NUTRISI
DAN TEKNIK PEMBUATAN
PAKAN
FORMULA
A. LATAR BELAKANG
Ikan merupakan salah satu
organisme air yang memiliki kandungan protein tinggi, sehingga dapat
dimanfaatkan sebagai salah satu sumber pangan bagi manusia. Naylor et al. (2009) menyatakan bahwa total
ikan yang dikonsumsi manusia sekitar 50% sumbangan dari akuakultur dan produksi
akuakultur akan terus meningkat seiring dengan peningkatan permintaan dan
populasi dunia.
Faktor yang menjadi penentu
kesinambungan produksi akuakultur, salah satunya yaitu ketersediaan pakan
buatan. Para pembudidaya lebih memilih menggunakan pakan buatan dibandingkan
dengan pakan alami (ikan segar), oleh karena pakan buatan mempunyai keunggulan
antara lain: ketersediaannya sepanjang tahun, mudah dan tahan lama dalam
penyimpanan, mudah dalam aplikasi pemberian pakan serta kebutuhan nutrisinya
dapat disesuaikan dengan kebutuhan ikan.
Dengan membuat pakan buatan
diharapkan jumlah pakan yang dibutuhkan oleh ikan akan terpenuhi setiap saat.
Pakan buatan yang berkualitas baik harus memenuhi kriteria-kriteria, antara
lain: kandungan nutrisi pakan terutama protein sesuai dengan kebutuhan ikan,
ukuran pakan sesuai dengan bukaan mulut ikan, mudah dicerna dan diserap,
memiliki rasa dan bau yang disukai ikan dan kadar abu rendah.
B. KEBUTUHAN NUTRISI
Ikan Bawal Bintang, seperti hewan
lainnya membutuhkan keseimbangan dalam pakannya untuk dapat tumbuh dan hidup
sehat. Kelengkapan nutrisi dalam pakan mutlak diperlukan untuk menjaga agar
pertumbuhan ikan dapat berlangsung secara normal. Kebutuhan nutrisi yang
meliputi protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral dalam pakan ikan,
berbeda menurut jenis dan ukurannya.
Protein adalah nutrien yang
dibutuhkan dalam jumlah besar pada formulasi pakan ikan. Nutrien dibutuhkan
sebagai: bahan-bahan pembentuk jaringan tubuh yang baru (pertumbuhan) atau
pengganti jaringan tubuh yang rusak, sebagai bahan baku untuk pembentukan
enzim, hormon, antibodi dan bahan baku untuk penyusun protein plasma serta
sebagai sumber energi. Kebutuhan ikan akan protein dipengaruhi oleh berbagai
faktor, antara lain ukuran ikan, suhu air, kandungan energi dalam pakan yang
dapat dicerna dan kualitas protein. Protein yang dibutuhkan oleh ikan peliharaan
sangat erat hubungannya dengan tingkat protein optimum (optimum protein level) dalam pakan ikan tersebut. Ikan-ikan kecil
(larva) membutuhkan tingkat protein yang lebih tinggi dibandingkan ikan yang
relatif besar. Lingkungan juga mempengaruhi tingkat protein yang dibutuhkan.
Keseimbangan antara energi dan
kadar protein sangat penting dalam laju pertumbuhan, karena apabila kebutuhan
energi kurang, maka protein akan dipecah dan digunakan sebagai sumber energi.
Pemakaian sebagian protein sebagai sumber energi ini akan menyebabkan
pertumbuhan ikan terhambat (Buwono 2000). Protein dalam pakan dengan nilai
biologis tinggi akan memacu penimbunan protein tubuh lebih besar dibanding
dengan protein yang bernilai biologis rendah. Peningkatan kelebihan energi dari
pakan yang dikonsumsi menyebabkan jumlah total protein yang ditimbun menurun,
akan tetapi bagian energi yang diretensi akibat meningkatnya energi yang
dikonsumsi menyebabkan terjadinya penimbunan lemak tubuh. Atas dasar ini maka
pemberian protein pada pakan ikan harus berada pada batas tertentu agar dapat
memberikan pertumbuhan maksimum bagi ikan dan efisiensi pakan yang tinggi.
Setiap ikan membutuhkan kadar
protein yang berbeda-beda untuk pertumbuhannya dan dipengaruhi oleh umur/ukuran
ikan, namun pada umumnya ikan membutuhkan protein sekitar 35–50% dalam pakannya
(Hepher 1990). Kualitas protein pakan, terutama ditentukan oleh kandungan asam
amino esensialnya, semakin rendah kandungan asam amino esensialnya maka mutu
protein semakin rendah pula. Penentuan kualitas protein
dapat dilakukan dengan membandingkan komposisi asam
amino essensial yang dikandung pakan dengan standar kebutuhan asam amino
essensial ikan.
Apabila protein dihidrolisis dengan larutan asam atau
basa atau enzim akan didapat lebih kurang 20 asam amino yang berbeda. Dari 20
asam amino tersebut telah diketahui hanya 10 asam amino yang sangat penting dan
harus tersedia dalam pakan ikan yaitu : Leucine, Methionine, Isoleucine,
Triptophan, Valine, Arginine, Threonine, Histidine, Phenylalamine dan Lysine (Tabel 1).
Kebutuhan ikan terhadap asam
amino tergantung pada jenis ikan, ukuran ikan dan lingkungan dimana ikan
tersebut hidup. Tacon (1986) telah membuat parameter tentang kebutuhan asam
amino essensisl untuk ikan-ikan karnivora yang dapat dipakai sebagai panduan
dalam menentukan kisaran asam amino essensial yang diperlukan untuk pembuatan
pakan ikan laut yang dibudidayakan.
Tabel 7. Kebutuhan Asam Amino Esensial untuk
Ikan-ikan Karnivora (Tacon 1986)
Jenis
|
Ukuran Ikan
|
|||||
Asam Amino
|
||||||
Benih
|
Gelondongan
|
Juwana
|
Pembesaran
|
Induk
|
||
Leucine
|
2,66
|
2,05
|
2,40
|
2,30
|
2,4
|
|
Methionine
|
1,00
|
0,94
|
0,9
|
0,87
|
0,9
|
|
Isoleucine
|
1,46
|
1,37
|
1,32
|
1,26
|
1,32
|
|
Triptophan
|
1,67
|
1,58
|
1,57
|
1,45
|
1,5
|
|
Valine
|
0,31
|
0,29
|
0,28
|
0,27
|
0,28
|
|
Arginine
|
2,24
|
2,11
|
2,02
|
1,94
|
2,02
|
|
Threonine
|
1,2
|
1,13
|
1,09
|
1,04
|
1,09
|
|
Histidine
|
0,95
|
0,89
|
0,85
|
0,82
|
0,85
|
|
Phenylalamine
|
1,57
|
1,42
|
1,36
|
1,31
|
1,36
|
|
Lysine
|
3,08
|
2,90
|
2,78
|
2,66
|
2,78
|
|
2. Lemak
Lemak merupakan senyawa yang tidak
larut dalam air namun larut dalam pelarut organik seperti bensin atau ether.
Keberadaan lemak dapat digunakan sebagai sumber Asam Lemak Esensial (EFA),
energi dan pembawa vitamin yang larut dalam lemak. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tingkat
kebutuhan lemak pada ikan berbeda untuk setiap spesies. Defisiensi asam lemak
pada pakan dapat menimbulkan sifat- sifat pathologis seperti laju pertumbuhan
yang rendah dan konversi pakan yang jelek yang akhirnya menimbulkan mortalitas.
Lemak pada pakan mempunyai
peranan penting bagi ikan, karena berfungsi sebagai sumber energi dan asam
lemak esensial, memelihara bentuk dan fungsi membran atau jaringan sel yang
penting bagi organ tubuh tertentu, membantu dalam penyerapan vitamin yang
terlarut dalam lemak, bahan baku hormon dan untuk mempertahankan daya apung
tubuh (NRC 1993).
Lemak dalam satu unit yang sama
mengandung energi dua kali lipat dibandingkan dengan protein dan karbohidrat.
Jika lemak yang dikonsumsi dapat memberikan energi yang cukup untuk kebutuhan
metabolisme, maka sebagian protein yang di konsumsi dapat digunakan tubuh untuk
pertumbuhan dan bukan digunakan sebagai sumber energi (NRC 1993). Kebutuhan
ikan laut terhadap asam lemak essensial lebih tinggi dibandingkan dengan air
tawar. Sampai saat ini para peneliti belum menemukan pengganti minyak ikan
sebagai penyuplai utama asam lemak omega-3 rantai panjang yang tidak jenuh highly unsaturated fatty acids (HUFA) terutama asam eikosapentanat (EPA,
C20:5n-2) dan dokosaheksanat (DHA, C22:6n-3),
baik untuk ikan budidaya maupun untuk konsumsi manusia. Kedua asam lemak tersebut
sangat dibutuhkan oleh ikan budidaya laut untuk kelangsungan hidup dan
pertumbuhannya (Alimuddin, 2005).
3. Karbohidrat
Karbohidrat secara sederhana
didefinisikan sebagai bahan organik yang mengandung unsur Carbon (C), Hidrogen
(H) dan Oksigen (O) dengan perbandingan yang berbeda. Monosakarida merupakan
unit dasar penyusunan karbohidrat. Jenis karbohidrat lainnya adalah disakarida
yang terdiri dari 2 monosakarida, oligosakarida dari 3-6 monosakarida dan
polisakarida yang memiliki lebih dari 6 monosakarida.
Karbohidrat merupakan sumber
energi yang murah dan umumnya melimpah pada pakan hewan. Meskipun karbohidrat
merupakan sumber energi yang penting, namun diperlukan dalam jumlah yang relatif kecil dalam pakan. Karbohidrat dalam
pakan dapat berupa serat kasar yang tidak dapat dicerna serta BETN (Bahan
Ekstrak Tanpa Nitrogen) yang dapat dicerna (NRC, 1983).
4. Vitamin
Vitamin adalah bahan organik
komplek yang memiliki ukuran molekul kecil dengan jumlah yang kecil dalam pakan.
Vitamin dibutuhkan untuk pertumbuhan normal, maintenance dan reproduksi. Defisiensi vitamin pada pakan ikan
dapat menimbulkan gangguan yang
spesifik pada ikan.
Vitamin dibagi dua bagian yaitu
yang larut dalam air dan vitamin yang larut dalam lemak. Vitamin yang larut
dalam air digunakan dalam bentuk langsung atau sebagai enzim tertentu, misalnya
Pyridoxal Phospate yang berfungsi
sebagai koenzim pada seluruh transportasi asam amino dan Thiamine sebagai ko-enzim untuk co-carboxylase.
Sedangkan hampir tidak ada vitamin yang larut dalam lemak berfungsi sebagai
koenzim. Vitamin A berfungsi sebagai pigmen penglihatan dan terlibat dalam
metabolisma mucopolysaccharida.
Vitamin E merupakan antioksidan. Vitamin D untuk homeostasis Kalsium dan vitamin K yang berperan
dalam transpot elektron.
Dalam pembuatan pakan kekurangan
vitamin dapat diatasi dengan pemberian vitamin tambahan yang dapat diperoleh
dari toko-toko penjual pakan yang dikemas dalam bentuk premix. Jumlah
penggunaan premix vitamin dan mineral dalam ramuan makanan ikan cukup 1-2% saja
(Mudjiman, 2002).
Kebutuhan terhadap suatu vitamin
dipengaruhi oleh komposisi pakannya. Sebagai contoh, tingkat kebutuhan vitamin
E akan meningkat dengan meningkatnya kandungan asam lemak tidak jenuh pada
pakan. Dalam budidaya ikan, vitamin biasa diberikan dalam bentuk vitamin premix
atau multivitamin. Dosis yang biasa diberikan dalam penyusunan pakan buatan
adalah 0,2 – 0,5 % (Lovel, 1988).
5. Mineral
Mineral pada pakan ikan
dibutuhkan dalam jumlah kecil namun ketersediannya dalam jumlah cukup sangat
diperlukan. Berbagai fungsi umum mineral terutama dalam pembentukan kulit dan
tulang, berperan dalam pengaturan tekanan osmotik dan pengaturan perubahan air
yang masuk dan keluar tubuh, mengatur kontraksi otot, mengatur keseimbangan
asam-basa dalam tubuh mengatur pH darah serta komponen penting untuk enzim,
vitamin, hormon, pewarnaan dan sebagai katalis dan aktivator enzim. Kekurangan
mineral pada tubuh dapat menyebabkan beberapa disfungsi pada sistem metabolisme
tubuh ikan. Beberapa disfungsi tersebut diantaranya : struktur tubuh yang
menyimpang, symptom tubuh umum, disfungsi mata, anemia dan menghambat fungsi
beberapa vitamin di tubuh.
Mineral-mineral yang diperlukan
tubuh diantaranya Kalsium, Khlor, Magnesium, Phospor, Natrium, Besi, Tembaga,
Iodin, mangan, Selenium dan Seng. Semua mineral tersebut dinamakan Trace Element. Sangat sulit untuk
menentukan tingkat kebutuhan mineral pada tubuh, sebab keterbatasan konsentrasi
dari mineral itu sendiri pada tubuh. Dalam penyusunan komposisi pakan buatan
ikan kerapu, mineral biasanya diberikan dalam bentuk mineral premix dengan
dosis 0,2% (Watanabe, 1988).
C. TEKNIK PEMBUATAN PAKAN
Teknik pembuatan pakan untuk ikan
Bawal Bintang pada prinsipnya sama dengan pembuatan pakan untuk ikan/udang
lainnya. Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam membuat pakan ikan
Bawal Bintang antara lain :
1. Pemilihan Bahan Baku
Bahan yang digunakan dalam
pembuatan pakan terbagi atas dua jenis yaitu bahan utama dan bahan penunjang (feed additives). Bahan pakan utama
adalah bahan yang secara langsung menjadi komponen utama pakan dan dalam
proporsi yang besar. Bahan ini biasanya memiliki kadar nutrisi (protein, lemak,
karbohidrat) yang menunjang pertumbuhan ikan. Termasuk dalam
jenis bahan utama yaitu tepung ikan, tepung rebon, tepung kedelai, dan tepung
lainnya, serta minyak ikan.
Tiap jenis ikan memerlukan bahan
baku yang berbeda. Hal ini karena tiap ikan memiliki kebutuhan nutrisi yang
berbeda. Bahan utama digunakan dalam pakan sebagai komponen yang memiliki porsi
berbeda dari pakan satu dengan pakan lain sesuai dengan komoditas ikannya.
Dalam penyusunan formulasi pakan, bahan pakan yang secara umum sama, dapat
disubstitusi satu dengan yang lainnya untuk menyesuaikan dengan harga pasar,
ketersediaan bahan lokal serta komposisi. Dalam mensubstitusi bahan pakan
merujuk pada kandungan nutrisi bahan dan keseimbangan nutrien dalam formulasi
serta masukan dari pemelihara ikan. Proporsi yang berbeda dari bahan
dikombinasikan untuk memperoleh keseimbangan nutrien yang diinginkan.
Bahan pakan penunjang adalah
bahan yang ditambahkan pada pakan dalam jumlah yang kecil. Berbagai fungsi
bahan penunjang antara lain :
- Untuk
mendukung karakteristik kimia pakan (Antioksidan
untuk mencegah oksidasi).
- Mendukung karakteristik fisik pakan (binder
berfungsi sebagai bahan pengikat pakan agar tidak mudah terurai).
- Mendukung
pertumbuhan ikan (hormon pemacu
pertumbuhan),
- Mendukung kemampuan pakan untuk diterima atau dikonsumsi ikan (pewarna pakan pada pakan ikan hias dan feeding stimulant yang memacu nafsu
makan ikan).
- Mensuplai kebutuhan nutrisi pakan sebagai penunjang bahan utama (vitamin dan mineral).
Seleksi bahan pakan meliputi
seleksi fisik, kimia dan biologi. Seleksi fisik meliputi tekstur, bau dan
penampakan. Pakan kualitas baik memiliki tekstur halus, bau yang khas bahan
tersebut serta penampakan normal dalam arti tidak ada perubahan warna akibat
serangan mikroorganisma. Seleksi fisik dapat dilakukan secara kasar melalui
panca indera misalkan penglihatan dan penciuman.
Seleksi kimia meliputi kadar
nutrisi bahan tersebut seperti protein (asam amino), karbohidrat dan lemak
(asam lemak), abu dan air. Seleksi kimia dilakukan di laboratorium biokimia
melalui analisis proksimat bahan. Sedangkan seleksi biologi berkaitan dengan seleksi fisik terutama adanya serangan organisma mikro dalam
bahan sepert jamur atau kutu. Seleksi biologi dapat dilakukan secara langsung
ataupun melalui pemeriksaan mikrobiologi.
2. Teknik Penghitungan Formulasi Pakan
Metode yang sering digunakan
dalam penyusunan formulasi pakan adalah metode kuadratik, metode worksheet dan
metode linier dengan komputer, namun
metode worksheet merupakan teknik
baru dan lebih akurat dibandingkan dengan metode lainnya. Sebagai gambaran
formulasi pakan menggunakan metode worksheet dapat dijelaskan sebagai berikut :
-
Hidupkan komputer dan pilih program exel
-
Pada layar komputer akan muncul
kolom-kolom yang setiap kolomnya akan terlihat deretan abjad mulai dari A dan
seterusnya.
-
Pada kolom A1 s/d Ax, ketik jenis
bahan baku yang akan digunakan, kemudian pada kolom B1 masukan % dalam
pakannya, serta komposisi nutrisinya dan seterusnya.
-
Untuk mendapatkan nilai protein,
lemak, karbohidrat, serat kasar, air dan abu dalam pakan digunakan rumus
sebagai berikut :
% pakan
x %
(protein, lemak, karbohidrat, serat, air dan abu) dalam bahan baku
100
-
Untuk mendapatkan nilai kalori
dapat dihitung dengan cara menjumlahkan kadar kalori dari protein (5,1 kkal),
lemak (9,0 kkal) dan karbohidrat (4,1 kkal) dalam pakan yang dibuat.
3. Prosedur Pembuatan Pakan
Pakan buatan yang baik diperoleh
dari teknik pembuatan pakan yang baik. Secara garis besar teknik pembuatan
pakan meliputi : penghalusan bahan, penimbangan bahan, pencampuran, pencetakan,
pengeringan penambahan unsur penunjang, pendinginan dan terakhir packing dan
penyimpanan.
Pakan yang baik adalah pakan yang
secara nutrisi memenuhi kebutuhan ikan dan secara ekonomis menguntungkan. Untuk
mengetahui pakan yang baik perlu adanya evaluasi meliputi aspek fisik, kimia,
biologi serta ekonomis pakan. Pakan yang siap diaplikasikan harus memiliki
aspek fisik dan kimia seperti berikut : ukuran (size) yang sesuai dengan ukuran ikan yang dipelihara serta tekstur
atau penampakan yang baik sesuai standar pakan dan kandungan nutrisi sesuai
dengan kebutuhan ikan yang dipelihara. Aspek lainnya adalah ketahanan pakan
untuk disimpan (durability) serta
ketahanan pakan untuk terurai dalam air (water
stability) yang berpengaruh terhadap kualitas perairan.
Aspek biologi pakan berkaitan
dengan pengaruhnya terhadap pertumbuhan ikan. Aspek tersebut meliputi kemampuan
pakan untuk diterima ikan baik waktu dimakan maupun dicerna (acceptibility dan pallatability). Kedua
hal tersebut berkaitan dengan karakter fisik bahan, bau (odour) dan rasa (taste)
serta kesesuaian nutrisi pakan dengan daya cerna tubuh ikan. Secara
keseluruhan, aspek-aspek di atas dikatakan berhasil bila ditunjang dengan
manajemen pemberian pakan yang baik serta mampu memberikan keuntungan ekonomis
yang tinggi.
Untuk mencapai aspek-aspek tersebut
di atas, maka perlu adanya pengujian dari pakan yang akan diaplikasikan.
Pengujian tersebut terutama bertujuan memperoleh pertumbuhan ikan yang optimal
dengan menggunakan formulasi-formulasi yang telah disusun. Pengujian pakan
buatan untuk ikan Bawal Bintang telah dilaksanakan di Balai Besar Perikanan
Budidaya Laut hingga saat inidan akan terus dikembangkan. Pengujian tersebut
dilaksanakan di bak terkendali maupun di karamba jaring apung.
DAFTAR
PUSTAKA
Alimuddin,
2005. Memproduksi Ikan dengan “Ikan” Bisa
Dihilangkan. Inovasi Online.
Akbar, S. 1991. Dietary Nutrient
Requirement Review for Sea Bass (Lates
calcarifer, Bloch.) and Grouper (Epinephelus
spp). Institute of Aquaculture, University of Stirling. Scotland.
Giri, A.N. 1998. Aspek Nutrisi dalam
Menunjang Pembenihan Ikan Kerapu. Makalah dalam Seminar Teknologi Budidaya
Pantai. Departemen Pertanian dan Japan International Cooperation Agency.
Kompiang, I.P., 1999. Seminar dan Pameran Pengembangan Budidaya
Laut di Indonesia dalam Mendukung
Protekan 2003. Dirjen Perikanan, DKP.
Mudjiman,
A., 2002. Makanan Ikan. Penebar
Swadaya, Jakarta. Cetakan 16, Edisi Revisi.
186
halaman.
NRC. 1977. Nutrient Requirement
of Warmwater Fish and Shellfish. National Academy of Sciences. Washington, D.C.
Sahwan,
F., 1999. Pakan Ikan dan Udang :
Formulasi- Pembuatan-Analisis Ekonomi.
Penebar
Swadaya, Jakarta. Cetakan-1.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar