Geliat bisnis udang semakin meningkat ditunjukkan dengan
bertambahnya tambak dan produksi udang. Tidak heran, udang adalah komoditas
yang mendatangkan untung besar karena serapan pasaranya tidak hanya lokal tapi
juga internasional. Indonesia dikenal sebagai pengekspor udang ke negara-negara
seperti China dan Amerika Serikat.
Namun, semakin banyaknya tambak, semakin banyak pula limbah yang
dihasilkan. Seperti halnya budidaya perairan lainnya, limbah tambak udang
mengandung banyak sedimen hasil dari tumpukan feses dan sisa pakan. Seperti
yang disebutkan pada artikel ini,
dalam air limbah tambak ada sekitar 300 kg sedimen nitrogen, 250 kg sedimen
fosfor, dan 2000 kg sedimen karbon organik. Senyawa ini tentu akan menurunkan
kualitas perairan di sekitar jika langsung dibuang tanpa diolah. Dampaknya,
ketika air dari lingkungan diambil untuk siklus budidaya baru, kualitasnya
sudah buruk sehingga memicu penyakitseperti white
feces disease (WFD) atau penyakit diakibatkan virus myonecrosis yang
mewabah bagi udang.
Oleh karena itu, penting bagi petambak untuk mengolah air
buangan tambaknya. Seperti air input, maka air output pun
perlu dibuat tandon. Ada beberapa tahap tandon water treatment untuk
air limbah, di antaranya adalah;
- Kolam pengendapan
Kolam ini adalah kolam pertama kali limbah tambak dibuang.
Sesuai namanya, pada kolam ini diendapkan sedimen atau total suspended
solid (TSS). TSS kemudian dapat dimanfaatkan sebagai pupuk. Selain
itu, kolam ini juga digunakan untuk menurunkan kadar H2S yang
menimbulkan bau busuk pada limbah.
- Kolam oksigenasi
Kadar oksigen terlarut atau OD (oxygen dissolved)
ditingkatkan di kolam ini dengan proses aerasi menggunakan aerator. Berbeda
dengan OD, disini kadar BOD (biochemical oxygen demand) atau kebutuhan
oksigen biologis dikurangi. Kadar BOD menunjukkan banyaknya senyawa organik di
dalam media perairan.
- Kolam biokonversi
Pada kolam ini, senyawa yang dapat menyebabkan eutrofikasi
(pertumbuhan tumbuhan air yang sangat cepat dan menganggu akibat air yang
mengandung nutrien berlebih) diubah.
Proses biokonversi ini dapat berupa proses fotoautotrof yang
menghasilkan plankton bermanfaat, kemoautotrof yang melibatkan Nitrobacter dan Nitrosomonas,
dan heteroautotrof yang meningkatkan jumlah Bacillus, bakteri yang
baik untuk pakan alami. Dikutip dari artikel Trobos
Aqua, proses sintesa ini tidak hanya dilakukan pada saat air sudah
menjadi limbah siap buang, tetapi juga dapat dilakukan ketika budidaya masih
berlangsung untuk memicu pertumbuhan udang. Rekayasa perairan ini dipaparkan
oleh De Recta Geson, praktisi perudangan. Plankton yang dihasilkan dari proses
autotrof dapat meningkatkan kadar oksigen yang baik untuk pertumbuhan udang.
Sama halnya dengan peningkatan jumlah Bacillusdari proses
heteroautotrof yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan tambahan bagi udang.
- Kolam penampungan
Air yang sudah melalui perlakuan di atas kemudian
ditampung di kolam ini sebelum akhirnya dibuang.
Informasi di atas dapat Anda lihat dalam bentuk visual di bawah
ini;
Pengolahan air limbah ini terlihat memiliki banyak tahapan dan
sebagian petambak menganggap sebagai pemborosan modal maupun lahan. Padahal,
biaya yang dikeluarkan untuk waste water management ini adalah investasi untuk
keberlanjutan kualitas budidaya udang dan lingkungan sekitar.
Sumber:
- Asep. Bijak Mengolah Air Buangan Tambak. Trobos Aqua
edisi 62 tahun VI, 15 Juli – 14 Agustus 2017.
- http://www.isw.co.id/single-post/2017/02/13/Instalasi-Pengolahan-Air-Limbah-Tambak-Udang-Super-Intensif
- http://www.isw.co.id/single-post/2017/01/09/Pentingnya-Pengelolaan-Limbah-Tambak
- http://www.trobos.com/detail-berita/2017/08/15/13/9193/pengolahan-limbah-tambak-untuk-keberlanjutan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar