Rabu, 27 Mei 2020

RUMPUT LAUT


TEKNOLOGI BUDIDAYA RUMPUT LAUT LAWI (Caulerpa.sp) DI TAMBAK



Lawi-lawi (Caulerpa.sp) merupakan makro alga yang secara umum pemeliharaan tidak rumit, walaupun lawi-lawi pada umumnya hidup pada perairan laut dangkal namun dapat juga dibu-didayakan di tambak baik secara monokultur maupun secara polikultur dengan komoditas ban-deng, udang atau kepiting rajungan. Lokasi yang dipilih untuk budidaya lawi-lawi adalah yang memiliki karakteristik lingkungan sebagai berikut :

·         Lokasi tambak jauh dari pengaruh air tawar yang dapat menurunkan salinitas air
·         Lokasi tambak jauh dari sumber polutan
·         Lokasi tambak harus dengan sumber air laut, untuk memudahkan proses pergantian air secara rutin mengikuti pasang surut air laut

·         Tambak dengan tanah dasar pasir berlumpur, karena lumpur menjadi substrat yang cocok bagi pertumbuhan lawi-lawi

·         pH tanah tambak harus normal (tidak asam dan tidak basa pH sekitar 7.0) Salinitas tambak > 20 ppt

Lawi-lawi yang telah ditanam harus dikontrol secara rutin untuk mengetahui kondisi perkemban-gannya, begitu juga kondisi salinitas air harus senantiasa dilakukan pengontrolan/pengukuran terutama pada musim hujan karena salinitas air sewaktu waktu bisa drop/menurun tajam hingga di bawah kisaran 25 ppt. Salinitas yang optimum untuk budidaya lawi-lawi diatas 20 ppt. Untuk menjaga kesetabilan salinitas air tambak harus dilakukan penggantian air secara rutin (minimal satu minggu sekali).


Persyaratan Teknis Tambak

Tambak yang digunakan untuk kegiatan budidaya lawi-lawi ini adalah tambak lanyah (tambak yang lokasinya berdekatan dengan laut/pantai untuk memudahkan pergantian air), Dasar tambak berupa lumpur berpasir dengan persyaratan kualitas air tertera pada tabel 1 :

Tabel 1. Persyaratan kualitas air pada budidaya rumput laut lawi-lawi di tambak

NO
PARAMETER
KISARAN OPTIMAL
1
Suhu
25-33 0C
2
Salinitas
20-30 ppt
3
Pertukaran air
Maksimal 1 7 hari sekali
4
Kedalaman air
50 – 120 cm




Teknologi ini dikembangkan sebagai upaya meningkatkan produktivitas tambak dan meningkatkan pendapatan masyarakat/pembudidaya tambak. Teknologi yang diterapkan berupa kegiatan budidaya rumput laut lawi-lawi (Caulerpa.sp) secara massal di tambak. Kegiatan yang dilakukan meliputi ; 1) Pemilihan lokasi budidaya, 2) persiapan tambak dan pemupukan awal, 3) pengadaan bibit lawi-lawi, 4) penanaman bibit, 5) pemeliharaan dan pemberian pupuk tambahan, 6) panen dan penanganan hasil


Tahap Persiapan Tambak dan Pemupukan

Dilakukan pengeringan dasar tambak untuk mempercepat proses pembusukan bahan organik, pembersihan gulma perairan yang bisa menjadi kompetitor dalam penggunaan oksigen. Pemberantasan hama dengan menggunakan saponin (40-50g/ m2) dan pengapuran dasar tambak menggunakan CaO (25-30 g/m2) atau dengan kapur CaCO3 dengan dosis (60-70 g/m2) dan pemberian pupuk organik / kompos untuk memperkaya ketersediaan unsur hara yang dibutuhkan bagi pertumbuhan lawi-lawi.

Pemberian pupuk organik 20-40 g/m2 = 200-400 kg/Ha. Setelah pupuk diaplikasikan dan terjadi proses ionisasi dan mineralisasi selanjutnya dilakukan pengisian air secara berangsur-angsur antara 10-15 cm, Selanjutnya pada ketinggingan air 15-25 cm dilakukan penanaman lawi-lawi dengan padat tanam 500 g/m2 x 0-15 % x luas areal (Ha) = 250-500 kg/Ha.

Penanaman bibit lawi-lawi

Penanaman lawi-lawi dilakukan setelah 4-5 hari masa pengolahan tambak setelah dasar tambak yang dijadikan sebagai substrat siap ditanami, penanaman dilakukan pada saat suhu air dan lokasi sekitar rendah (Pagi atau sore hari). Lawi-lawi ditanam di dasar tambak pada kondisi ketinggian air tambak antara 15-25 cm dengan padat tanam 0,5 kg/m2 dengan jarak tanam disesuaikan dengan kebutuhan dan luasan tambak.

Pengaturan jarak tanam

Pengaturan jarak tanam dimaksudkan untuk optimasi produktivitas lawi-lawi yang dibudidayakan, jarak tanam sangat berhubungan dengan luas areal tambak, sistem budidaya (monokultur/polikultur) dan rotasi panen. Jarak tanam yang sudah diterapkan di lapangan antara lain 25 cm, 33 cm dan 50 cm/m2, dengan formasi seperti gambar di bawah ini :

Gambar . . Bebrapa metode jarak tanam yang dikembangkan

Dari ketiga jarak tanam tersebut, jarak yaang paling ideal diterapkan pada berbagai lokasi tambak terutama pada tambak adalah jarak tanam 50 cm/m2, dimana jarak tanam tersebut sangat memberikan pengaruh yang lebih bagus terhadap pertumbuhan harian dan produktivitas lawi-lawi selama budidaya.

Pemberian pupuk tambahan

Pupuk susulan dilakukan untuk membantu proses pertumbuhan, peremajaan sel-sel pada tallus dan anggur pada lawi-lawi setelah dilakukan panen sebagian (parsial). Disamping itu pemberian pupuk susulan juga sangat berguna bagi pengkayaan unsur hara tambahan baik pada badan air tambak pemeliharaan maupun pada substrat yang dijadikan media tumbuh lawi-lawi. Bahan yang digunakan dalam pemberian pupuk

susulan ini bisa menggunakan pupuk organik kompos maupun pupuk organik cair dengan dosis/konsentrasi sesuai kondisi dan kesesuaian lahan. Waktu pemupukan sebaiknya dilakukan pada pagi hari setiap 6 minggu sekali setelah pergantian air setelah kegiatan panen parsial (panen harian).

Pengukuran Produktivitas

Pengukuran produktivitas pada masing-masing lokasi ujiterap dilakukan setelah lawi-lawi yang dibudidayakan sudah mulai dipanen secara parsial (umur 3 minggu setelah tanam) dengan menghitung jumlah berat lawi-lawi yang dipanen dan dicatat sebagai produksi harian, selanjutnya secara akumulasi terinput dalam sebuah tabulasi data produktivitas bulanan

Pengamatan Kualitas air di lokasi budidaya

Sebagai data penunjang, maka dilakukan pengukuran kualitas air seperti: Salinitas, suhu, pH dan oksigen terlarut dilakukan pada setiap minggu.

Panen dan Distribusi Hasil Kegiatan

Lawi-lawi dapat dipanen secara mudah kapan saja waktunya disaat diinginkan sesuai kondisi pasar. Pemanenan pertama dapat dilakukan secara pada 3 minggu setelah tanam. Selama pemeliharaan dapat dilakukan kegiatan panen secara berangsur-angsur sebagian sesuai kebutuhan (parsial) dan pada akhir kegiatan lawi-lawi dapat dipanen seluruhnya (Panen total) sebelum dilakukan peremajaan penanaman kembali.

Panen Parsial (Panen sebagian)

Panen Parsial adalah proses pemanenan sebagian biota aquatik yang dibudidayakan tanpa harus mengenguras/mengeringkan air di lokasi budidaya dan tanpa mengganggu berlangsungnya kegiatan budidaya atau pembesaran lanjutan. Pemanenan lawi-lawi secara langsung turun ke tambak dengan arah menghadap ke arah inlet. Panen lawi-lawi dapat dilakukan secara berkala dimulai ketika umur tanam lawi-lawi sudah lebih dari 3 minggu ke atas. lawi-lawi yang sudah dipanen dikupras/dibilas dalam air tambak yang bersih untuk mencuci lumpur yang terangkat saat pemanenan, selanjutnya ditampung dalam waring/hapa pemberokkan selama 2-3 hari dan dilakukan sortir secara kuantitas dan kualitas kemudian dimasukkan kedalam karung packing untuk didistribusikan ke pasar/konsumen.

Panen Total (Panen sebagian)

Adalah Proses pemanenan dengan menyurutkan permukaan tambak dan mengeluarkan air tambak secara perlahan-lahan sampai kering dengan menggunakan pompa dorong ataupun pompa hisap sampai seluruh biota yang dibudidayakan dapat dipanen seluruhnya, setelah itu dilakukan pengeringan kembali dasar tambak untuk kegiatan selanjutnya. Sebelum air tambak kering dilakukan panen lawi-lawi secara total dan dilakukan pemberokkan serta sortir di tambak atau saluran air laut yang bersih di sekitar lokasi panen. Setelah lawi-lawi selesai dipanen, tambak dilakukan perbaikan pematang dan pengeringan untuk fase istirahat sebelum tambak tersebut digunakan kembali

Distribusi Hasil Kegiatan

Lawi-lawi hasil kegiatan budidaya selanjutnya dipasarkan ke beberapa pasar tradisional yang melalui beberapa pengepul yang biasa datang langsung ke tambak untuk membelinya..

Pemanfaatan Produk

Lawi-lawi bagi sebagian besar masyarakat di Indonesia dimanfaatkan sebagai makanan harian (lalapan, pelengkap lauk pauk dan obat tradisional) terutama masyarakat pesisir pantai. Selain dihidangkan langsung dalam kondisi segar pada kegiatan pasca panen lawi-lawi juga dapat dimanfaatkan dalam berbagai produk olahan yang memiliki nilai tambah cukup tinggi (antara lain : Agar, Puding, Jus, dan aneka olahan menyehatkan lainnya). Dengan potensi yang cukup banyak dari keberadaan produk lawi-lawi ini maka ke depannya akan mendorong munculnya industri-industri olahan baik secara tradisonal maupun modern yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mendukung kedaulatan pangan Nasional.

Analisa usaha budidaya rumput laut lawi-lawi di tambak

A. Biaya Investasi/Biaya Tetap (dalam satu tahun /Ha)

No
Komponen/Kegiatan
Volume
Satuan
Harga (Rp)


Jumlah (Rp)













1
Operasional Pemeliharaan Tambak
1.0
paket

1,500,000



1,500,000

2
Sarana Produksi Perikanan (Saprokan)
1.0
paket

500,000



500,000

4
Waring Penampungan Lawi-lawi
1.0
unit

500,000



500,000

5
Timbangan
1.0
unit

250,000



250,000


Jumlah Modal Investasi (Jumlah Biaya Tetap/TFC)






2,750,000













B. Biaya Operasional










No
Komponen/Kegiatan
Volume
Satuan
Harga (Rp)


Jumlah (Rp)













1
Persiapan dan konstruksi
1.0
Ha

1,000,000



1,000,000

2
Bibit lawi-lawi
250.0
kg

3,500



875,000

3
Pupuk Organik
125.0
Kg

3,600



450,000


Jumlah Biaya Operasional (TVC)







2,325,000













C. Total Biaya Usaha: untuk 1 siklus/3 bulan (A+B)








5,075,000










D. Penghitungan Analisis Ekonomi (Selama Masa Produktif sampai akhir siklus/Ha/tahun)








Jumlah Biaya (TC) = TFC + TVC


=
2,750,000

+
2,325,000





=
5,075,000




Hasil / Pendapatan Produksi 16.320 kg /tahun (Harga jual terendah)


=
16,320
X
2,700





=
44,064,000




Hasil Bersih (TR-TC)


=
44,064,000

-
5,075,000





=
38,989,000




a. B/C Ratio = TR/TC


=

44,064,000

=
8.68






5,075,000



Artinya :

B/C Ratio lebih dari 1, berarti usaha budidaya lawi-lawi tersebut sangat layak untuk dijalankan. Dari setiap pengeluaran Rp. 100 akan menghasilkan Rp.868

b. BEP Harga = TC/Total Produksi persiklus
=
5,075,000

=
311

Artinya
:

16,320



Akan terjadi titik impas terhadap modal yg dikeluarkan (modal kembali) bila harga per satuan produksi mencapai Rp. 311/kg

c. FRR kepercayaan = Hasil bersih/Biaya Investasi x 100%
=
38,989,000

X
100%
Financial Rate of Return ; tingkat pengembalian modal dalam satu tahun usaha yg dijalankan.

2,750,000






=
1417.78%


d. PPC Pengembalian kredit = Investasi/Hasil Bersih x 1 tahun
=
2,750,000

X
1 tahun
Payback Period of Credit ; jangka waktu pengembalian kredit atau modal/investasi.

38,989,000






=
0.07
Tahun

Asumsi Pengembalian kredit untuk melakukan usaha budidaya lawi-lawi ini adalah 0,07 Tahun = 0,84 bulan


Refrensi : Rekomendasi Teknologi Kelautan dan Perikanan 2015