PEMILIHAN
LOKASI
BUDIDAYA
BAWAL BINTANG
A. LATAR BELAKANG
Eksploitasi sumberdaya perikanan
laut Indonesia sebagian besar masih dititik-beratkan pada kegiatan penangkapan.
Upaya penangkapan ikan laut yang sangat intensif dapat mengganggu bahkan
merusak kelestarian lingkungan sumberdaya hayati perairan. Salah satu upaya
yang dapat ditempuh untuk mengantisipasi permasalahan tersebut adalah melakukan
kegiatan budidaya. Sebagaimana yang kita ketahui belakangan ini usaha
pembudidayaan ikan Bawal Bintang di Karamba Jaring Apung sudah mulai berkembang
seperti yang ada di Teluk Lampung dan beberapa daerah lain di Indonesia.
Untuk menunjang keberhasilan
kegiatan yang akan dilakukan, pengkajian secara teknis maupun non-teknis sangat
perlu dilakukan. Perhitungan yang kurang teliti dan adanya kekeliruan dalam
menentukan lokasi budidaya dapat mengakibatkan resiko yang sangat tinggi,
mengingat besarnya investasi yang ditanamkan. Salah satu faktor yang perlu
mendapatkan perhatian khusus adalah bagaimana cara menentukan lokasi yang tepat
untuk budidaya ikan Bawal Bintang di Karamba Jaring Apung.
Faktor non-teknis yang menjadi
pertimbangan utama dalam menentukan lokasi adalah dari segi resiko dan adanya
kemudah-kemudahan dalam operasionalnya. Sedang dari sisi teknis adalah faktor
kualitas air dan sifat biologi ikan Bawal Bintang itu sendiri.
B. PERSYARATAN LOKASI
1. Faktor Resiko
Beberapa resiko yang perlu
dipertimbangkan biasanya berkaitan dengan pencemaran, manusia, keamanan dan
faktor adanya perbedaan kepentingan.
Dalam menentukan lokasi harus
diperhatikan sumber-sumber pencemar yang ada disekitar lokasi seperti limbah
rumah tangga, pertanian, budidaya tambak dan yang sangat berbahaya adalah
limbah industri. (Tabel 1).
b.
Perbedaan Kepentingan
Wilayah perairan merupakan tempat
bermacam-macam kegiatan yang satu sama lainnya berbeda kepentingan. Hal ini
dapat diatasi dengan adanya tata ruang yang jelas yang dibuat oleh pemerintah
daerah Kabupaten/Kota. Area tempat budidaya harus jauh dengan kegiatan industri
dan merupakan tempat lalu lintas pelayaran.
c. Lokasi
Terlindung
Lokasi budidaya ikan Bawal
Bintang di karamba Jaring apung harus menghindari kerusakan oleh gelombang yang
besar. Daerah yang terbuka akan dapat memperpendek umur teknis sarana budidaya
dan memungkinkan terjadinya kerusakan rakit jaring apung pada saat kegiatan
berlangsung. Lokasi yang baik harus terlindung dari tiupan angin kencang dan
gelombang yang besar.
d.
Keamanan
Keamanan berusaha tidak kalah
pentingnya dibandingkan dengan faktor-faktor lain yang sudah dibicarakan
sebelumnya. Kerawanan oleh gangguan pencurian tidak menguntungkan bagi dunia
usaha tidak terkecuali budidaya Bawal Bintang di karamba jarring apung.
2. Faktor Kemudahan
Untuk menunjang keberhasilan
usaha budidaya ikan Bawal Bintang perlu diperhatikan banyak kemudahan, antara
lain dekat dengan pasar, transportasi lancar, dekat sumber pakan, dekat dengan
sumber bibit dan sarana komunikasi yang baik. Ketersediaan sumberdaya manusia
yang handal sangat mendukung dalam usaha budidaya ikan Bawal Bintang.
Tersedianya tenaga ahli dan tenaga trampil merupakan permasalahan yang sangat
mendasar untuk segera diatasi dalam menunjang keberhasilan budidaya ikan Bawal
Bintang.
a. Sifat
Fisika
Parameter fisika yang perlu
diperhatikan adalah kecerahan, suhu, kecepatan arus, warna, bau dan padatan
tersuspensi dan dasar perairan. Baku mutu air laut untuk biota laut (Budidaya
Perairan) menurut Kep. Men. Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004 disajikan pada Tabel 2.
1).
Kecepatan arus
Kecepatan arus tempat budidaya
harus mempunyai pergerakan air yang cukup. Dalam budidaya ikan arus air
bermanfaat untuk menambah kandungan oksigen terlarut dan sirkulasi air media
pemeliharaan. Kecepatan arus yang baik untuk budidaya ikan laut di karamba
Jaring Apung antara 20-30 cm/detik.
2). Suhu
Temperatur mempunyai pengaruh
yang besar terhadap aktifitas metabolisme hewan air. Suhu yang baik untuk
budidaya ikan Bawal Bintang di Karamba Jaring Apung berkisar antara 28 – 32
derajat Celsius.
3).
Kecerahan
Kecerahan perairan dipengaruhi
oleh kondisi alam, jumlah partikel yang tersuspensi serta plankton di suatu
perairan. Kecerahan yang baik untuk budidaya ikan Bawal Bintang lebih dari 5
meter.
4). Dasar
Perairan dan Kedalaman Air
Air laut harus jernih dan bersih
sepanjang tahun, perairan pantai dengan dasar perairan berpasir atau berkarang
pada umumnya jernih dan merupakan tempat budidaya yang cocok untuk ikan Bawal
Bintang. Kedalaman air untuk budidaya ikan di karamba jaring apung minimal 5 m
pada waktu surut terendah dan kedalaman air sebaiknya tidak lebih dari 30 m.
Kedalaman air yang terlalu dalam akan menambah biaya untuk pembelian tali
jangkar.
Beberapa parameter kimia yang
perlu diperhatikan dalam pemilihan lokasi budidaya ikan laut di karamba jaring
apung meliputi oksigen terlarut (DO), salinitas, pH, BOD, COD, amoniak, nitrit,
nitrat, logam berat serta bahan polutan.
1).
Salinitas
Ikan Bawal Bintang dapat hidup di
air laut yang berkadar garam tinggi dan bisa juga hidup sampai salinitas rendah
di tambak. Salinitas yang baik untuk budidaya ikan Bawal Bintang antara 5 – 33
psu.
2).
Oksigen Terlarut
Oksigen terlarut sanagat
dibutuhkan bagi kehidupan ikan dan organisme air lainnya. Kandungan oksigen
dalam air dapat mempengaruhi pertumbuhan ikan. Konsentrasi oksigen terlarut
dalam air yang ideal lebih dari 5 ppm.
3). pH
Konsentrasi ion hydrogen dalam
air sangat mempengaruhi senyawa yang ada dalam perairan. pH air yang baik untuk
budidaya ikan Bawal Bintang antara 7,8 – 8,5.
4).
Amonia
Kandungan amonia dalam air sangat
dipengaruhi oleh proses pembusukan protein hewani dan nabati yang disebabkan
oleh mikroba. Kadar amonia untuk daerah tropis sebaiknya kurang dari 0,01 ppm.
5).
Nitrit
Kandungan Nitrit dipermukaan air
jaring terdeteksi karena telah berubah menjadi nitrat, Kandungan nitrit untuk
budidaya ikan kurang dari 0,07 ppm. Tingginya kadar nitrit dapat mempengaruhi
aktifitas tubuh ikan dan ikan menjadi lemah.
6).
Nitrat
Kandungan nitrat yang berlebihan
dapat menurunkan kualitas air. Ikan yang dipelihara pada lingkungan perairan
yang mengandung nitrat tinggi akan mengakibatkan terganggunya metabolisme,
nafsu makan berkurang dan ikan jadi lemah.
Tinggi rendahnya hasil pengukuran
BOD suatu perairan menunjukkan bahwa bahan organik perairan tersebut dan beban
polutan yang terjadi di perairan yang sedang kita survei. Reaksi biokimia dapat
terjadi karena adanya oksigen terlarut. Semakin tinggi angka BOD suatu
perairan, semakin tinggi derajat pencemaran bahan organik yang memerlukan
oksigen dalam proses dekomposisinya. NIlai BOD antara lain tergantung pada
jumlah dan jenis zat hara, zat kimia lain, jumlah dan tipe mikroba, suhu serta
pH. Zat hara berasal dari kegiatan pertanian atau pemupukan, peternakan,
deterjen, erosi dan limbah industri tertentu.
8). Bahan
Organik
Pengaruh bahan organik secara
langsung pada organism yang dipelihara adalah gangguan system pernapasan.
Kandungan bahan organik yang tinggi dapat menyebabkan blooming fitoplankton, hal ini dapat menurunkan kandungan oksigen
yang akhirnya menurunkan kualitas
air. Selain akibat kompetisi oksigen, penguraian bahan organik oleh bakteri
juga membutuhkan oksigen yang cukup banyak. Penguraian bahan organik dapat juga
terjadi pada kondisi anaerob dengan
produk akhir adalah senyawa organik (asam) dan mikroba pathogen yang memang
bertahan hidup dalam keadaan anerob.
Jika penguraian bahan organik terjadi dalam kondisi aerob maka yang dihasilkan
adalah unsur-unsur hara yang berguna bagi mikro alga nabati.
9). Logam
Berat
Bahan beracun seperti logam berat
sanagat berbahaya bagi kehidupan organisme yang dipelihara dan manusia yang
mengkonsumsinya. Sebagai bahan pertimbangan, diantara logam berat yang perlu
diperhatikan dalam kegiatan budidaya ikan di Karamba Jaring Apung dapat dilihat
pada Tabel 1.
Tabel 1. Sumber polutan dan karakteristiknya
No.
|
Kelompok Polutan
|
Efek
|
Sumber
|
1.
|
Cemaran yang dapat
|
Deoksigenasi, kondisi
|
Pabrik gula, alcohol, bir, pulp
|
terurai
secara biologis
|
anerobik,
bau,
|
dan
kertas, susu, lapisan
|
|
(BOD).
Racun primer:
|
mengakibatkan
ikan
|
logam
pabrik, Na OH, pabrik
|
|
As, CN,
Cr, Cd, Co,
|
mati,
akumulasi pada
|
bakteri,
penyamakan kulit,
|
Tabel 2. Baku mutu air laut untuk biota laut
(Budidaya Perikanan)
No.
|
Parameter
|
Satuan
|
Baku Mutu
|
||
1
|
Kecerahan
|
Meter
|
Coral 5, Lamun 3
|
||
2
|
Kekeruhan
|
Nephelometric Turbidity
|
< 5
|
||
Unit
|
|||||
3
|
Padat tersuspensi
|
Mb/l
|
Coral : 20 < 10 %
|
||
4
|
Benda Terapung
|
-
|
Nihil
|
||
5
|
Lapisan Minyak
|
-
|
Nihil
|
||
6
|
Suhu
|
0C
|
Alami 28-30
|
||
KIMIA
|
|||||
1
|
pH
|
-
|
7-8,5
|
||
2
|
Salinitas
|
psu
|
Alami 33-34
|
||
3
|
Oksigen
|
Mg/l
|
6 (80-90 %
|
||
kejenuhan)
|
|||||
4
|
BOD
|
Mg/l
|
≤ 20
|
||
5
|
Fosfat (PO4P)
|
Mg/l
|
0,015
|
||
6
|
Amonia
|
Mg/l
|
≤ 0,3
|
||
7
|
Nitrit
|
Mg/l
|
Nihil
|
||
8
|
Sianida (Cn)
|
Mg/l
|
≤ 0,05
|
||
Sulfida
(H2S)
|
Mg/l
|
≤0,0002
|
|
10
|
Minyak dan lemak
|
Mg/l
|
Nihil
|
11
|
Senyawa fenol
|
Mg/l
|
Nihil
|
12
|
Pestisida Organoklorin
|
Mg/l
|
Nihil
|
13
|
Poliklorinated Bifenil (PCB)
|
Mg/l
|
Nihil
|
14
|
Sulfaktan (Detergen)
|
Mg/l MBAS
|
1
|
Logam Terlarut
|
|||
1
|
Raksa/Merkuri (Hg)
|
Mg/l
|
0,001
|
2
|
Logam-Semilogam
|
Mg/l
|
0,0001
|
3
|
Kadmium
( Cd)
|
Mg/l
|
0, 0015
|
4
|
Seng
(Zn)
|
Mg/l
|
0,05
|
5
|
Timbal
(Pb)
|
Mg/l
|
0,008
|
6
|
Kromium/Heksavalen
(Cr)
|
Mg/l
|
0, 0005
|
7
|
Selenium
(Se)
|
Mg/l
|
0,0005
|
8
|
Tembaga
(Cu)
|
Mg/l
|
0,008
|
9
|
Perak (
Ag)
|
Mg/l
|
0,00100
|
10
|
Arsen
(As)
|
Mg/l
|
0,002
|
11
|
Nikel
(Ni)
|
Mg/l
|
0, 05
|
Biologi
|
|||
1
|
E. coliform
|
Sel/100 ml
|
Nihil
|
2
|
Patogen
|
Sel/100 ml
|
Nihil
|
3
|
Plankton
|
-
|
Tidak blooming
|
Radio Nuklida
|
|||
1
|
Komposisi yang tidak diketahui
|
1
|
Komposisi yang
|
tidak
diketahui
|
|||
C. PENILAIAN
Dalam melakukan penilaian dari
hasil survey calon lokasi untuk budidaya ikan Bawal Bintang banyak faktor yang
harus dipertimbangkan seperti yang telah disampaikan sebelumnya. Untuk
mempermudah dalam mengambil keputusan tentang calon lokasi budidaya yang akan
dipilih dapat dilakukan seperti pada Tabel
3.
Tabel 3. Contoh penilaian lokasi budidaya Bawal
Bintang
Parameter
|
Nilai (n)
|
Konstanta
(k)
|
Hasil (nxk)
|
|
Keterlindungan:
|
||||
-
|
Baik
|
5
|
3
|
15
|
-
|
Sedang
|
3
|
||
-
|
Buruk
|
1
|
||
Kedalaman
perairan:
|
||||
-
|
5-15 m
|
5
|
1
|
5
|
-
|
16-20 m
|
3
|
||
- < 5
& > 20 m
|
1
|
|||
Dasar
Perairan:
|
||||
-
|
Karang
berpasir
|
5
|
1
|
5
|
-
|
Pasir
berlumpur
|
3
|
||
-
|
Lumpur
|
1
|
||
Pencemaran:
|
||||
-
|
Tidak
tercemar
|
5
|
3
|
15
|
-
|
Sedang
|
3
|
||
-
|
Tercemar
|
1
|
||
Alur
pelayaran
|
||||
-
|
Tidak
terganggu
|
5
|
3
|
15
|
-
|
Agak
terganggu
|
3
|
||
-
|
Terganggu
|
1
|
||
Kemudahan:
|
||||
-
|
Baik
|
5
|
||
-
|
Sedang
|
3
|
1
|
3
|
-
|
Sulit
|
1
|
||
Keamanan
:
|
||||
-
|
Aman
|
5
|
3
|
15
|
-
|
Kurang
Aman
|
3
|
||
-
|
Tidak
aman
|
1
|
||
Kecepatan
Arus :
|
||||
-
|
15-30
cm/detik
|
5
|
||
-
|
31-40
cm/detik
|
3
|
2
|
6
|
- < 16
dan > 40
|
1
|
|||
cm/detik
|
||||
Kecerahan
:
|
||||
-
|
Sampai
dasar
|
5
|
||
-
|
> 2
m
|
3
|
2
|
6
|
-
|
< 2
m
|
1
|
||
Kualitas
Kimia Air :
|
||||
-
|
Baik
|
5
|
||
-
|
Sedang
|
3
|
3
|
9
|
-
|
Buruk
|
1
|
||
Jumlah
|
94
|
|||
Keterangan:
1, Nilai
80-100 : baik
2. Nilai 70-79 :
Cukup
3. Nilai 60-69 : dapat
dipertimbangkan kalau parameter yang kurang baik dapat diperbaiki dengan
pendekatan ilmiah yang tepat
4. Nilai
< 60 : tidak dapat dipakai
DAFTAR
PUSTAKA
Anonymous, 1986. Manual on
Floating Net-Cages. Fish farming In Singapore’s Coastal water. Pri. Prod. Dept.
Ministry of Nat’l Develop. Republic of Singapore. Fisheries Handbook No. : 1 :
17 p.
Alqodri, A.H., Sudjiharno dan
Anindiastuti, 1999. Pemilihan Lokasi Pembenihan Ikan Kerapu Tikus (Cromileptes altivelis). Balai Budidaya
laut lampung Direktorat jenderal Perikanan Departemen Pertanian: 10-19.
Alqodri, A.H., Meiyana, M.dan
Firdaus, M., 2012. Pemilihan Lokasi Pembenihan Cobia (Rachycentron canadum).
Juknis Budidaya Laut No. 19: 8-17
Dwi Handoko Putro, B.B. Raharjo
dan Muawanah, 1999. Persyaratan Lokasi Budidaya Ikan kakap Putih (Lates calcarifer, Bloch). Balai Budidaya
Laut Lampung Direktorat Jenderal perikanan departemen Pertanian: 8-13.
Akbar, S., Sudjiharno dan
Sunaryat, 2001. Pemilihan Lokasi Budidaya. Pembesaran Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) dan Kerapu Tikus (Cromileptes altivelis) di
Karamba Jaring Apung. Juknis Seri: No. 7, :8-13
Tidak ada komentar:
Posting Komentar