Selasa, 24 Maret 2020

PEMILIHAN LOKASI BUDIDAYA BAWAL BINTANG


PEMILIHAN LOKASI
BUDIDAYA BAWAL BINTANG

A. LATAR BELAKANG
  
Eksploitasi sumberdaya perikanan laut Indonesia sebagian besar masih dititik-beratkan pada kegiatan penangkapan. Upaya penangkapan ikan laut yang sangat intensif dapat mengganggu bahkan merusak kelestarian lingkungan sumberdaya hayati perairan. Salah satu upaya yang dapat ditempuh untuk mengantisipasi permasalahan tersebut adalah melakukan kegiatan budidaya. Sebagaimana yang kita ketahui belakangan ini usaha pembudidayaan ikan Bawal Bintang di Karamba Jaring Apung sudah mulai berkembang seperti yang ada di Teluk Lampung dan beberapa daerah lain di Indonesia.


Untuk menunjang keberhasilan kegiatan yang akan dilakukan, pengkajian secara teknis maupun non-teknis sangat perlu dilakukan. Perhitungan yang kurang teliti dan adanya kekeliruan dalam menentukan lokasi budidaya dapat mengakibatkan resiko yang sangat tinggi, mengingat besarnya investasi yang ditanamkan. Salah satu faktor yang perlu mendapatkan perhatian khusus adalah bagaimana cara menentukan lokasi yang tepat untuk budidaya ikan Bawal Bintang di Karamba Jaring Apung.


Faktor non-teknis yang menjadi pertimbangan utama dalam menentukan lokasi adalah dari segi resiko dan adanya kemudah-kemudahan dalam operasionalnya. Sedang dari sisi teknis adalah faktor kualitas air dan sifat biologi ikan Bawal Bintang itu sendiri.


B. PERSYARATAN LOKASI

1. Faktor Resiko

Beberapa resiko yang perlu dipertimbangkan biasanya berkaitan dengan pencemaran, manusia, keamanan dan faktor adanya perbedaan kepentingan.



a. Pencemaran

Dalam menentukan lokasi harus diperhatikan sumber-sumber pencemar yang ada disekitar lokasi seperti limbah rumah tangga, pertanian, budidaya tambak dan yang sangat berbahaya adalah limbah industri. (Tabel 1).


b. Perbedaan Kepentingan

Wilayah perairan merupakan tempat bermacam-macam kegiatan yang satu sama lainnya berbeda kepentingan. Hal ini dapat diatasi dengan adanya tata ruang yang jelas yang dibuat oleh pemerintah daerah Kabupaten/Kota. Area tempat budidaya harus jauh dengan kegiatan industri dan merupakan tempat lalu lintas pelayaran.


c. Lokasi Terlindung

Lokasi budidaya ikan Bawal Bintang di karamba Jaring apung harus menghindari kerusakan oleh gelombang yang besar. Daerah yang terbuka akan dapat memperpendek umur teknis sarana budidaya dan memungkinkan terjadinya kerusakan rakit jaring apung pada saat kegiatan berlangsung. Lokasi yang baik harus terlindung dari tiupan angin kencang dan gelombang yang besar.


d. Keamanan

Keamanan berusaha tidak kalah pentingnya dibandingkan dengan faktor-faktor lain yang sudah dibicarakan sebelumnya. Kerawanan oleh gangguan pencurian tidak menguntungkan bagi dunia usaha tidak terkecuali budidaya Bawal Bintang di karamba jarring apung.


2. Faktor Kemudahan

Untuk menunjang keberhasilan usaha budidaya ikan Bawal Bintang perlu diperhatikan banyak kemudahan, antara lain dekat dengan pasar, transportasi lancar, dekat sumber pakan, dekat dengan sumber bibit dan sarana komunikasi yang baik. Ketersediaan sumberdaya manusia yang handal sangat mendukung dalam usaha budidaya ikan Bawal Bintang. Tersedianya tenaga ahli dan tenaga trampil merupakan permasalahan yang sangat mendasar untuk segera diatasi dalam menunjang keberhasilan budidaya ikan Bawal Bintang.

3. Kualitas Air

a. Sifat Fisika

Parameter fisika yang perlu diperhatikan adalah kecerahan, suhu, kecepatan arus, warna, bau dan padatan tersuspensi dan dasar perairan. Baku mutu air laut untuk biota laut (Budidaya Perairan) menurut Kep. Men. Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004 disajikan pada Tabel 2.

1). Kecepatan arus

Kecepatan arus tempat budidaya harus mempunyai pergerakan air yang cukup. Dalam budidaya ikan arus air bermanfaat untuk menambah kandungan oksigen terlarut dan sirkulasi air media pemeliharaan. Kecepatan arus yang baik untuk budidaya ikan laut di karamba Jaring Apung antara 20-30 cm/detik.


2). Suhu

Temperatur mempunyai pengaruh yang besar terhadap aktifitas metabolisme hewan air. Suhu yang baik untuk budidaya ikan Bawal Bintang di Karamba Jaring Apung berkisar antara 28 – 32 derajat Celsius.


3). Kecerahan

Kecerahan perairan dipengaruhi oleh kondisi alam, jumlah partikel yang tersuspensi serta plankton di suatu perairan. Kecerahan yang baik untuk budidaya ikan Bawal Bintang lebih dari 5 meter.


4). Dasar Perairan dan Kedalaman Air

Air laut harus jernih dan bersih sepanjang tahun, perairan pantai dengan dasar perairan berpasir atau berkarang pada umumnya jernih dan merupakan tempat budidaya yang cocok untuk ikan Bawal Bintang. Kedalaman air untuk budidaya ikan di karamba jaring apung minimal 5 m pada waktu surut terendah dan kedalaman air sebaiknya tidak lebih dari 30 m. Kedalaman air yang terlalu dalam akan menambah biaya untuk pembelian tali jangkar.


b. Sifat Kimia

Beberapa parameter kimia yang perlu diperhatikan dalam pemilihan lokasi budidaya ikan laut di karamba jaring apung meliputi oksigen terlarut (DO), salinitas, pH, BOD, COD, amoniak, nitrit, nitrat, logam berat serta bahan polutan.


1). Salinitas

Ikan Bawal Bintang dapat hidup di air laut yang berkadar garam tinggi dan bisa juga hidup sampai salinitas rendah di tambak. Salinitas yang baik untuk budidaya ikan Bawal Bintang antara 5 – 33 psu.


2). Oksigen Terlarut

Oksigen terlarut sanagat dibutuhkan bagi kehidupan ikan dan organisme air lainnya. Kandungan oksigen dalam air dapat mempengaruhi pertumbuhan ikan. Konsentrasi oksigen terlarut dalam air yang ideal lebih dari 5 ppm.


3). pH

Konsentrasi ion hydrogen dalam air sangat mempengaruhi senyawa yang ada dalam perairan. pH air yang baik untuk budidaya ikan Bawal Bintang antara 7,8 – 8,5.


4). Amonia

Kandungan amonia dalam air sangat dipengaruhi oleh proses pembusukan protein hewani dan nabati yang disebabkan oleh mikroba. Kadar amonia untuk daerah tropis sebaiknya kurang dari 0,01 ppm.


5). Nitrit

Kandungan Nitrit dipermukaan air jaring terdeteksi karena telah berubah menjadi nitrat, Kandungan nitrit untuk budidaya ikan kurang dari 0,07 ppm. Tingginya kadar nitrit dapat mempengaruhi aktifitas tubuh ikan dan ikan menjadi lemah.


6). Nitrat

Kandungan nitrat yang berlebihan dapat menurunkan kualitas air. Ikan yang dipelihara pada lingkungan perairan yang mengandung nitrat tinggi akan mengakibatkan terganggunya metabolisme, nafsu makan berkurang dan ikan jadi lemah.

7). Biochemical Oxygen Deman (BOD)

Tinggi rendahnya hasil pengukuran BOD suatu perairan menunjukkan bahwa bahan organik perairan tersebut dan beban polutan yang terjadi di perairan yang sedang kita survei. Reaksi biokimia dapat terjadi karena adanya oksigen terlarut. Semakin tinggi angka BOD suatu perairan, semakin tinggi derajat pencemaran bahan organik yang memerlukan oksigen dalam proses dekomposisinya. NIlai BOD antara lain tergantung pada jumlah dan jenis zat hara, zat kimia lain, jumlah dan tipe mikroba, suhu serta pH. Zat hara berasal dari kegiatan pertanian atau pemupukan, peternakan, deterjen, erosi dan limbah industri tertentu.


8). Bahan Organik

Pengaruh bahan organik secara langsung pada organism yang dipelihara adalah gangguan system pernapasan. Kandungan bahan organik yang tinggi dapat menyebabkan blooming fitoplankton, hal ini dapat menurunkan kandungan oksigen yang akhirnya menurunkan kualitas air. Selain akibat kompetisi oksigen, penguraian bahan organik oleh bakteri juga membutuhkan oksigen yang cukup banyak. Penguraian bahan organik dapat juga terjadi pada kondisi anaerob dengan produk akhir adalah senyawa organik (asam) dan mikroba pathogen yang memang bertahan hidup dalam keadaan anerob. Jika penguraian bahan organik terjadi dalam kondisi aerob maka yang dihasilkan adalah unsur-unsur hara yang berguna bagi mikro alga nabati.


9). Logam Berat

Bahan beracun seperti logam berat sanagat berbahaya bagi kehidupan organisme yang dipelihara dan manusia yang mengkonsumsinya. Sebagai bahan pertimbangan, diantara logam berat yang perlu diperhatikan dalam kegiatan budidaya ikan di Karamba Jaring Apung dapat dilihat pada Tabel 1.


Tabel 1. Sumber polutan dan karakteristiknya

No.
Kelompok Polutan
Efek
Sumber




1.
Cemaran yang dapat
Deoksigenasi, kondisi
Pabrik gula, alcohol, bir, pulp

terurai secara biologis
anerobik, bau,
dan kertas, susu, lapisan

(BOD). Racun primer:
mengakibatkan ikan
logam pabrik, Na OH, pabrik

As, CN, Cr, Cd, Co,
mati, akumulasi pada
bakteri, penyamakan kulit,


F, Hg, Pb, Zn
ikan dan moluska
refining bauksit




2
Asam dan Basa
Mengakibatkan rusaknya
Drainase tambang batu bara,


buffer, pH, gangguan
manufaktur bahan


ekosistem perairan
kimiatekstil, scouring wool,



laundry




3
Desinfektan Cl2,
Mematikan secara
Pemutihan kertas dan tekstil,

H2O2, Formalin,
lelektif mikroba, rasa,
manufaktur warna dan bahan

Phenol
bau, terbentuknya
kimia, pembuatan gas, coke,


senyawa Trihalometana
tar




4
Ion: Fe, Mn, CO4
Mengubah karakteristik
Metalurgi semen, keramik


air noda, kesadahan,



salinitas, kerak





5
Zat Pengoksidasi dan
Kesuburan berlebihan,
Gas dan coke, pabrik pupuk,

Pereduksi: NH3, NO2,
bau, pertumbuhan pesat
manufaktur zat warna dan

NO3, S, SO3
bakteri selektif
serat sintetik




6
Cemaran yang dapat
Buih, padatan
Detergen, penyamakan kulit,

terlihat dan tercium
mengendap, bau, minyak,
prosesing bahan makanan,


lemak, kematian ikan dan
penggilingan minyak, pabrik


hewan air
gula




7
Organisme pathogen:
Infeksi pada manusia dan
Limbah rumah potong hewan,

Bacillus anthracis,
reinfeksi hewan
peternakan, prosesing wool

fungi, virus









  
Tabel 2. Baku mutu air laut untuk biota laut (Budidaya Perikanan)

No.
Parameter
Satuan
Baku Mutu




1
Kecerahan
Meter
Coral 5, Lamun 3




2
Kekeruhan
Nephelometric Turbidity
< 5


Unit





3
Padat tersuspensi
Mb/l
Coral : 20 < 10 %




4
Benda Terapung
-
Nihil




5
Lapisan Minyak
-
Nihil




6
Suhu
0C
Alami 28-30

KIMIA








1
pH
-
7-8,5








2
Salinitas
psu
Alami 33-34





3
Oksigen
Mg/l
6 (80-90 %




kejenuhan)





4
BOD
Mg/l
≤ 20





5
Fosfat (PO4P)
Mg/l
0,015






6
Amonia
Mg/l
≤ 0,3





7
Nitrit
Mg/l
Nihil





8
Sianida (Cn)
Mg/l
≤ 0,05






9
Sulfida (H2S)
Mg/l
≤0,0002




10
Minyak dan lemak
Mg/l
Nihil




11
Senyawa fenol
Mg/l
Nihil




12
Pestisida Organoklorin
Mg/l
Nihil




13
Poliklorinated Bifenil (PCB)
Mg/l
Nihil




14
Sulfaktan (Detergen)
Mg/l MBAS
1





Logam Terlarut






1
Raksa/Merkuri (Hg)
Mg/l
0,001
2
Logam-Semilogam
Mg/l
0,0001
3
Kadmium ( Cd)
Mg/l
0, 0015
4
Seng (Zn)
Mg/l
0,05
5
Timbal (Pb)
Mg/l
0,008
6
Kromium/Heksavalen (Cr)
Mg/l
0, 0005
7
Selenium (Se)
Mg/l
0,0005
8
Tembaga (Cu)
Mg/l
0,008
9
Perak ( Ag)
Mg/l
0,00100
10
Arsen (As)
Mg/l
0,002
11
Nikel (Ni)
Mg/l
0, 05





Biologi






1
E. coliform
Sel/100 ml
Nihil




2
Patogen
Sel/100 ml
Nihil




3
Plankton
-
Tidak blooming





Radio Nuklida






1
Komposisi yang tidak diketahui
1
Komposisi yang



tidak diketahui








C. PENILAIAN


Dalam melakukan penilaian dari hasil survey calon lokasi untuk budidaya ikan Bawal Bintang banyak faktor yang harus dipertimbangkan seperti yang telah disampaikan sebelumnya. Untuk mempermudah dalam mengambil keputusan tentang calon lokasi budidaya yang akan dipilih dapat dilakukan seperti pada Tabel 3.


Tabel 3. Contoh penilaian lokasi budidaya Bawal Bintang


Parameter
Nilai (n)
Konstanta (k)
Hasil (nxk)




Keterlindungan:



-
Baik
5
3
15
-
Sedang
3


-
Buruk
1








Kedalaman perairan:



-
5-15 m
5
1
5
-
16-20 m
3


-   < 5 & > 20 m
1


Dasar Perairan:



-
Karang berpasir
5
1
5
-
Pasir berlumpur
3


-
Lumpur
1


Pencemaran:



-
Tidak tercemar
5
3
15
-
Sedang
3


-
Tercemar
1


Alur pelayaran



-
Tidak terganggu
5
3
15
-
Agak terganggu
3


-
Terganggu
1


Kemudahan:



-
Baik
5


-
Sedang
3
1
3
-
Sulit
1


Keamanan :



-
Aman
5
3
15
-
Kurang Aman
3


-
Tidak aman
1


Kecepatan Arus :



-
15-30 cm/detik
5


-
31-40 cm/detik
3
2
6
-   < 16 dan > 40
1



cm/detik



Kecerahan :



-
Sampai dasar
5


-
> 2 m
3
2
6
-
< 2 m
1


Kualitas Kimia Air :



-
Baik
5


-
Sedang
3
3
9
-
Buruk
1






Jumlah


94





Keterangan:

1, Nilai 80-100 : baik

2. Nilai 70-79   : Cukup 
3.  Nilai 60-69  : dapat dipertimbangkan kalau parameter yang kurang baik dapat diperbaiki dengan pendekatan ilmiah yang tepat

4.  Nilai < 60   : tidak dapat dipakai




DAFTAR PUSTAKA


Anonymous, 1986. Manual on Floating Net-Cages. Fish farming In Singapore’s Coastal water. Pri. Prod. Dept. Ministry of Nat’l Develop. Republic of Singapore. Fisheries Handbook No. : 1 : 17 p.

Alqodri, A.H., Sudjiharno dan Anindiastuti, 1999. Pemilihan Lokasi Pembenihan Ikan Kerapu Tikus (Cromileptes altivelis). Balai Budidaya laut lampung Direktorat jenderal Perikanan Departemen Pertanian: 10-19.

Alqodri, A.H., Meiyana, M.dan Firdaus, M., 2012. Pemilihan Lokasi Pembenihan Cobia (Rachycentron canadum). Juknis Budidaya Laut No. 19: 8-17

Dwi Handoko Putro, B.B. Raharjo dan Muawanah, 1999. Persyaratan Lokasi Budidaya Ikan kakap Putih (Lates calcarifer, Bloch). Balai Budidaya Laut Lampung Direktorat Jenderal perikanan departemen Pertanian: 8-13.

Akbar, S., Sudjiharno dan Sunaryat, 2001. Pemilihan Lokasi Budidaya. Pembesaran Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) dan Kerapu Tikus (Cromileptes altivelis) di Karamba Jaring Apung. Juknis Seri: No. 7, :8-13



Tidak ada komentar:

Posting Komentar