama dibandingkan dengan ikan yang
kondisinya sehat.
- Kebutuhan Oksigen
Konsumsi oksigen oleh ikan sangat bergantung pada jenisi kan, ukuran ikan,
aktivitas ikan, toleransi terhadap stress, suhu, pH, CO2, dan amoniak. Ikan
berukuran kecil mengkonsumsi oksigen yang lebih banyak persatuan waktu dan
berat dari pada yang berukuran besar. Kandungan O2 terlarut
yang baik untuk kehidupan ikan harus lebih dari 2mg/l, apabila media
pengangkutan memiliki kandungan oksigen terlarut kurang dari 2mg/l maka akan
menyebabkan kematian. Kondisi kekurangan oksigen tersebut tidak boleh
terjadi lebih dari 8 jam dalam satu hari (24jam) karena dapat mengakibatkan
kematian. Konsumsi oksigen tertinggi pada ikan terjadi 15 menit pertama
dari saat pengangkutan.
- Suhu
Suhu merupakan parameter penting dalam monitoring kualitas air karena suhu
berfungsi sebagai katalis, penekan, aktivator, pembatas, stimulator,
pengontrol, dan faktor yang paling mempengaruhi karakter kualitas air. Selain
itu suhu air berpengaruh terhadap aktifitas penting terutama pernafasan,
pertumbuhan, reproduksi serta laju metabolisme. Jadi suhu mempunyai
pengaruh yang nyata terhadap respirasi, konsumsi pakan, kecernaan, pertumbuhan
dan berpengaruh terhadap metabolisme ikan. Suhu juga berakibat pada
kelarutan oksigen dalam air (contoh: air yang hangat mempunyai jumlah oksigen
yang lebih sedikit dari pada air dingin). Dalam pengangkutan jarak jauh dan
untuk lama pengangkutan lebih dari 24 jam, oksigen harus selalu tersedia dalam
jumlah yang cukup dan suhu tidak boleh melebihi 28OC, salah satu
contoh suhu yang ideal untuk pengangkutan benih ikan gurami adalah 20OC.
- Derajat Keasamaan (pH)
Jaringan insang merupakan target organ pertama akibat stress
asam. Insang memiliki fungsi untuk mengikat oksigen terlarut yang
terdapat pada media air. Ketika ikan berada pada pH rendah, peningkatan
lendir akan terlihat pada permukaan insang. Begitu juga dengan pH tinggi,
karena insang ikan sangat sensitive dan pH tinggi berbahaya bagi mata ikan
karena dapat menyebabkan mata ikan menjadi rabun. Apabila kinerja insang terganggu
karena terlalu rendah atau terlalu tingginya pH akan menyebabkan kematian
selama proses pengangkutan. Kriteria pH yang ideal adalah 6,5-8,5.
- Karbondioksida (CO2)
Karbondioksida dalam media pengangkutan merupakan hasil respirasi dan dapat
mengancam kelangsungan hidup ikan. Jumlah karbon dioksida yang terlampau
banyak akan bersifat racun bagi ikan. Kadar CO2 terlarut lebih dapat
ditoleransi oleh ikan dibandingkan dengan amonia, bahkan banyak ikan yang hidup
pada air yang mengandung CO2 lebih besardari 60mg/l. Kadar CO2 sebesar
50–100mg/l dapat membunuh ikan dalam waktu yang relative lama. Kadar CO2
dalam air juga mempengaruhi pH air. Pada saat kandungan CO2 tinggi, maka
pH air rendah. Demikian pula sebaliknya, jika CO2 rendah, maka pH
air tinggi.
- Amoniak
Hasil buangan metabolisme menyebabkan kematian utama pada ikan dalam
proses pengangkutan. Senyawa nitrogen adalah unsur utama pada hasil
buangan metabolisme yang bentuk terbanyaknya adalah urea dan diikuti
amoniak. Amoniak dapat meningkatkan konsumsi oksigen oleh jaringan,
menghancurkan insang dan mengurangi kemampuan darah untuk mentransportasikan
oksigen. Jumlah amoniak yang diekskresikan juga bergantung pada sejumlah
factor seperti spesies, ukuran, makanan dan temperatur, dimana metabolisme pada
ikan airtawaryang berukuran lebihkecilakanlebih cepat dibandingkan ikan
yang lebih besar pada spesies yang sama. Dalam wadah
pengangkutan laju metabolism ikan lebih cepat sampai tiga kali dari
metabolism rutin sehingga menyebabkan laju ekskresi hasil metabolism selama
proses pengangkutan meningkat.
- Kepadatan ikan
Kepadatan ikan adalah bobot ikan yang berada dalam suatu wadah dan
waktu tertentu. Kepadatan ikan yang akan diangkut bergantung kepada
volume air, berat ikan, spesies, ukuran ikan, lama pengangkutan, suplai oksigen
dan suhu. Perbandingan antara volume ikan dan volume air selama transportasi
tidak boleh lebih dari 1 : 3 . Ikan-ikan lebih besar, seperti induk ikan dapat
ditrasportasi dengan perbandingan ikan dan air sebesar 1 : 2 sampai 1 : 3 , tetapi
untuk ikan-ikan kecil perbandingan ini menurun sampai 1 : 100 atau 1 : 200.
- Sistem Terbuka
Pada sistem terbuka, air dalam wadah dapat berhubungan langsung dengan
udara luar, sistem ini banyak dilakukan untuk pengangkutan dengan jarak yang
relatif dekat.Wadah dapat berupa plastik atau logam dan untuk jarak jauh
biasanya diberikan aerasi untuk mencukupi kebutuhan oksigen selama
pengangkutan.Berat ikan yang aman diangkut dalam sistem ini tergantung dari
efisiensi sistem aerasi, lama pengangkutan, suhu air, ukuran, serta jenis
spesies ikan.
Terdapat kelebihan dan kekurangan dari system ini. Kelebihannya antara lain
difusi oksigen melalui udara ke media air masih dapat berlangsung, dapat
dilakukan penambahan oksigen melalui aerator, dan dapat dilakukan pergantian
air sebagian selama perjalanan. Sementara kekurangannya dapat membahayakan ikan
dan tidak dapat dilakukan untuk pengiriman menggunakan pesawat terbang.Sistem
ini sangat cocok untuk pengiriman ikan ukuran konsumsi.adapun pengangkutan ikan
menggunakan sistem terbuka dapat di lihat pada Gambar di bawah ini.
Gambar . Pengangkutan Ikan Sistem
Terbuka
Permasalahan yang dihadapi dalam pengangkutan ikan hidup adalah
stres. Ikan yang stres mudah mengalami kematian. Untuk mengurangi
stres maka diusahakan agar selama pengangkutan ikan melakukan gerakan seminimal
mungkin. Caranya dengan menurunkan suhu air angkut atau memberikan obat
bius pada ikan. Penggunaan obat bius dapat diterapkan wadah terbuka atau tertutup.
Obat bius yang yang digunakan misalnya phenoxyethanol dengan dosis 0,15
mg/liter air media (Tabel 5) atau minyak cengkeh dosis 10 – 20 ppm, bahan yang
dapat juga digunakan dalam pengangkutan sistem kering. Ikan dengan bobot
200-300 gr dapat diangkut dengan kepadatan 30 ekor/10 liter air selama 6 jam
perjalanan.
Penurunan suhu air media sampai 18°C sudah dapat meredam aktivitas gerak
ikan. Penurunan suhu media harus dilakukan secara berangsur-angsur agar
ikan dapat menyesuaikan diri secara biologis. Bahan penurun suhu air yang
umum digunakan yaitu es dan nitrogen cair.
- Sistem Tertutup
Sistim tertutup dilakukan dengan cara ikan diangkut dalam wadah tertutup
dengan suplai oksigen secara terbatas yang telah diperhitungkan sesuai
kebutuhan selama pengangkutan. Wadah dapat berupa kantong plastik atau kemasan
lain yang tertutup.
Kemasan yang baik dalam pengangkutan system tertutup ini adalah menggunakan
plastik jenispolyetylen (PE) dengan ketebalan plastic 0,03 mm,
karena ringan, mudah didapat dan murah. Penggunaan kantong plastic pada
pengangkutan jarak jauh sebaiknya diletakkan dalam kotak styrofoam untuk
mengurangi kontak yang terjadi antara air didalam kantong plastic dengan
temperature lingkungan yang relative lebih panas, dimana penggunaan wadah
plastic yang diletakkan pada kotak styrofoam meningkatkan
kelangsungan hidup sebesar 99,9%. Pengangkutan ikan sistem tertutup
dapat di lihat pada Gambar di bawah ini.
Gambar . Pengangkutan Ikan Sistem
Tertutup
- Pengangkutan Ikan Sistem Kering
Pada transportasi sistem kering, media angkut yang
digunakan adalah bukan air.Oleh karena itu ikan harus dikondisikan dalam
keadaan aktivitas biologis rendah sehingga konsumsi energi dan oksigen juga
rendah.Makin rendah metabolisme ikan, terutama jika mencapai basal, makin
rendah pula aktivitas dan konsumsi oksigennya sehingga ketahanan hidup ikan
untuk diangkut diluar habitatnya makin besar.
Pada transportasi ikan hidup sistem kering perlu dilakukan proses
penenangan terlebih dahulu. Kondisi ikan yang tenang akan mengurangi
stress, mengurangi kecepatan metabolisme dan konsumsi oksigen. Pada
kondisi ini tingkat kematian selama transportasi akan rendah sehingga
memungkinak jarak transportasi dapat lebih jauh dan kapasitas angkut dapat ditingkatkan
lagi.
Untuk menurunkan aktivitas biologis ikan (pemingsanan ikan) dapat dilakukan
dengan menggunkan suhu rendah, menggunakan bahan metabolik atau anestetik, dan
arus listrik. Perlu diperhatikan bahwa ikan yang akan dipingksankan ini
nantinya akan dikonsumsi, sehingga pemilihan metode imotilisasi harus
memperhatikan aspek kesehatan (Nitibaskara et al., 2016).
Syarat utama dalam pengangkutan ikan hidup adalah kesehatan ikan.
Ikan harus dalam keadaan sehat, tidak berpenyakit dan dalam kondisi prima.
Ikan yang sehat dan bugar biasanya sangat gesit, aktif, responsif sesuai dengan
karakter masing-masing ikan. Selain itu ikan sehat memiliki
ciri-cirireaktif terhadap rangsangan luar, keseimbangan dan kontraksi otot
normal. Ikan yang kurang sehat dan lemah mempunyai daya tahan hidup yang
rendah dan peluang untuk mati selama pemingsanan dan pengankutan lebih besar.
Pada kemasan tanpa air, suhu diatur sedemikian rupa sehingga kecepatan
metabolisme ikan berada dalam taraf metabolisme basal, karena pada taraf
tersebut, oksigen yang dikonsumsi ikan sangat sedikit sekedar untuk
mempertahankan hidup saja. Secara anatomi, pada saat ikan dalam keadaan tanpa
air, tutup insangnya masih mangandung air sehingga melalui lapisan inilah
oksigen masih diserap .
- Pemingsanan Ikan
Kondisi pingsan merupakan kondisi tidak sadar yang dihasilkan dari sistem
saraf pusat yang mengakibatkan turunnya kepekaan terhadap rangsangan dari luar
dan rendahnya respon gerak dari rangsangan tersebut. Pingsan atau mati rasa
pada ikan berarti sistem saraf kurang berfungsi ..
Pemingsanan ikan dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu melalui penggunaan
suhu rendah, pembiusan menggunakan zat-zat kimia dan penyetruman menggunakan
arus listrik.
- Pemingsanan dengan penggunaan suhu rendah
Metode pemingsanan dengan penggunaan suhu rendah dapat dilakukan dengan dua
cara yaitu
- penurunan suhu secara langsung, dimana ikan
langsung dimasukan dalam air yang bersuhu 10°C – 15°C. Sehingga ikan akan
pingsan.
- Penurunan suhu secara bertahap, dimana suhu air
sebagai media ikan diturunkan secara bertahap sampai ikan pingsan.
Dari dua cara diatas, penurunan suhu secara bertahap dianggap lebih baik
agar ikan dapat menyesuaikan diri secara biologis. Tabel 6 berikut
menggambarkan klasifikasi resmpon tingkah lakuk ikan selama pembiusan.
Tabel 6 Klasifikasi Respon
Tingkah Laku Ikan Selama Pembiusan
Fase
|
Respon
Tingkah Laku
|
Normal
|
Reaktif
terhadap rangsangan luar, keseimbangan dan kontraksi otot normal
|
Pingsan
ringan
|
Reaktivitas
terhadap rangsangan luar lambat, gerak operkulum lambat dan gerak ranang
aktif
|
Pingsan
berat
|
Reaktivitas
terhadap rangsangan luar tidak ada, kecuali dengan tekanan kuat, pergerakan
operkulum lambat
|
Roboh
|
Gerak
operkulum tidak ada atau sangat lemah, respon terhadap rangsangan luar tidak
ada, gerak renang tidak ada
|
- Pemingsanan ikan dengan bahan anestasi (bahan
pembius)
Bahan anestasi yang dapat digunakan untuk pembiusan ikan adalah seperti
pada Tabel 7 berikut :
Tabel 7 Beberapa Obat Bius dan Dosis Pemakaiannya
No.
|
Bahan
|
Dosis
|
1.
|
MS-222
|
0,05 mg/l
|
2.
|
Novacaine
|
50 mg/kg
berat ikan
|
3.
|
Barbitas
sodium
|
50 mg/kg
berat ikan
|
4.
|
Ammobarbital
sodium
|
85 mg/kg
berat ikan
|
5.
|
Methyl
paraphynol (dormisol)
|
30 mg/l
|
6.
|
Tertiary
amysol alcohol
|
30 mg/l
|
7.
|
Choral
hydrate
|
3 – 3,5
g/l
|
8.
|
Urathane
|
100 mg/l
|
9.
|
Hydroksi
quinaldine
|
1 mg/l
|
10.
|
Thiouracil
|
10 mg/l
|
11.
|
Quinaldine
|
0,025 mg/l
|
12.
|
2-Thenoxy
ethanol
|
30 – 40
ml/100 l
|
13.
|
Sodium
ammital
|
52 – 172
mg/l
|
(Sumber: Lusiastuti, 2018)
Selain bahan-bahan anestasi sintetik diatas pembiusan juga dapat dilakukan
dengan menggunakan zat caulerpin dan caulerpicin yang
berasal dari ekstrak rumput laut Caulerpa sp.
Pembiusan ikan dikatakan berhasil bila memenuhi tiga kriteria, yaitu
:
- Induksi bahan pembius dalam tubuh ikan terjadi
dalam waktu tiga menit atau kurang, sehingga ikan lebih mudah ditangani
- Kepulihan ikan sampai gerakan renangnya kembali
normal membutuhkan waktu kurang dari 10 menit.
- Tidak ditemukan adanya kematian ikan selama 15
menit setelah pembongkaran
Proses pembiusan ikan meliputi 3 tahap yaitu :
- Berpindahnya bahan pembius dari lingkungan ke
dalam muara pernapasan organisme
- Difusi membran dalam tubuh yang menyebabkan
terjadinya penyerapan bahan pembius ke dalam darah
- Sirkulasi darah dan difusi jaringan menyebarkan
subtansi ke seluruh tubuh. Kecepatan distribusi dan penyerapan oleh sel
bergantung pada persediaan darah dan kandungan lemak pada setiap jaringan
sehingga bahan anestasi juga harus mudah larut dalam air dan lemak
Penggunaan obat bius dalam pengangkutan ikan hidup harus hati-hati agar
tidak menimbulkan dampak negatif bagi ikan, lingkungan dan manusia.
Perhatian khusus ditekankan pada jenis, dosis dan cara penyimpanan obat bius
yang dipakai, ukuran ikan serta limbah dan efek residunya pada ikan.
- Pemingsanan Ikan dengan Arus Listrik
Arus listrik yang aman digunakan untuk pemingsanan ikan adalah yang
mempunyai daya 12 volt, karena pada 12 Volt ikan mengalami keadaan pingsan
lebih cepat dan tingkat kesadaran setelah pingsan juga cepat.
- Pengemasan
Pada pengangkutan kering diperlukan media pengisi sebagai pengganti air.
Menurut Wibowo (1993), yang dimaksud dengan bahan pengisi dalam pengangkutan
ikan hidup adalah bahan yang dapat ditempatkan diantara ikan hidup dalam
kemasan untuk menahan ikan dalam posisinya. Selanjutnya disebutkan bahwa bahan
pengisi memiliki fungsi antara lain mampu manahan ikan agar tidak bergeser
dalam kemasan, menjaga lingkungan suhu rendah agar ikan tetap hidup serta
memberi lingkungan udara dan kelembaban memadai untuk kelangsungan hidupnya.
Media pengisi yang sering digunakan dalam pengemasan adalah serbuk gergaji,
serutan kayu, serta kertas koran atau bahan karung goni. Namun penggunaan
karung goni sudah tidak digunakan karena hasilnya kurang baik. Jenis serbuk
gergaji atau serutan kayu yang digunakan tidak spesifik, tergantung bahan yang
tersedia.Dari bahan pengisi yaitu sekam padi, serbuk gergaji, dan rumput laut ,
menurut Wibowo (1993) ternyata sekam padi dan serbuk gergaji merupakan bahan
pengisi terbaik karena memiliki karakteristik, yaitu :
- Berongga
- Mempunyai kapasitas dingin yang memadai
- Tidak beracun, dan
- Memberikan RH tinggi
Media serbuk gergaji memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan jenis
media lainnya.Keunggulan tersebut terutama pada suhu. Serbuk gergaji mampu
mempertahankan suhu rendah lebih lama yaitu 9 jam tanpa bantuan es dan tanpa
beban di dalamnya. Sedangkan rumput laut kurang efektif karena menimbulkan
lendir dan bau basi selama digunakan.
SEMOGA BERMANFAAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar