TEKNOLOGI PEMBESARAN IKAN NILA SRIKANDI DI TAMBAK
SECARA SEMI INTENSIF
Ikan nila
Srikandi yaitu strain ikan nila unggul toleran salinitas tinggi hingga 30 ppt.
Ikan nila srikandi merupakan hasil pemuliaan Balai Penelitian Pemulian Ikan
(BPPI) Sukamandi. Ikan nila Srikandi ini dibuat dengan tujuan untuk mendapatkan
strain ikan nila yang mampu tumbuh cepat di perairan payau sehingga dapat
dibudidayakan di kawasan pesisir.
Ikan nila
Srikandi merupakan hasil perkawinan silang antara ikan nila hitam (Oreochromis nilo-ticus) betina dengan
ikan nila biru (Oreochromis aureus)
jantan. Ikan nila hitam yang digunakan merupakan
strain ikan nila unggul hasil seleksi yang mempunyai keunggulan dapat tumbuh ce-pat
pada perairan tawar, sedangkan ikan nila biru mempunyai keunggulan berupa daya
toleransi yang tinggi di perairan payau. Persilangan antara kedua spesies
tersebut menghasilkan ikan nila Srikandi yang mempunyai karakter tumbuh cepat
di perairan payau hingga salinitas 30 ppt. Per-forma ikan nila Srikandi lebih
unggul dibandingkan strain ikan nila lainnya pada saat pengujian multilokasi.
Ikan nila Srikandi dirilis sebagai strain unggul berdasarkan Surat Keputusan
Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.09/MEN/2012.
Pembesaran
ikan nila di tambak secara semi intensif merupakan kegiatan pembesaran ikan
nila yang dilakukan di perairan payau di kawasan tambak dengan menerapkan padat
tebar yang opti-mal dengan pemberian pakan komersial secara rutin.
Persyaratan
Teknis Pembesaran ikan sri kandi di tambak
Teknologi
pembesaran ikan nila Srikandi secara semi intensif di tambak sebagai upaya
peningkatan produktivitas hasil panen memerlukan beberapa persyaratan spesifik.
Persyaratan utama yang harus dipenuhi adalah kondisi salinitas yang harus
dipertahankan pada kisaran dibawah 30 ppt. Pada salinitas yang lebih tinggi
antara 30 hingga 40 ppt terjadi gangguan pertumbuhan ikan nila meskipun
sebagian besar ikan dapat bertahan hidup. Secara umum teknologi budidaya ini
membutuhkan berapa persyaratan teknis yang dikelompokkan sebagai berikut :
Persyaratan tambak :
Ukuran
tambak pembesaran bervariasi antara 2.000-10.000 m2. Tambak
yang digunakan sebagai tempat pemeliharaan harus mempunyai saluran pemasukan
yang sewaktu-waktu digunakan untuk menjaga kuantitas dan kualitas air tambak.
Saluran pemasukan digunakan untuk memasukkan air laut pada saat pasang untuk
menaikkan salinitas air tambak apabila diperlukan. Pada umumnya kualitas air
tambak akan menurun pada bulan ke tiga pemeliharaan. Saluran pemasukan dari
saluran irigasi atau sungai diperlukan untuk mempertahankan salinitas agar
berada pada kisaran di bawah 30 ppt. Tambak di pesisir pantai umumnya mempunyai
struktur tanah yang labil terutama bagian tepinya sehingga sebelum penebaran
dilakukan perbaikan pematang dan saluran air. Perbaikan pematang dilakukan
untuk menghindari kebocoran air selama pemeliharaan.
Air pemeliharaan :
Air
pemeliharaan diupayakan pada kisaran salinitas 10-30 ppt. Sumber air yang
digunakan untuk mengisi tambak dapat menggunakan air laut yang dimasukkan pada
saat pasang tinggi atau dengan air sungai/irigasi yang bebas dari cemaran bahan
kimia berbahaya.
Benih :
Benih yang
digunakan merupakan benih ikan nila unggul Srikandi. Benih sebaiknya berukuran
3-5 atau 5-7 cm yang sudah diaklimatisasi hingga mendekati salinitas tambak
pembesaran. Perbedaan salinitas tambak dengan media aklimatisasi < 5 ppt
untuk menghindari stress pada benih ikan.
Pakan :
Pakan yang digunakan yaitu pakan
komersial pelet apung dengan kadar protein 25-30 %, berukuran sekitar 2 mm pada
bulan pertama penebaran dilanjutkan pakan berukuran 3
·
Pergantian pemberian pakan 2 dan 3 mm dilakukan
dengan mencampur sedikit semi sedikit pakan berukuran 3 mm dan menyesuaikan
kondisi ikan.
·
Persyaratan teknis lainnya dituangkan dalam SOP
yang disusun berdasarkan urutan pekerjaan yang dilakukan.
Uraian cakupan teknologi yang terdiri dari
komponen-komponen teknologinya
Teknologi
pembesaran ikan nila Srikandi secara semi intensif di tambak sebagai upaya
peningkatan produktivitas usaha pembesaran ikan nila ini terdiri dari
serangkaian tahap kegiatan mulai dari persiapan tambak, aklimatisasi dan
penebaran benih, pemberian pakan, manajemen kualitas air dan pemanenan.
Cara penerapan teknologi yang diurut mulai
persiapan sampai aplikasi
Persiapan tambak:
Persiapan tambak berpengaruh besar
pada pembesaran ikan nila Srikandi secara semi intensif. Persiapan tambak
meliputi beberapa tahap yaitu :
· Pengeringan air tambak, dilakukan untuk membuang
air yang menggenang di tambak agar dapat dilakukan perbaikan pematang,
pengangkatan lumpur dan perbaikan saluran air. Pada sebagian tambak yang jauh
dari tepi pantai, pengeringan tambak dapat dilakukan sampai kering selama 4-7
hari hingga bagian dasar retak-retak.
·
Perbaikan pematang tambak, saluran air serta
pemasangan saringan dengan mesh-size 1 mm dan 2,5 mm pada pintu pemasukan dan pengeluaran
air untuk mencegah ikan predator masuk ke tambak
· Pembasmian hama seperti ikan predator dapat
dilakukan dengan pengeringan tambak. Namun demikian, pada umumnya tambak sulit
dikeringkan sehingga diperlukan proses pembasmian hama dilakukan dengan
menggunakan saponin dengan dosis 10-30 g/m2. Pemberian saponin dilakukan pada
ketinggian air antara 10-20 cm dan dibiarkan selama 3-5 hari.
·
Pengapuran tepi dan dasar tambak, dilakukan
dengan menebarkan kapur pertanian (CaCO3) dengan dosis 500-1.000 kg/Ha dan
dibiarkan selama 3-4 hari. Pemberian kapur diperlukan untuk mengurangi keasaman
tanah sekaligus sebagai desinfektan patogen.
·
Pengisian air tambak, dilakukan dengan
mengalirkan air ke saluran pemasukan dari sungai/irigasi hingga ke dalaman air
tambak antara 30-50 cm. Selanjutnya dilakukan pemupukan dengan menggunakan
pupuk organik atau anorganik sebagai sumber nitrogen dan phospat dengan
perbandingan 4:1 dan dibiarkan selama 4-7 hari atau hingga air tambak berwarna
kehijauan. Pemupukan dapat menggunakan pupuk cair komersial dengan dosis sesuai
aturan yang tertera dalam kemasan produk.
·
Pengisian air hingga kedalaman air tambak
minimal 80 cm dan dibiarkan selama 3-5 hari.
Aklimatisasi dan penebaran benih :
Aklimatisasi
benih merupakan proses adaptasi benih dari kolam air tawar ke perairan tambak
dengan salinitas tinggi. Proses adaptasi meliputi :
·
Pemberokan ikan sebelum pemanenan selama 1,5
hari
·
Penyiapan bak penampungan dengan salinitas 10
ppt
·
Pemanenan benih pada pagi atau sore hari untuk
menghindari stress
·
Penampungan dalam bak beraerasi kuat dengan
padat tebar 5.000 ekor/m2 pada benih ukuran 3-5 cm atau padat tebar 2.500
ekor/m2 pada benih berukuran 5-7 cm. Aerasi diperlukan untuk menjaga kandungan
oksigen terlarut minimal 3 mg/l
·
Meningkatkan salinitas media penampungan
sebanyak 5 ppt per hari hingga salinitas sama dengan salinitas tambak
pembesaran
·
Penebaran benih dilakukan dengan padat tebar
10-15 ekor/m2.
Penebaran benih dilakukan pada pagi atau sore hari ketika suhu udara tidak
terlalu tinggi dan dilakukan secara hati-hati agar benih tidak stress. Apabila
menggunakan kantong kemasan tertutup diperlukan penyesuaian suhu dengan
menempatkan kantong kemasan plastik di air tambak selama kurang lebih 5-10
menit atau hingga temperatur relatif sama.
Pemberian pakan :
·
Pakan yang digunakan yaitu pakan komersial pelet apung dengan
kadar protein 25-30 %.
·
Pemberian pakan dilakukan sehari setelah
penebaran karena pada awal penebaran nafsu makan ikan masih rendah dan masih
dalam proses penyesuaian dengan lingkungan tambak.
·
Pemberian pakan dilakukan dua kali sehari pada
pagi hari antara pukul 08.00-10.00 dan sore hari antara pukul 16.00-17.00. Pada
bulan pertama diberikan pakan dengan diameter 2 mm dengan feeding rate (FR) 5-8
% dari biomassa ikan. Pada bulan ke dua hingga menjelang panen diberikan pakan
berukuran 3 mm, dengan FR 3-5 % biomassa pada bulan ke dua dan 2-3 % biomassa
pada bulan berikutnya.
·
Biomassa ikan dihitung melalui sampling.
·
Pemberian pakan harus memperhatikan kondisi
lingkungan berkaitan dengan nafsu makan ikan. Pada saat mendung maka jumlah
pakan sedikit dikurangi dari jumlah yang ditentukan karena nafsu makan ikan
nila menurun. Pemberian pakan tidak boleh berlebih agar sisa pemberian pakan
tidak mencemari dan mengganggu kualitas air tambak.
Manajemen kualitas air dan kesehatan ikan :
· Selama pemeliharaan dilakukan pemantauan
kualitas air tambak agar kesehatan ikan terjaga. Manajemen kualitas (Tabel 1)
air dilakukan agar memenuhi persyaratan kesehatan ikan :
Nilai Parameter Kualitas Air Ideal
No
|
Parameter
|
Satuan
|
Nilai
|
|
|
|
|
1
|
Suhu
|
0C
|
27–32
|
2
|
Kandungan
oksigen terlarut
|
mg/l
|
> 3
|
3
|
pH
|
-
|
6,5-9
|
4
|
Nitrit
|
mg/l
|
< 0,5
|
5
|
Amoniak
|
mg/l
|
< 0,1
|
6
|
Salinitas
|
g/l
|
10-30
|
·
Parameter kualitas air yang berpengaruh besar di
tambak adalah salinitas air. Adanya fluktuasi salinitas secara mendadak lebih
dari 5 ppt akibat hujan deras dapat mempengaruhi kesehatan ikan. Apabila
salinitas mulai berubah maka harus segera dilakukan penanganan dengan
memasukkan air baru sehingga salinitas tetap terjaga. Monitoring kesehatan ikan
terkait dengan kualitas air dapat dilakukan sesuai tabel berikut :
Frekuensi Kegiatan Monitoring Kesehatan Ikan
No
|
Parameter
|
Frekuensi
(minimal)
|
|
|
|
|
|
1
|
Kualitas
air
|
|
|
|
-
|
pH
|
Sesuai
kebutuhan *)
|
|
-
|
Salinitas
|
Sesuai
kebutuhan *)
|
|
-
|
DO
|
Sesuai
kebutuhan *)
|
2
|
Pertumbuhan
Pakan Alami
|
Setiap
minggu
|
|
|
(melihat
warna dan kecerahan air)
|
|
|
3
|
Respon
pakan
|
Setiap
pemberian pakan
|
|
4
|
Pertumbuhan
ikan
|
Setiap
bulan
|
|
5
|
Kesehatan
ikan secara visual
|
Setiap
hari
|
*) apabila terjadi perubahan cuaca secara mendadak
· Data hasil monitoring dianalisis untuk digunakan sebagai dasar dalam
pengelolaan kualitas air, kesehatan, dan pemberian pakan serta untuk
perencanaan dalam pemeliharaan selanjutnya. Seluruh data hasil monitoring
dicatat atau direkam sehingga terdapat dokumentasi yang lengkap dan
dapat ditelusuri.
Pemanenan:
·
Pemanenan ikan dilakukan dengan menurunkan ketinggian air hingga
ketinggian 10-20 cm sehingga ikan akan berkumpul di caren
·
Selanjutnya dilakukan penangkapan ikan menggunakan jaring
· Panen dapat dilakukan secara total atau bertahap dengan memilih ikan
yang ukurannya sesuai. Pemeliharaan selama 3-4 bulan akan menghasilkan rerata
bobot antara 200-250 gram/ekor dengan sintasan +80 %.
KEUNGGULAN
Uraian tentang
teknologi
Teknologi
pembesaran ikan nila Srikandi secara semi intensif di tambak ini merupakan
teknologi yang dimodifikasi dari teknologi budidaya ikan nila Srikandi dan
mengacu pada SNI 7550:2009 tentang Produksi ikan nila (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas pembesaran di kolam air
tenang. Teknologi budidaya ikan nila Srikandi disusun sebagai
pedoman
pemeliharaan ikan nila Srikandi pada lahan marginal atau sub-optimal dengan
padat tebar rendah dengan mempertimbankan daya dukung lingkungan sekitar.
Modifikasi teknologi ini dilakukan untuk meningkatkan produktivitas ikan nila
Srikandi pada lahan tambak yang lebih terkontrol. Peningkatan produktivitas
melalui penambahan padat tebar serta pemberian pakan buatan tersebut diharapkan
dapat meningkatkan hasil panen yang berdampak langsung pada peningkatan kesejahteraan
pembudidaya.
Uraian
keberhasilan teknologi
Ikan nila
Srikandi dapat dimanfaatkan sebagai komoditas unggulan pada pembesaran di
kawasan pesisir dengan salinitas sedang hingga tinggi. Pada pembesaran di
tambak, ikan nila Srikandi tumbuh lebih baik dibandingkan ikan nila air tawar
pada umumnya. Ikan nila Srikandi mempunyai karakter hibrid vigour dengan
performa yang lebih baik dari rerata tetuanya pada karakter pertumbuhan dan
sintasan. Penggunaan ikan nila Srikandi pada kawasan pesisir akan meningkatkan
produktivitas lahan dengan meningkatnya hasil panen dibandingkan strain
lainnya. Namun demikian, penggunaan padat tebar rendah antara 1-5 ekor/m2 pada
pedoman budidaya tersebut menghasilkan produktivitas panen yang masih relatif
rendah antara 3-6 ton/ha.
Peningkatan padat
tebar diatas 5 ekor/m2 yang digunakan pada teknologi ini berdampak pada
peningkatan hasil panen per satuan luas tambak. Ikan nila Srikandi yang
dibesarkan pada tambak bersalinitas sedang hingga tinggi pada salinitas 30 ppt
menunjukkan performa yang baik dan dapat mencapai ukuran 150-200 gram dalam
waktu 3 bulan pemeliharaan. Pada akhir pemeliharaan diperoleh rerata sintasan +
70 % dan biomassa panen sekitar 10,5 ton/ha.
Penerapan
teknologi ini membutuhkan input pakan
komersial yang cukup tinggi apabila dibandingkan dengan metode pembesaran
ekstensif yang biasa diterapkan oleh para petambak. Pemberian pakan komersial
secara rutin akan berdampak pada peningkatan modal usaha. Aplikasi berbagai
teknologi pakan buatan yang sudah dikembangkan dapat diterapkan untuk menekan
kebutuhan pakan komersial.
Produksi ikan
nila Srikandi secara semi intensif dapat menghasilkan biomassa panen yang lebih
tinggi dibandingkan ikan nila lokal pada umumnya yang menghasilkan panen kurang
dari 2 ton/ha. Rendahnya hasil panen nila lokal di tambak disebabkan oleh
kematian massal apabila salinitas di atas 15 ppt, sehingga ikan yang bertahan
pada umumnya yang berukuran kecil dalam jumlah sedikit.
Pembesaran ikan
nila Srikandi secara semi intensif di tambak selain meningkatkan produktivitas
panen juga memberikan keunggulan dibandingkan pada pembesaran di kolam air
tawar. Beberapa keunggulan ikan nila Srikandi hasil pembesaran di tambak adalah
:
Toleran terhadap salinitas tinggi hingga 30
ppt
Benih ikan nila
Srikandi yang sudah diaklimatisasi sesuai salinitas tambak dapat hidup dengan
baik pada salinitas tinggi hingga 30 ppt dengan nilai sintasan + 70 %.
Hal ini berbeda dengan ikan nila pada umumnya yang mengalami tingkat kematian
tinggi dengan sintasan rendah dibawah 30 % pada salinitas diatas 15 ppt.
Ikan nila ini dipelihara di tambak
dapat mencapai ukuran 200 gram dalam waktu 3 bulan seperti halnya pada
pemeliharaan di kolam air tawar.
Kandungan protein tinggi
Hasil
pengujian kualitas daging menunjukkan kandungan protein yang lebih tinggi atau
pada kisaran 21 % pada pemeliharaan di tambak bersalinitas tinggi sehingga baik
dikonsumsi sebagai bahan pangan sumber protein hewani.
Kandungan asam lemak omega 3 dan 6 tinggi
Hasil analisa
kualitas daging menunjukkan kandungan asam lemak omega 3 dan 6 yang tinggi pada
pemeliharaan di tambak. Hal ini tidak terlepas dari banyaknya sumber pakan
alami yang mengandung omega 3 dan 6 pada lingkungan pemeliharaannya. Kandungan
asam lemak omega 3 mencapai 105,69+37,82 mg/100g daging, sedangkan
kandungan asam lemak omega 6 mencapai 233,76+57,74 mg/100g daging.
Konsumsi bahan pangan yang mengandung asam lemak omega 3 dan 6 baik bagi
kecerdasan, fungsi otak dan kesehatan.
Cita rasa daging lebih enak
Ikan nila Srikandi yang dibesarkan di tambak lebih mempunyai cita rasa
daging yang enak, gurih serta mempunyai tekstur daging yang kenyal. Hal ini
menyebabkan hasil tambak ikan nila Srikandi lebih banyak dicari konsumen.
Secara umum
ikan nila Srikandi mempunyai keunggulan pertumbuhan cepat pada perairan tambak
apabila dibandingkan ikan nila lainnya sehingga berdampak pada produktivitas
panen. Saat ini terdapat dua strain ikan nila yang sudah dirilis secara resmi
yang dikhususkan untuk pembesaran ikan nila di lahan bersalinitas. Strain ikan
nila lainnya yang sudah dirilis untuk budidaya di tambak adalah ikan nila
Salina (NOMOR. 22/KEPMEN-KP/2014). Ikan nila salina dibentuk melalui
hibridisasi antara ikan nila merah betina dengan ikan nila hitam jantan dan
dapat digunakan untuk pembesaran pada tambak bersalinitas 20-25 ppt.
Ikan nila
Srikandi mempunyai keunggulan yang lebih baik terutama pada toleransi
salinitasnya yang dapat dibesarkan pada tambak bersalinitas tinggi hingga 30
ppt. Hal ini disebabkan kombinasi ikan nila yang digunakan adalah ikan nila
hitam betina dan ikan nila biru jantan. Ikan nila biru mempunyai toleransi
salinitas yang lebih tinggi dibandingkan ikan nila merah, namun lebih rendah
dibandingkan mujair.
Mudah
diterapkan dalam sistem usaha
Pembesaran ikan
nila Srikandi secara semi intensif di tambak tidak memerlukan penggunakan
peralatan ataupun teknologi budidaya yang spesifik. Sebagian besar tambak
dengan infrastruktur yang ada secara umum dapat digunakan untuk kegiatan
pembesaran ikan nila secara semi intensif.
KELAYAKAN
FINANSIAL DAN ANALISA USAHA
Penerapan
teknologi pembesaran ikan nila Srikandi secara semi intensif di tambak ini
layak se-cara ekonomis. Penerapan tenologi ini tidak memerlukan biaya besar
namun dapat memberi-kan keuntungan yang optimal dengan adanya peningkatan
produktivitas panen. Budidaya yang dilakukan secara semi intensif dapat menekan
kebutuhan pakan buatan karena kondisi di tambak pada umumnya kaya pakan alami
yang beragam jumlah dan jenisnya. Ikan nila bersifat omnivora dan dapat
memanfaatkan semua jenis makanan yang ada di perairan. Budidaya ikan nila
secara semi intensif dapat diterapkan oleh pembudidaya di kawasan pesisir.
Analisa usaha
pembesaran dihitung dalam waktu 4 bulan dengan menggunakan lahan tambak seluas
1 Ha. Pembesaran dilakukan dengan menerapkan prosedur pembesaran sehingga dapat
menghasilkan ikan nila konsumsi berukuran +200 gram dalam waktu 4 bulan.
Rerata sintasan hasil panen 70 %. Pakan komersil yang digunakan mengandung
protein >25 %, dengan penumbu-han pakan alami di tambak yang cukup maka FCR
pakan buatan dapat ditekan.
Rerata hasil
panen dengan mengacu pada SPO pembesaran
Parameter
|
Satuan
|
Padat
tebar 10 ekor/m2
|
Luas
lahan
|
m2
|
10.000
|
Jumlah
tebar
|
ekor
|
100.000
|
Jumlah
akhir
|
ekor
|
70.000
|
Rerata
bobot
|
gram
|
150-200
|
Biomassa
panen*
|
Kg
|
10.500
|
Produktivitas*
|
ton/Ha
|
10,5
|
·
Kondisi
tambak optimal dengan waktu pemeliharaan 3 bulan dan SR 70 %
Sumber : Buku Rekomendasi Teknologi 2015 Kementrian Kelautan dan Perikanan RI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar