Kamis, 15 Juni 2017

KONSTRUKSI TAMBAK YANG IDEAL


Sudah menjadi rahasia umum kalau prospek usaha budidaya udang vannamei begitu menjanjikan. Keuntungan menggiurkan tak elak membuat banyak orang mencoba peruntungan di bisnis ini. Nyata terlihat dengan semakin banyaknya tambak baru dibuat di berbagai lokasi. Hal ini diungkapkan  Suseno Direktur PT Prima Dwimitra (Konsultan Tambak), saat ini banyak pemain baru yang melirik untuk membuat tambak.

”Kami melihat semakin banyak areal tambak baru dibuka misalnya di daerah Pantai Selatan dan Sumatera bagian Barat yang kondisi lingkungannya masih bagus,” ujar Seno. Tambahnya, tidak hanya pemain lama saja yang meningkatkan skala usaha tapi juga banyak pemain baru yang menjajal membangun tambak seperti Makasar, Mamuju, Lampung, dan daerah lainnya.
 Meskipun tidak ia pungkiri selain banyak tambak baru yang bermunculan juga ada tambak milik salah satu perusahaan besar yang coleps. Karena itu dari awal membuat tambak sudah harus diperhatikan betul pemilihan lokasi dan juga konstruksi tambaknya, agar bisa terus langgeng dalam waktu yang lama atau berkelanjutan.
 
Konstruksi tambak
Pemilihan lokasi  menjadi salah satu aspek penting dalam budidaya udang vannamei. Salah satu aspek yang harus diperhatikan dalam pemilihan lokasi selain adanya sumber air yang masih baik, tingkat elevasi lahan juga patut dipertimbangkan termasuk juga ketersediaan listrik dan jalan untuk mengangkut hasil panen dan mendistribusikan pakan yang masuk.

Seno mencontohkan, misalnya lokasi tambak yang lebih rendah dari air laut berarti harus dibantu pompa untuk pembuangan airnya.  ”Elevasi atau ketinggian harus diperhatikan agar air yang masuk dan keluar mengalir dengan lancar, walaupun secara konstruksi kita bisa rancang bagaimanapun tingkat elevasinya hanya saja biaya yang diperlukan akan lebih besar, sebaiknya minimal 1,5 meter lebih tinggi dari air pasang tertinggi air laut untuk pemilihan lokasi tambaknya” ungkap Seno.

Terkait biaya untuk membangun tambak, dari sisi biaya konstruksi persiapan lahan hingga siap beroperasi budidaya besarannya berbeda bergantung pada kualitas sarana dan prasarana yang digunakan dan juga kondisi lahannya. Secara umum dia menginformasikan, untuk biaya membangun tambak dengan kualitas yang mumpuni dari sarana kolam seperti kincir, genset, plastik HDPE, termasuk pembuatan IPAL (Instalasi Pembuangan Air Limbah) diperlukan biaya rata-rata sekitar Rp 1,5 – 2 miliar per hektar.  “Itu juga harus diingat dari 1 hektar lahan tidak semua digunakan untuk kolam budidaya, hanya 50 % - 60 % saja yang digunakan untuk kolam budidaya komersilnya, sisanya untuk IPAL, tanggul, rumah penyimpanan pakan, dan lainnya,” terang Seno.

Lanjutnya, jika lahan 1 hektar maka lahan efektif yang digunakan untuk budidaya hanya 5.000 – 6.000 m2. Untuk biaya itu menyesuaikan dengan kualitas konstruksinya, serta sarana dan prasarana yang digunakan. Idealnya untuk kualitas yang sangat baik berkisar Rp 500 ribu per m2, untuk lahan 1 hektar dengan efektif kolam budidaya seluas 5.000 m2 idealnya butuh biaya hingga Rp 2,5 miliar.

Tapi biaya yang sangat besar tersebut sebanding dengan keuntungan yang akan diperoleh petambak jika usahanya berjalan dengan baik. Untuk memastikan keberhasilan budidaya dari awal dibangun konstruksi tambak sudah mesti dipersiapkan dengan baik dan diperhitungkan. Terutama dari sisi inlet dan outlet nya, kualitas air yang masuk dan keluar dari tambak. Karena kunci dalam budidaya adalah menajemen air.

”Jangan asal cetak tanah saja, kita harus memperhatikan lingkungan agar budidaya bisa berkelanjutan, jangan sampai baru 5 - 10 tahun produksinya udah anjlok karena lingkungan tidak mendukung,” tukas Seno.  Menurutnya pertama yang harus diperhatikan untuk mendirikan tambak adalah lokasinya harus bagus, kedua kualitas airnya, setelah itu baru mulai dilakukan pengukuran desain.


Pengelolaan Air
Tidak hanya mencetak tambak saja, tapi sustainibility (keberlanjutan) lingkungan juga menjadi hal penting yang harus diperhatikan. ”Untuk instalasi pengolahan air limbah ditambak tentunya harus ada kolam pengendapan saat air laut masuk, kemudian juga ada kolam penyaringan, baru nantinya air yang sudah bagus bisa masuk ke tambak,” papar Seno. 

SUMBER : MAJALAH TRUBUS Edisi-60/15 Mei – 14 Juni 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar