Selasa, 26 Mei 2020

BUDIDAYA NILA SRIKANDI DI TAMBAK


TEKNOLOGI PEMBESARAN IKAN NILA SRIKANDI DI TAMBAK SECARA SEMI INTENSIF



Ikan nila Srikandi yaitu strain ikan nila unggul toleran salinitas tinggi hingga 30 ppt. Ikan nila srikandi merupakan hasil pemuliaan Balai Penelitian Pemulian Ikan (BPPI) Sukamandi. Ikan nila Srikandi ini dibuat dengan tujuan untuk mendapatkan strain ikan nila yang mampu tumbuh cepat di perairan payau sehingga dapat dibudidayakan di kawasan pesisir.

Ikan nila Srikandi merupakan hasil perkawinan silang antara ikan nila hitam (Oreochromis nilo-ticus) betina dengan ikan nila biru (Oreochromis aureus) jantan. Ikan nila hitam yang digunakan merupakan strain ikan nila unggul hasil seleksi yang mempunyai keunggulan dapat tumbuh ce-pat pada perairan tawar, sedangkan ikan nila biru mempunyai keunggulan berupa daya toleransi yang tinggi di perairan payau. Persilangan antara kedua spesies tersebut menghasilkan ikan nila Srikandi yang mempunyai karakter tumbuh cepat di perairan payau hingga salinitas 30 ppt. Per-forma ikan nila Srikandi lebih unggul dibandingkan strain ikan nila lainnya pada saat pengujian multilokasi. Ikan nila Srikandi dirilis sebagai strain unggul berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.09/MEN/2012.


Pembesaran ikan nila di tambak secara semi intensif merupakan kegiatan pembesaran ikan nila yang dilakukan di perairan payau di kawasan tambak dengan menerapkan padat tebar yang opti-mal dengan pemberian pakan komersial secara rutin.

Persyaratan Teknis Pembesaran ikan sri kandi di tambak

Teknologi pembesaran ikan nila Srikandi secara semi intensif di tambak sebagai upaya peningkatan produktivitas hasil panen memerlukan beberapa persyaratan spesifik. Persyaratan utama yang harus dipenuhi adalah kondisi salinitas yang harus dipertahankan pada kisaran dibawah 30 ppt. Pada salinitas yang lebih tinggi antara 30 hingga 40 ppt terjadi gangguan pertumbuhan ikan nila meskipun sebagian besar ikan dapat bertahan hidup. Secara umum teknologi budidaya ini membutuhkan berapa persyaratan teknis yang dikelompokkan sebagai berikut :

Persyaratan tambak :

Ukuran tambak pembesaran bervariasi antara 2.000-10.000 m2. Tambak yang digunakan sebagai tempat pemeliharaan harus mempunyai saluran pemasukan yang sewaktu-waktu digunakan untuk menjaga kuantitas dan kualitas air tambak. Saluran pemasukan digunakan untuk memasukkan air laut pada saat pasang untuk menaikkan salinitas air tambak apabila diperlukan. Pada umumnya kualitas air tambak akan menurun pada bulan ke tiga pemeliharaan. Saluran pemasukan dari saluran irigasi atau sungai diperlukan untuk mempertahankan salinitas agar berada pada kisaran di bawah 30 ppt. Tambak di pesisir pantai umumnya mempunyai struktur tanah yang labil terutama bagian tepinya sehingga sebelum penebaran dilakukan perbaikan pematang dan saluran air. Perbaikan pematang dilakukan untuk menghindari kebocoran air selama pemeliharaan.

Air pemeliharaan :

Air pemeliharaan diupayakan pada kisaran salinitas 10-30 ppt. Sumber air yang digunakan untuk mengisi tambak dapat menggunakan air laut yang dimasukkan pada saat pasang tinggi atau dengan air sungai/irigasi yang bebas dari cemaran bahan kimia berbahaya.

Benih :

Benih yang digunakan merupakan benih ikan nila unggul Srikandi. Benih sebaiknya berukuran 3-5 atau 5-7 cm yang sudah diaklimatisasi hingga mendekati salinitas tambak pembesaran. Perbedaan salinitas tambak dengan media aklimatisasi < 5 ppt untuk menghindari stress pada benih ikan.

Pakan :

Pakan yang digunakan yaitu pakan komersial pelet apung dengan kadar protein 25-30 %, berukuran sekitar 2 mm pada bulan pertama penebaran dilanjutkan pakan berukuran 3


·         Pergantian pemberian pakan 2 dan 3 mm dilakukan dengan mencampur sedikit semi sedikit pakan berukuran 3 mm dan menyesuaikan kondisi ikan.

·         Persyaratan teknis lainnya dituangkan dalam SOP yang disusun berdasarkan urutan pekerjaan yang dilakukan.

Uraian cakupan teknologi yang terdiri dari komponen-komponen teknologinya

Teknologi pembesaran ikan nila Srikandi secara semi intensif di tambak sebagai upaya peningkatan produktivitas usaha pembesaran ikan nila ini terdiri dari serangkaian tahap kegiatan mulai dari persiapan tambak, aklimatisasi dan penebaran benih, pemberian pakan, manajemen kualitas air dan pemanenan.

Cara penerapan teknologi yang diurut mulai persiapan sampai aplikasi

Persiapan tambak:
Persiapan tambak berpengaruh besar pada pembesaran ikan nila Srikandi secara semi intensif. Persiapan tambak meliputi beberapa tahap yaitu :

·    Pengeringan air tambak, dilakukan untuk membuang air yang menggenang di tambak agar dapat dilakukan perbaikan pematang, pengangkatan lumpur dan perbaikan saluran air. Pada sebagian tambak yang jauh dari tepi pantai, pengeringan tambak dapat dilakukan sampai kering selama 4-7 hari hingga bagian dasar retak-retak.


·        Perbaikan pematang tambak, saluran air serta pemasangan saringan dengan mesh-size 1 mm dan 2,5 mm pada pintu pemasukan dan pengeluaran air untuk mencegah ikan predator masuk ke tambak

·    Pembasmian hama seperti ikan predator dapat dilakukan dengan pengeringan tambak. Namun demikian, pada umumnya tambak sulit dikeringkan sehingga diperlukan proses pembasmian hama dilakukan dengan menggunakan saponin dengan dosis 10-30 g/m2. Pemberian saponin dilakukan pada ketinggian air antara 10-20 cm dan dibiarkan selama 3-5 hari.

·        Pengapuran tepi dan dasar tambak, dilakukan dengan menebarkan kapur pertanian (CaCO3) dengan dosis 500-1.000 kg/Ha dan dibiarkan selama 3-4 hari. Pemberian kapur diperlukan untuk mengurangi keasaman tanah sekaligus sebagai desinfektan patogen.


·        Pengisian air tambak, dilakukan dengan mengalirkan air ke saluran pemasukan dari sungai/irigasi hingga ke dalaman air tambak antara 30-50 cm. Selanjutnya dilakukan pemupukan dengan menggunakan pupuk organik atau anorganik sebagai sumber nitrogen dan phospat dengan perbandingan 4:1 dan dibiarkan selama 4-7 hari atau hingga air tambak berwarna kehijauan. Pemupukan dapat menggunakan pupuk cair komersial dengan dosis sesuai aturan yang tertera dalam kemasan produk.

·        Pengisian air hingga kedalaman air tambak minimal 80 cm dan dibiarkan selama 3-5 hari.




Aklimatisasi dan penebaran benih :

Aklimatisasi benih merupakan proses adaptasi benih dari kolam air tawar ke perairan tambak dengan salinitas tinggi. Proses adaptasi meliputi :

·        Pemberokan ikan sebelum pemanenan selama 1,5 hari

·        Penyiapan bak penampungan dengan salinitas 10 ppt

·        Pemanenan benih pada pagi atau sore hari untuk menghindari stress

·        Penampungan dalam bak beraerasi kuat dengan padat tebar 5.000 ekor/m2 pada benih ukuran 3-5 cm atau padat tebar 2.500 ekor/m2 pada benih berukuran 5-7 cm. Aerasi diperlukan untuk menjaga kandungan oksigen terlarut minimal 3 mg/l

·        Meningkatkan salinitas media penampungan sebanyak 5 ppt per hari hingga salinitas sama dengan salinitas tambak pembesaran

·        Penebaran benih dilakukan dengan padat tebar 10-15 ekor/m2. Penebaran benih dilakukan pada pagi atau sore hari ketika suhu udara tidak terlalu tinggi dan dilakukan secara hati-hati agar benih tidak stress. Apabila menggunakan kantong kemasan tertutup diperlukan penyesuaian suhu dengan menempatkan kantong kemasan plastik di air tambak selama kurang lebih 5-10 menit atau hingga temperatur relatif sama.

Pemberian pakan :
·        Pakan yang digunakan yaitu pakan komersial pelet apung dengan kadar protein 25-30 %.

·        Pemberian pakan dilakukan sehari setelah penebaran karena pada awal penebaran nafsu makan ikan masih rendah dan masih dalam proses penyesuaian dengan lingkungan tambak.

·        Pemberian pakan dilakukan dua kali sehari pada pagi hari antara pukul 08.00-10.00 dan sore hari antara pukul 16.00-17.00. Pada bulan pertama diberikan pakan dengan diameter 2 mm dengan feeding rate (FR) 5-8 % dari biomassa ikan. Pada bulan ke dua hingga menjelang panen diberikan pakan berukuran 3 mm, dengan FR 3-5 % biomassa pada bulan ke dua dan 2-3 % biomassa pada bulan berikutnya.

·        Biomassa ikan dihitung melalui sampling.

·        Pemberian pakan harus memperhatikan kondisi lingkungan berkaitan dengan nafsu makan ikan. Pada saat mendung maka jumlah pakan sedikit dikurangi dari jumlah yang ditentukan karena nafsu makan ikan nila menurun. Pemberian pakan tidak boleh berlebih agar sisa pemberian pakan tidak mencemari dan mengganggu kualitas air tambak.


Manajemen kualitas air dan kesehatan ikan :
·    Selama pemeliharaan dilakukan pemantauan kualitas air tambak agar kesehatan ikan terjaga. Manajemen kualitas (Tabel 1) air dilakukan agar memenuhi persyaratan kesehatan ikan :


Nilai Parameter Kualitas Air Ideal
No
Parameter
Satuan
Nilai




1
Suhu
0C
27–32
2
Kandungan oksigen terlarut
mg/l
> 3
3
pH
-
6,5-9
4
Nitrit
mg/l
< 0,5
5
Amoniak
mg/l
< 0,1
6
Salinitas
g/l
10-30

·        Parameter kualitas air yang berpengaruh besar di tambak adalah salinitas air. Adanya fluktuasi salinitas secara mendadak lebih dari 5 ppt akibat hujan deras dapat mempengaruhi kesehatan ikan. Apabila salinitas mulai berubah maka harus segera dilakukan penanganan dengan memasukkan air baru sehingga salinitas tetap terjaga. Monitoring kesehatan ikan terkait dengan kualitas air dapat dilakukan sesuai tabel berikut :
Frekuensi Kegiatan Monitoring Kesehatan Ikan

No
Parameter
Frekuensi (minimal)



1
Kualitas air


-
pH
Sesuai kebutuhan *)

-
Salinitas
Sesuai kebutuhan *)

-
DO
Sesuai kebutuhan *)
2
Pertumbuhan Pakan Alami
Setiap minggu

(melihat warna dan kecerahan air)

3
Respon pakan
Setiap pemberian pakan
4
Pertumbuhan ikan
Setiap bulan
5
Kesehatan ikan secara visual
Setiap hari
*) apabila terjadi perubahan cuaca secara mendadak

·    Data hasil monitoring dianalisis untuk digunakan sebagai dasar dalam pengelolaan kualitas air, kesehatan, dan pemberian pakan serta untuk perencanaan dalam pemeliharaan selanjutnya. Seluruh data hasil monitoring dicatat atau direkam sehingga terdapat dokumentasi yang lengkap dan dapat ditelusuri.

Pemanenan:
·        Pemanenan ikan dilakukan dengan menurunkan ketinggian air hingga ketinggian 10-20 cm sehingga ikan akan berkumpul di caren

·        Selanjutnya dilakukan penangkapan ikan menggunakan jaring

·   Panen dapat dilakukan secara total atau bertahap dengan memilih ikan yang ukurannya sesuai. Pemeliharaan selama 3-4 bulan akan menghasilkan rerata bobot antara 200-250 gram/ekor dengan sintasan +80 %.


KEUNGGULAN

Uraian tentang teknologi

Teknologi pembesaran ikan nila Srikandi secara semi intensif di tambak ini merupakan teknologi yang dimodifikasi dari teknologi budidaya ikan nila Srikandi dan mengacu pada SNI 7550:2009 tentang Produksi ikan nila (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas pembesaran di kolam air tenang. Teknologi budidaya ikan nila Srikandi disusun sebagai pedoman pemeliharaan ikan nila Srikandi pada lahan marginal atau sub-optimal dengan padat tebar rendah dengan mempertimbankan daya dukung lingkungan sekitar. Modifikasi teknologi ini dilakukan untuk meningkatkan produktivitas ikan nila Srikandi pada lahan tambak yang lebih terkontrol. Peningkatan produktivitas melalui penambahan padat tebar serta pemberian pakan buatan tersebut diharapkan dapat meningkatkan hasil panen yang berdampak langsung pada peningkatan kesejahteraan pembudidaya.

Uraian keberhasilan teknologi

Ikan nila Srikandi dapat dimanfaatkan sebagai komoditas unggulan pada pembesaran di kawasan pesisir dengan salinitas sedang hingga tinggi. Pada pembesaran di tambak, ikan nila Srikandi tumbuh lebih baik dibandingkan ikan nila air tawar pada umumnya. Ikan nila Srikandi mempunyai karakter hibrid vigour dengan performa yang lebih baik dari rerata tetuanya pada karakter pertumbuhan dan sintasan. Penggunaan ikan nila Srikandi pada kawasan pesisir akan meningkatkan produktivitas lahan dengan meningkatnya hasil panen dibandingkan strain lainnya. Namun demikian, penggunaan padat tebar rendah antara 1-5 ekor/m2 pada pedoman budidaya tersebut menghasilkan produktivitas panen yang masih relatif rendah antara 3-6 ton/ha.

Peningkatan padat tebar diatas 5 ekor/m2 yang digunakan pada teknologi ini berdampak pada peningkatan hasil panen per satuan luas tambak. Ikan nila Srikandi yang dibesarkan pada tambak bersalinitas sedang hingga tinggi pada salinitas 30 ppt menunjukkan performa yang baik dan dapat mencapai ukuran 150-200 gram dalam waktu 3 bulan pemeliharaan. Pada akhir pemeliharaan diperoleh rerata sintasan + 70 % dan biomassa panen sekitar 10,5 ton/ha.

Penerapan teknologi ini membutuhkan input pakan komersial yang cukup tinggi apabila dibandingkan dengan metode pembesaran ekstensif yang biasa diterapkan oleh para petambak. Pemberian pakan komersial secara rutin akan berdampak pada peningkatan modal usaha. Aplikasi berbagai teknologi pakan buatan yang sudah dikembangkan dapat diterapkan untuk menekan kebutuhan pakan komersial.


Produksi ikan nila Srikandi secara semi intensif dapat menghasilkan biomassa panen yang lebih tinggi dibandingkan ikan nila lokal pada umumnya yang menghasilkan panen kurang dari 2 ton/ha. Rendahnya hasil panen nila lokal di tambak disebabkan oleh kematian massal apabila salinitas di atas 15 ppt, sehingga ikan yang bertahan pada umumnya yang berukuran kecil dalam jumlah sedikit.

Pembesaran ikan nila Srikandi secara semi intensif di tambak selain meningkatkan produktivitas panen juga memberikan keunggulan dibandingkan pada pembesaran di kolam air tawar. Beberapa keunggulan ikan nila Srikandi hasil pembesaran di tambak adalah :

Toleran terhadap salinitas tinggi hingga 30 ppt

Benih ikan nila Srikandi yang sudah diaklimatisasi sesuai salinitas tambak dapat hidup dengan baik pada salinitas tinggi hingga 30 ppt dengan nilai sintasan + 70 %. Hal ini berbeda dengan ikan nila pada umumnya yang mengalami tingkat kematian tinggi dengan sintasan rendah dibawah 30 % pada salinitas diatas 15 ppt.





Pertumbuhan cepat, dapat mencapai ukuran 200 gram dalam waktu 3 bulan.

Ikan nila ini dipelihara di tambak dapat mencapai ukuran 200 gram dalam waktu 3 bulan seperti halnya pada pemeliharaan di kolam air tawar.

Kandungan protein tinggi

Hasil pengujian kualitas daging menunjukkan kandungan protein yang lebih tinggi atau pada kisaran 21 % pada pemeliharaan di tambak bersalinitas tinggi sehingga baik dikonsumsi sebagai bahan pangan sumber protein hewani.

Kandungan asam lemak omega 3 dan 6 tinggi

Hasil analisa kualitas daging menunjukkan kandungan asam lemak omega 3 dan 6 yang tinggi pada pemeliharaan di tambak. Hal ini tidak terlepas dari banyaknya sumber pakan alami yang mengandung omega 3 dan 6 pada lingkungan pemeliharaannya. Kandungan asam lemak omega 3 mencapai 105,69+37,82 mg/100g daging, sedangkan kandungan asam lemak omega 6 mencapai 233,76+57,74 mg/100g daging. Konsumsi bahan pangan yang mengandung asam lemak omega 3 dan 6 baik bagi kecerdasan, fungsi otak dan kesehatan.

Cita rasa daging lebih enak

Ikan nila Srikandi yang dibesarkan di tambak lebih mempunyai cita rasa daging yang enak, gurih serta mempunyai tekstur daging yang kenyal. Hal ini menyebabkan hasil tambak ikan nila Srikandi lebih banyak dicari konsumen.

Secara umum ikan nila Srikandi mempunyai keunggulan pertumbuhan cepat pada perairan tambak apabila dibandingkan ikan nila lainnya sehingga berdampak pada produktivitas panen. Saat ini terdapat dua strain ikan nila yang sudah dirilis secara resmi yang dikhususkan untuk pembesaran ikan nila di lahan bersalinitas. Strain ikan nila lainnya yang sudah dirilis untuk budidaya di tambak adalah ikan nila Salina (NOMOR. 22/KEPMEN-KP/2014). Ikan nila salina dibentuk melalui hibridisasi antara ikan nila merah betina dengan ikan nila hitam jantan dan dapat digunakan untuk pembesaran pada tambak bersalinitas 20-25 ppt.

Ikan nila Srikandi mempunyai keunggulan yang lebih baik terutama pada toleransi salinitasnya yang dapat dibesarkan pada tambak bersalinitas tinggi hingga 30 ppt. Hal ini disebabkan kombinasi ikan nila yang digunakan adalah ikan nila hitam betina dan ikan nila biru jantan. Ikan nila biru mempunyai toleransi salinitas yang lebih tinggi dibandingkan ikan nila merah, namun lebih rendah dibandingkan mujair.

Mudah diterapkan dalam sistem usaha

Pembesaran ikan nila Srikandi secara semi intensif di tambak tidak memerlukan penggunakan peralatan ataupun teknologi budidaya yang spesifik. Sebagian besar tambak dengan infrastruktur yang ada secara umum dapat digunakan untuk kegiatan pembesaran ikan nila secara semi intensif.


 KELAYAKAN FINANSIAL DAN ANALISA USAHA

Penerapan teknologi pembesaran ikan nila Srikandi secara semi intensif di tambak ini layak se-cara ekonomis. Penerapan tenologi ini tidak memerlukan biaya besar namun dapat memberi-kan keuntungan yang optimal dengan adanya peningkatan produktivitas panen. Budidaya yang dilakukan secara semi intensif dapat menekan kebutuhan pakan buatan karena kondisi di tambak pada umumnya kaya pakan alami yang beragam jumlah dan jenisnya. Ikan nila bersifat omnivora dan dapat memanfaatkan semua jenis makanan yang ada di perairan. Budidaya ikan nila secara semi intensif dapat diterapkan oleh pembudidaya di kawasan pesisir.


Analisis usaha pembesaran ikan nila Srikandi:
Analisa usaha pembesaran dihitung dalam waktu 4 bulan dengan menggunakan lahan tambak seluas 1 Ha. Pembesaran dilakukan dengan menerapkan prosedur pembesaran sehingga dapat menghasilkan ikan nila konsumsi berukuran +200 gram dalam waktu 4 bulan. Rerata sintasan hasil panen 70 %. Pakan komersil yang digunakan mengandung protein >25 %, dengan penumbu-han pakan alami di tambak yang cukup maka FCR pakan buatan dapat ditekan.

Rerata hasil panen dengan mengacu pada SPO pembesaran

Parameter
Satuan
Padat tebar 10 ekor/m2
Luas lahan
m2
10.000
Jumlah tebar
ekor
100.000
Jumlah akhir
ekor
70.000
Rerata bobot
gram
150-200
Biomassa panen*
Kg
10.500
Produktivitas*
ton/Ha
10,5
·  Kondisi tambak optimal dengan waktu pemeliharaan 3 bulan dan SR 70 %

Sumber :  Buku Rekomendasi Teknologi 2015 Kementrian Kelautan dan Perikanan RI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar