TEKNOLOGI BUDIDAYA RUMPUT LAUT LAWI (Caulerpa.sp) DI
TAMBAK
Lawi-lawi
(Caulerpa.sp)
merupakan makro alga yang secara umum pemeliharaan tidak rumit, walaupun
lawi-lawi pada umumnya hidup pada perairan laut dangkal namun dapat juga
dibu-didayakan di tambak baik secara monokultur maupun secara polikultur dengan
komoditas ban-deng, udang atau kepiting rajungan. Lokasi yang dipilih untuk
budidaya lawi-lawi adalah yang memiliki karakteristik lingkungan sebagai
berikut :
·
Lokasi
tambak jauh dari pengaruh air tawar yang dapat menurunkan salinitas air
·
Lokasi tambak jauh dari sumber polutan
·
Lokasi tambak harus dengan sumber air laut,
untuk memudahkan proses pergantian air secara rutin mengikuti pasang surut air
laut
·
Tambak dengan tanah dasar pasir berlumpur,
karena lumpur menjadi substrat yang cocok bagi pertumbuhan lawi-lawi
·
pH tanah tambak harus normal (tidak asam dan
tidak basa pH sekitar 7.0) Salinitas
tambak > 20 ppt
Lawi-lawi
yang telah ditanam harus dikontrol secara rutin untuk mengetahui kondisi
perkemban-gannya, begitu juga kondisi salinitas air harus senantiasa dilakukan
pengontrolan/pengukuran terutama pada musim hujan karena salinitas air sewaktu
waktu bisa drop/menurun tajam hingga di bawah kisaran 25 ppt. Salinitas yang
optimum untuk budidaya lawi-lawi diatas 20 ppt. Untuk menjaga kesetabilan
salinitas air tambak harus dilakukan penggantian air secara rutin (minimal satu
minggu sekali).
Persyaratan
Teknis Tambak
Tambak
yang digunakan untuk kegiatan budidaya lawi-lawi ini adalah tambak lanyah
(tambak yang lokasinya berdekatan dengan laut/pantai untuk memudahkan
pergantian air), Dasar tambak berupa lumpur berpasir dengan persyaratan
kualitas air tertera pada tabel 1 :
Tabel 1. Persyaratan kualitas air pada budidaya rumput
laut lawi-lawi di tambak
NO
|
PARAMETER
|
KISARAN OPTIMAL
|
1
|
Suhu
|
25-33 0C
|
2
|
Salinitas
|
20-30 ppt
|
3
|
Pertukaran air
|
Maksimal 1 7 hari
sekali
|
4
|
Kedalaman air
|
50 – 120 cm
|
|
|
|
Teknologi ini dikembangkan sebagai upaya meningkatkan
produktivitas tambak dan meningkatkan pendapatan masyarakat/pembudidaya tambak.
Teknologi yang diterapkan berupa kegiatan budidaya rumput laut lawi-lawi (Caulerpa.sp)
secara massal di tambak. Kegiatan yang dilakukan meliputi ; 1) Pemilihan lokasi
budidaya, 2) persiapan tambak dan pemupukan awal, 3) pengadaan bibit lawi-lawi,
4) penanaman bibit, 5) pemeliharaan dan pemberian pupuk tambahan, 6) panen dan
penanganan hasil
Tahap Persiapan Tambak dan Pemupukan
Dilakukan
pengeringan dasar tambak untuk mempercepat proses pembusukan bahan organik,
pembersihan gulma perairan yang bisa menjadi kompetitor dalam penggunaan
oksigen. Pemberantasan hama dengan menggunakan saponin (40-50g/ m2) dan
pengapuran dasar tambak menggunakan CaO (25-30 g/m2) atau dengan kapur CaCO3
dengan dosis (60-70 g/m2) dan pemberian pupuk organik / kompos untuk memperkaya
ketersediaan unsur hara yang dibutuhkan bagi pertumbuhan lawi-lawi.
Pemberian
pupuk organik 20-40 g/m2 = 200-400 kg/Ha. Setelah pupuk diaplikasikan dan terjadi proses ionisasi dan mineralisasi
selanjutnya dilakukan pengisian air secara berangsur-angsur antara 10-15 cm,
Selanjutnya pada ketinggingan air 15-25 cm dilakukan penanaman lawi-lawi dengan
padat tanam 500 g/m2 x 0-15 % x luas areal (Ha) = 250-500 kg/Ha.
Penanaman bibit lawi-lawi
Penanaman
lawi-lawi dilakukan setelah 4-5 hari masa pengolahan tambak setelah dasar
tambak yang dijadikan sebagai substrat siap ditanami, penanaman dilakukan pada
saat suhu air dan lokasi sekitar rendah (Pagi atau sore hari). Lawi-lawi
ditanam di dasar tambak pada kondisi ketinggian air tambak antara 15-25 cm
dengan padat tanam 0,5 kg/m2 dengan jarak tanam disesuaikan dengan kebutuhan
dan luasan tambak.
Pengaturan jarak tanam
Pengaturan
jarak tanam dimaksudkan untuk optimasi produktivitas lawi-lawi yang
dibudidayakan, jarak tanam sangat berhubungan dengan luas areal tambak, sistem
budidaya (monokultur/polikultur) dan rotasi panen. Jarak tanam yang sudah
diterapkan di lapangan antara lain 25 cm, 33 cm dan 50 cm/m2, dengan formasi
seperti gambar di bawah ini :
Gambar .
. Bebrapa metode jarak tanam yang dikembangkan
Dari
ketiga jarak tanam tersebut, jarak yaang paling ideal diterapkan pada berbagai lokasi
tambak terutama pada tambak adalah jarak tanam 50 cm/m2, dimana jarak tanam
tersebut sangat memberikan pengaruh yang lebih bagus terhadap pertumbuhan
harian dan produktivitas lawi-lawi selama budidaya.
Pemberian pupuk tambahan
Pupuk
susulan dilakukan untuk membantu proses pertumbuhan, peremajaan sel-sel pada
tallus dan anggur pada lawi-lawi setelah dilakukan panen sebagian (parsial).
Disamping itu pemberian pupuk susulan juga sangat berguna bagi pengkayaan unsur
hara tambahan baik pada badan air tambak pemeliharaan maupun pada substrat yang
dijadikan media tumbuh lawi-lawi. Bahan yang digunakan dalam pemberian pupuk
susulan
ini bisa menggunakan pupuk organik kompos maupun pupuk organik cair dengan
dosis/konsentrasi sesuai kondisi dan kesesuaian lahan. Waktu pemupukan
sebaiknya dilakukan pada pagi hari setiap 6 minggu sekali setelah pergantian
air setelah kegiatan panen parsial (panen harian).
Pengukuran Produktivitas
Pengukuran
produktivitas pada masing-masing lokasi ujiterap dilakukan setelah lawi-lawi
yang dibudidayakan sudah mulai dipanen secara parsial (umur 3 minggu setelah
tanam) dengan menghitung jumlah berat lawi-lawi yang dipanen dan dicatat
sebagai produksi harian, selanjutnya secara akumulasi terinput dalam sebuah
tabulasi data produktivitas bulanan
Pengamatan Kualitas air di lokasi budidaya
Sebagai
data penunjang, maka dilakukan pengukuran kualitas air seperti: Salinitas,
suhu, pH dan oksigen terlarut dilakukan pada setiap minggu.
Panen dan Distribusi Hasil Kegiatan
Lawi-lawi
dapat dipanen secara mudah kapan saja waktunya disaat diinginkan sesuai kondisi
pasar. Pemanenan pertama dapat dilakukan secara pada 3 minggu setelah tanam.
Selama pemeliharaan dapat dilakukan kegiatan panen secara berangsur-angsur
sebagian sesuai kebutuhan (parsial) dan pada akhir kegiatan lawi-lawi dapat
dipanen seluruhnya (Panen total) sebelum dilakukan peremajaan penanaman
kembali.
Panen Parsial (Panen sebagian)
Panen
Parsial adalah proses pemanenan sebagian biota aquatik yang dibudidayakan tanpa
harus mengenguras/mengeringkan air di lokasi budidaya dan tanpa mengganggu
berlangsungnya kegiatan budidaya atau pembesaran lanjutan. Pemanenan lawi-lawi
secara langsung turun ke tambak dengan arah menghadap ke arah inlet. Panen lawi-lawi dapat dilakukan
secara berkala dimulai ketika umur tanam lawi-lawi sudah lebih dari 3 minggu ke
atas. lawi-lawi yang sudah dipanen dikupras/dibilas dalam air tambak yang
bersih untuk mencuci lumpur yang terangkat saat pemanenan, selanjutnya
ditampung dalam waring/hapa pemberokkan selama 2-3 hari dan dilakukan sortir
secara kuantitas dan kualitas kemudian dimasukkan kedalam karung packing untuk didistribusikan ke
pasar/konsumen.
Panen Total (Panen sebagian)
Adalah
Proses pemanenan dengan menyurutkan permukaan tambak dan mengeluarkan air
tambak secara perlahan-lahan sampai kering dengan menggunakan pompa dorong
ataupun pompa hisap sampai seluruh biota yang dibudidayakan dapat dipanen
seluruhnya, setelah itu dilakukan pengeringan kembali dasar tambak untuk
kegiatan selanjutnya. Sebelum air tambak kering dilakukan panen lawi-lawi
secara total dan dilakukan pemberokkan serta sortir di tambak atau saluran air
laut yang bersih di sekitar lokasi panen. Setelah lawi-lawi selesai dipanen,
tambak dilakukan perbaikan pematang dan pengeringan untuk fase istirahat
sebelum tambak tersebut digunakan kembali
Distribusi Hasil Kegiatan
Lawi-lawi
hasil kegiatan budidaya selanjutnya dipasarkan ke beberapa pasar tradisional
yang melalui beberapa pengepul yang
biasa datang langsung ke tambak untuk membelinya..
Pemanfaatan Produk
Lawi-lawi
bagi sebagian besar masyarakat di Indonesia dimanfaatkan sebagai makanan harian (lalapan, pelengkap lauk pauk
dan obat tradisional) terutama masyarakat pesisir pantai. Selain dihidangkan
langsung dalam kondisi segar pada kegiatan pasca panen lawi-lawi juga dapat
dimanfaatkan dalam berbagai produk olahan yang memiliki nilai tambah cukup
tinggi (antara lain : Agar, Puding, Jus, dan aneka olahan menyehatkan lainnya).
Dengan potensi yang cukup banyak dari keberadaan produk lawi-lawi ini maka ke
depannya akan mendorong munculnya industri-industri olahan baik secara
tradisonal maupun modern yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan
mendukung kedaulatan pangan Nasional.
Analisa usaha budidaya rumput laut lawi-lawi di tambak
A. Biaya Investasi/Biaya Tetap (dalam satu tahun
/Ha)
|
No
|
Komponen/Kegiatan
|
Volume
|
Satuan
|
Harga (Rp)
|
|
|
Jumlah (Rp)
|
|||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
1
|
Operasional Pemeliharaan Tambak
|
1.0
|
paket
|
|
1,500,000
|
|
|
|
1,500,000
|
|
|
2
|
Sarana Produksi Perikanan (Saprokan)
|
1.0
|
paket
|
|
500,000
|
|
|
|
500,000
|
|
|
4
|
Waring Penampungan Lawi-lawi
|
1.0
|
unit
|
|
500,000
|
|
|
|
500,000
|
|
|
5
|
Timbangan
|
1.0
|
unit
|
|
250,000
|
|
|
|
250,000
|
|
|
|
Jumlah Modal Investasi (Jumlah Biaya Tetap/TFC)
|
|
|
|
|
|
|
2,750,000
|
||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
B. Biaya Operasional
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
No
|
Komponen/Kegiatan
|
Volume
|
Satuan
|
Harga (Rp)
|
|
|
Jumlah (Rp)
|
|||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
1
|
Persiapan dan konstruksi
|
1.0
|
Ha
|
|
1,000,000
|
|
|
|
1,000,000
|
|
|
2
|
Bibit lawi-lawi
|
250.0
|
kg
|
|
3,500
|
|
|
|
875,000
|
|
|
3
|
Pupuk Organik
|
125.0
|
Kg
|
|
3,600
|
|
|
|
450,000
|
|
|
|
Jumlah Biaya Operasional (TVC)
|
|
|
|
|
|
|
|
2,325,000
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
C.
Total Biaya Usaha: untuk 1 siklus/3 bulan (A+B)
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5,075,000
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||
|
D.
Penghitungan Analisis Ekonomi (Selama Masa Produktif sampai akhir
siklus/Ha/tahun)
|
|
|
|
|
|
|
|
|||
|
Jumlah Biaya (TC) = TFC +
TVC
|
|
|
=
|
2,750,000
|
|
+
|
2,325,000
|
|||
|
|
|
|
|
=
|
5,075,000
|
|
|
|
||
|
Hasil / Pendapatan Produksi 16.320 kg /tahun (Harga
jual terendah)
|
|
|
=
|
16,320
|
X
|
2,700
|
||||
|
|
|
|
|
=
|
44,064,000
|
|
|
|
||
|
Hasil Bersih (TR-TC)
|
|
|
=
|
44,064,000
|
|
-
|
5,075,000
|
|||
|
|
|
|
|
=
|
38,989,000
|
|
|
|
||
|
a. B/C Ratio = TR/TC
|
|
|
=
|
|
44,064,000
|
|
=
|
8.68
|
||
|
|
|
|
|
|
5,075,000
|
|
|
|
Artinya :
B/C Ratio lebih dari 1, berarti usaha budidaya
lawi-lawi tersebut sangat layak untuk dijalankan. Dari setiap pengeluaran Rp.
100 akan menghasilkan Rp.868
b. BEP Harga = TC/Total Produksi persiklus
|
=
|
5,075,000
|
|
=
|
311
|
||
|
Artinya
|
:
|
|
16,320
|
|
|
|
|
Akan terjadi titik impas terhadap modal yg dikeluarkan
(modal kembali) bila harga per satuan produksi mencapai Rp. 311/kg
|
|
|||||
c. FRR kepercayaan = Hasil bersih/Biaya
Investasi x 100%
|
=
|
38,989,000
|
|
X
|
100%
|
||
Financial
Rate of Return ; tingkat pengembalian modal
dalam satu tahun usaha yg dijalankan.
|
|
2,750,000
|
|
|
|
||
|
|
|
=
|
1417.78%
|
|
|
|
d. PPC Pengembalian kredit = Investasi/Hasil
Bersih x 1 tahun
|
=
|
2,750,000
|
|
X
|
1
tahun
|
||
Payback Period of Credit
; jangka waktu pengembalian kredit atau modal/investasi.
|
|
38,989,000
|
|
|
|
||
|
|
|
=
|
0.07
|
Tahun
|
Asumsi Pengembalian kredit untuk melakukan usaha budidaya lawi-lawi ini
adalah 0,07 Tahun = 0,84 bulan
Refrensi : Rekomendasi Teknologi Kelautan dan Perikanan 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar