Kamis, 10 Juni 2021

BUDIDAYA KERANG HIJAU

 

BEBERAPA METODE BUDIDAYA KERANG HIJAU



Kerang adalah salah satu sumberdaya perikanan yang banyak diperoleh melalui penangkapan di alam, misalnya kerang hijau, kerang darah, tiram, dan tridacna. Kerang hijau adalah salah satu kekerangan yang berhasil dibudidayakan atau sering disebut green mussels, nama latinnya Perna viridis. Kerang hijau hidup pada perairan estuari-mangrove dan daerah teluk dengan substrat pasir berlumpur serta berkadar garam sedang. Budidaya kerang hijau terbilang mudah, karena kerang hijau mampu bertahan hidup dan berkembang biak pada tekanan lingkungan yang tinggi dan tanpa pemberian pakan

Manfaat kerang hijau tidak hanya sebagai bahan pangan manusia, tapi juga dapat menjadi bahan baku pakan ternak dan perikanan, seperti untuk induk ikan dan lobster. Kerang dapat pula sebagai biofilter atau organisme penyaring yang mampu meningkatkan kualitas lingkungan. Hal ini tergambarkan dalam konsep IMTA (Integrated Multi-Trophic Aquaculture), yaitu metode budidaya yang memafaatkan kerang sebagai organisme perbaikan lingkungan.

Perairan Indonesia yang luas merupakan potensi dalam pengembangan budidaya kerang hijau. Atas dasar itulah penyusunan panduan praktik budidaya kerang hijau sebagai pedoman untuk melaksanakan praktik budidaya kerang hijau yang bertanggungjawab dan berkelanjutan.

Berdasarkan jenis kolektor yang dipakai dan pembesarannya, maka dikenal 4 (empat) metode budidaya kerang hijau, yaitu : metode tancap, metode rakit, metode rak, dan metode tali rentang (long line).

 

1.      Metode Tancap/bagan

Metode tancap dapat digunakan untuk usaha pengumpulan benih dari alam, pembesaran hingga panen kerang hijau. Beberapa batang bambu berdiameter kurang lebih 15- 20 cm diruncingkan di bagian pangkalnya, lalu ditancapkan ke dasar perairan secara teratur. Panjang bambu yang digunakan tergantung pada kedalaman perairan saat surut terendah, ditambah bagian yang ditancapkan ke dasar dan bagian yang menjulang di atas permukaan laut (+ 50 – 100 cm). Bagian yang berada di atas permukaan air berfungsi sebagai tanda, agar mudah dilihat dari jauh dan mudah dicabut pada saat panen. Pada bagian atas unit kolektor, dapat pula dibuatkan pondok tempat para pekerja beristirahat dan pengamatan terhadap kolektor.

Untuk menguatkan bambu-bambu dari pengaruh arus dan gelombang, maka pada bagian yang menjulang diperkuat dengan bambu yang diikat, dipasang sejajar dengan permukaan air. Pada bagan bambu, dapat pula dilengkapi dengan tali-tali tambang yang menghubungkan antar bambu di dalam air. Pada tali ini spat kerang hijau akan menempel dan akan memperbanyak jumlah kerang.

Jarak antara bambu bervariasi antara 0,5 – 1 m, tergantung pada kesuburan perairan, luas areal budidaya dan banyaknya kolektor yang dipasang. Apabila pemasangan kolektor ini lebih dari satu unit (terdiri dari 4 – 5 baris), maka perlu diperhatikan populasinya, laju pertumbuhan dan jarak antar unit. Satu unit pemeliharaan dapat berukuran 15 x 20 m. Kayu ditancapkan 1 – 2 bulan sebelum musim pemijahan, waktu pemijahan berbeda-beda di setiap lokasi. Penjarangan kolektor dilakukan setiap 2 bulan, dengan cara dikerok lalu dimasukkan dalam rakit, kemudian ditempelkan dengan menggunakan kantong dan dijaga

Konstruksi kolektor dengan metode tancap, terdapat tali tambang yang

 melintang horizontal antar bamboo

 

2.      Metode Rakit

Metode rakit digunakan pada lokasi yang dikhususkan untuk pembesaran kerang hijau, bukan lokasi sumber benih. Rakit dibuat dari bambu atau kayu atau kombinasi keduanya. Agar rakit tidak mudah rusak dan tenggelam pada waktu pembudidaya bekerja di atasnya, sebaiknya rakit disanggah oleh beberapa drum kosong yang sudah dicat anti karat atau dengan mengunakan drum plastik, kemudian rakit dilengkapi dengan jangkar. Dengan metode rakit ini benih-benih kerang hijau dapat dikumpulkan dengan mengunakan kolektor jaring atau tali. Keuntungan dengan mengunakan metode ini adalah lebih mudah dalam pemanenannya.

 Rakit dapat berukuran 7x7 m, terbuat dari bambu dan drum plastik digunakan sebagai pelampungnya. Kolektor-kolektor yang digantungkan sebanyak 56 buah, terbuat dari tali PE berdiameter 2 cm dan panjang 1,5 m. Benih yang berasal dari kolektor tancap ditransplantasikan ke lokasi pembesaran. Pengangkutan dilakukan dengan sistem kering atau tanpa air. Ketahanan teknis pemakaian rakit apung kira-kira 2 – 2,5 tahun

kerang hijau dengan metode rakit, kantong benih digantung di rakit

 

3.      Metode Rak

Rak terbuat dari batang–batang bambu atau kayu, agar tahan lama dapat dibuat dari besi siku tahan karat. Pada rak ini kolektor-kolektor dipasang atau digantungkan. Pemasangan kolektor dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu digantung dan dipasang horizontal. Pemasangan kolektor secara horizontal biasanya dilakukan terhadap rak-rak yang seluruh bangunannya terbenam di dalam laut. Hasil penjarangan dimasukkan atau ditempelkan pada kolektor gantung


Metode rak terbuat dari batang bambu atau kayu membentuk rak. Lalu dipasangkan kolektor dengan cara menggantung kolektor

   

4.      Metode Tali Rentang (Long Line)

Metode tali rentang (long line) dilakukan dengan merentang 2 (dua) utas tali penggantung kolektor di antara 2 drum pelampung. Apabila kita memiliki persediaan drum cukup banyak dapat dirangkai memanjang, sehingga kolektor yang akan digantungkan jumlahnya dapat lebih besar. Jarak antara pelampung maksimal 10 m.

Masing-masing kolektor memiliki berat 30 – 40 m. Jarak antar kolektor gantung yaitu 1 m. Kolektor gantung dapat berupa asbes, tempurung kelapa, tali tambang untuk lokasi sumber benih atau pun kolektor kantung benih, dimana benih sudah dimasukkan sebelumnya dalam kantong untuk lokasi pembesaran kerang hijau.

Kolektor yang paling efektif dan banyak digunakan yaitu Menggunakan bambu dengan metode tancap. Permukaan bamboo Yang kasar memudahkan spat menempel pada bambu. Satu bamboo Dapat menghasilkan kerang konsumsi hingga 10 kg.



Sumber : Seri Panduan Perikanan Skala Kecil BUDIDAYA KERANG HIJAU, WWF Edisi Januari 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar