Sabtu, 29 November 2014

DINAMIKA KELOMPOK


 LATAR BELAKANG

Salah satu tujuan Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu adalah tumbuhnya kelompok tani alumni SLPHT yang mandiri. Mandiri, terutama dalam arti mampu merumuskan masalah, mengambil keputusan, merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan secara berkelompok.  Karena itu, dalam kurikulum SLPHT, materi Dinamika Kelompok sama pentingnya dengan materi-materi lainnya. Cukup banyak materi Dinamika Kelompok yang telah kenali. Akan tetapi, materi-materi tersebut akan menjadi mandul apabila dalam penggunaannya tidak memperhitungkan tujuan kegiatannya atau tidak mengkaitkannya dengan perkembangan kelompok.
Kegunaan materi Dinamika Kelompok cukup luas. Dari mulai yang paling sederhana, seperti menciptakan suasana belajar yang nyaman, sampai yang paling rumit, seperti halnya perencanaan. Bahkan, tidak sedikit yang mengandung dua atau lebih tujuan dalam satu kegiatan. Oleh karenanya, dibutuhkan kreativitas pemandu untuk memaksimalkan manfaat materi Dinamika Kelompok dalam mendukung pertumbuhan kelompok.

Tujuan:
1.    Membantu pemandu SLPHT untuk memaksimalkan peranannya sebagai pemandu dalam mendukung pertumbuhan kelompok SLPHT.
2.    Meningkatkan ketrampilan pemandu SLPHT dalam menentukan dan melaksanakan materi Dinamika Kelompok, guna mendukung pertumbuhan kelompok SLPHT.

Langkah-langkah:
1.    Lakukan analisis mengenai keadaan kelompok SLPHT yang sedang Anda pandu, lalu tentukan masalah yang mereka hadapi sebagai kelompok.
2.   Gunakan "Daftar Pertimbangan" untuk membantu Anda menentukan materi apa yang perlu dibawakan pada pertemuan berikutnya.
3.   Carilah petunjuk lapangannya pada sumber-sumber yang ada, atau coba susun sendiri.
4.   Sebelum memulai kegiatan, jangan lupa untuk menjelaskan kepada peserta, tujuan dari kegiatan tersebut, dan lakukan evaluasi ringkas di akhir kegiatan.

Bahan Pertimbangan Penentuan Materi
Berikut ini, beberapa pertimbangan yang bisa digunakan pemandu lapangan dalam memilih dan mendayagunakan materi Dinamika Kelompok:
1.   Materi Dinamika Kelompok dimaksudkan untuk membantu perkembangan kelompok agar menjadi kelompok yang mandiri. Karena itu, seorang pemandu lapangan dituntut untuk melakukan pengamatan dan analisis terhadap perkembangan kelompok dan anggotanya, sebelum menentukan materi yang akan disampaikan.
2.    Pada kegiatan-kegiatan awal SLPHT, sebaiknya memilih materi dinamika kelompok dengan pokok bahasan: Pengakraban, Komunikasi, Kerjasama.
3.    Pada kegiatan-kegiatan yang menuntut ketekunan dan kesabaran dalam diskusi, sebaiknya memilih materi dengan pokok bahasan: Kreatifitas, Komunikasi, Teknik Diskusi, Umpan-balik, Kepemimpinan, dan Pengambilan Keputusan.
4.    Pada kegiatan menjelang dan saat akhir SLPHT, sebaiknya memilih materi dengan pokok bahasan: Evaluasi dan Perencanaan.
5.    Setiap hendak memulai kegiatan, jangan lupa untuk menjelaskan tujuan dari kegiatan tersebut kepada peserta, dan bersama-sama melihat hasilnya pada akhir kegiatan.
6.    Apabila kelompok mengalami hambatan dalam berdiskusi, ada baiknya mengajak peserta untuk mengevaluasi proses diskusi mereka, sehingga kelompok bisa belajar dari pengalaman mereka. Tapi usahakan agar tidak seorang pun dari peserta yang merasa dipersalahkan. Cukup kalau peserta bisa melihat penyebab terhambatnya proses diskusi. Masalahnya tidak terselesaikan dengan menunjuk kesalahan seorang atau beberapa peserta
7.    Apabila peserta mulai mengalami kejenuhan, ajaklah mereka membahas keadaan tersebut, mintalah mereka mengungkapkan perasaan dan pendapat mereka mengenai kegiatan yang telah dilakukan. Setelah itu, cobalah bersama peserta mencari jalan keluarnya.
KUMPULAN MATERI DINAMIKA KELOMPOK

A.Perkenalan dan Pengakraban
Pada awal pembentukan kelompok, tugas utama pemandu adalah menciptakan suasana yang mendukung para peserta untuk saling mengenal satu sama lain, termasuk pemandu sendiri. Perkenalan yang baik akan menumbuhkan rasa kebersamaan yang menjadi landasan bagi terciptanya suasana keterbukaan.  Secara garis besar sasaran materi ini adalah :
1.   Agar supaya peserta saling kenal nama, ciri-cirinya, sifat-sifatnya dan seterusnya, agar peserta menjadi akrab sehingga mudah untuk bekerjasama.
2.   Terjadinya interaksi antar individu dalam kelompok secara lebih mendalam.
3.   Peserta saling mengenal dan memahami baik secara fisik, psikis dan sosilogis.
4.   Terbentuknya sikap kesetiakawanan, keterbukaan, dan kebersamaan antara seluruh peserta.

  a.   Rantai Nama
Tujuan :
Permainan ini dimaksudkan bagi kelompok yang belum saling kenal nama masing-masing, agar lebih akrab, serta memberi pengalaman tampil di depan forum.

Langkah-langkah:
1.      Peserta bersama pemandu berdiri dalam lingkaran.
2.      Pemandu menjelaskan aturan permainan, sebagai berikut:
Salah seorang menyebutkan namanya dengan suara keras agar terdengar oleh setiap peserta, kemudian peserta yang berdiri di sebelahnya (kiri atau kanan) menyebutkan nama peserta pertama tadi ditambah dengan namanya sendiri. peserta ketiga menyebutkan nama peserta pertama dan kedua ditambah dengan namanya sendiri, begitu seterusnya sampai selesai.
3.      Proses ini diulangi lagi dengan arah berlawanan, dimulai dari peserta yang terakhir menyebutkan rantai nama tersebut.
Variasi:
Buat lingkaran, setiap peserta secara bergiliran menyebutkan nama panggilan, umur,  tempat asal, pekerjaan, lalu peserta yang lain menirukan, begitu seterusnya sampai selesai satu putaran. Putaran kedua, semua peserta mengulangi lagi secara bersama-sama data pribadi tersebut, dengan urutan seperti semula.

b.  Menggambar Wajah
Tujuan:
1.   Membantu peserta untuk memandang langsung ke dalam mata pasangannya, saling mengenal ciri-ciri wajahnya, dengan harapan hal ini bisa membantu peserta untuk saling terbuka dan tidak lagi kikuk satu dengan lainnya
2.   Melatih peserta satu cara sederhana tentang menggambar dan menghilangkan perasaan peserta bahwa mereka tidak mampu menggambar

Langkah-langkah:
1.   Dengan sehelai kertas setiap pasangan saling berhadapan dan mulai menggambar wajah pasangannya. Bisa mulai dari mana saja tetapi tidak boleh melihat kertas sama sekali
2.   Gerakkan tangan mengikuti arah gerak pandangan yang menelusuri garis wajah pasangannya

Bahan:  Kertas, krayon atau alat tulis lainnya

c.   Buat Barisan
Tujuan:
Agar seluruh peserta bisa berkenalan lebih jauh, fisik maupun sifat-sifat mereka, sekaligus melatih mereka bekerjasama dalam kelompok.
 Langkah-langkah:
1.    Peserta dibagi dalam dua kelompok yang sama banyak (bila jumlah peserta ganjil, seorang pemandu bisa masuk ke dalam salah satu kelompok)
2.      Pemandu menjelaskan aturan permainan, sebagai berikut:
Kedua kelompok akan berlomba menyusun barisan. Barisan disusun berdasarkan aba-aba pemandu: tinggi badan, panjang rambut, usia dan seterusnya.
Pemandu akan menghitung sampai 10, kemudian kedua kelompok, selesai atau belum, harus jongkok.
Setiap kelompok secara bergantian memeriksa apakah kelompok lawan telah melaksanakan tugasnya dengan benar.
Kelompok yang menang adalah kelompok yang melaksanakan tugasnya dengan benar dan cepat (bila kelompok dapat menyelesaikan tugasnya sebelum hitungan ke sepuluh mereka boleh langsung jongkok untuk menunjukkan bahwa mereka telah selesai melakukan tugas)
 3.    Sebelum pertandingan di mulai bisa dicoba terlebih dahulu untuk memastikan apakah aturan mainnya sudah dipahami dengan benar.

d.   Kapal Tenggelam
Tujuan
Memberikan kegiatan untuk mengurangi kekikukan peserta dalam berintegrasi dengan peserta lainnya dan menambah keterlibatan peserta dalam proses belajar.
Langkah-langkah
1.   Mintalah peserta bediri dalam lingkaran.
2.   Jelaskan bahwa kegiatan berikut adalah permainan yang diberi nama Kapal Tenggelam.
3.   Minta peserta membayangkan bahwa mereka sedang naik kapal. Tiba-tiba kapal mau tenggelam. Nakhoda memerintahkan seluruh penumpang untuk naik ke sekoci (perahu penyelamat).
4.   Nakhoda adalah Anda (pemandu). Sekoci adalah anggota badan peserta yang saling dipertautkan (saling bersentuhan).
5.   Bila pemandu mengatakan: "Jempol, lima!", artinya, lima peserta harus saling mentautkan jempol mereka.
6.   Peserta yang kena hukuman adalah mereka yang tidak mendapatkan pasangan/kelompok atau kelompok yang anggotanya lebih dari lima.
7.   Pemandu bisa melanjutkan permainan dengan memberikan perintah lainnya, seperti: sikut, tiga!, artinya, tiga peserta harus saling mentautkan sikut mereka. Atau: pipi, dua!
8.   Teruskan permainan sampai dirasakan cukup.
 e.  Samson-Delilah
Tujuan:
Agar peserta bisa lebih akrab, berlatih bekerjasama dan mengambil keputusan dalam kelompok, dengan santai dan gembira.
      Langkah-langkah:
1.  Peserta dibagi dalam dua kelompok.
2.  Pemandu menjelaskan aturan main, sebagai berikut:
Kedua kelompok akan bertanding lewat permainan peragaan. Ada tiga tokoh yang bisa diperagakan. Samson, Delilah dan Singa. Kelompok memilih salah satu tokoh untuk diperagakan:
Kelompok yang memperagakan Samson akan menang bila kelompok lawannya memilih Singa, tapi kalah bila lawannya memilih Delilah.
Kelompok yang memperagakan Singa akan menang bila lawannya memperagakan Delilah, tapi kalah bila lawannya memperagakan Samson.
Kelompok yang memperagakan Delilah akan menang bila lawannya memperagakan Samson dan kalah bila lawannya memperagakan Delilah.
Bila kedua kelompok memperagakan tokoh yang sama, hasilnya seri.
3.  Masing-masing kelompok berdiri berjejer dalam satu barisan berhadapan dengan lawannya.
4.  Bila pemandu memberikan aba-aba: siap!, maka kedua kelompok balik kanan dan mulai menyepakati tokoh apa yang akan diperagakan.
5.  Bila pemandu memberikan aba-aba: mulai!, kelompok segera berbalik dan memperagakan tokoh yang telah dipilih.
6.  Kelompok harus tetap dalam barisan yang lurus, peserta tidak diperkenankan keluar dari barisan, baik sewaktu menyepakati pilihan maupun sewaktu peragaan.
7.  Tokoh Samson lambang orang kuat diperagakan seperti binaragawan yang sedang memamerkan otot lengannya. Delilah lambang kelembutan diperagakan sebagai perempuan yang malu- malu tapi mau. Singa diperagakan sedang siap menerkam.
 B.  Penyegar Suasana
Penyegar Suasana adalah kegiatan yang dilakukan untuk memulihkan suasana belajar dari situasi yang kurang mendukung proses belajar menjadi suasana yang membantu anggota belajar untuk mengikuti proses dengan lebih aktip.
Penyegar Suasana umumnya dibutuhkan pada saat proses belajar sedang berlangsung, di saat-saat seperti: peserta mulai jenuh, peserta terlalu tegang, dan sebagainya. Akan tetapi, kadang perlu juga melakukan Penyegar Suasana di awal kegiatan apabila kegiatan sebelumnya telah banyak menguras pikiran.  Berikut ini beberapa contoh Penyegar Suasana:
 a.  Tolong Tangkap!
Latar Belakang:
Pada saat pemandu membutuhkan perhatian seluruh peserta, seringkali beberapa peserta asyik dengan kegiatannya sendiri. Bahkan ada pula yang sampai mengganggu konsentrasi peserta lainnya. Diperlukan suatu Pemecah Suasana agar perhatian peserta tidak pecah.
         Tujuan:
Agar peserta yang sedang asyik sendiri bisa mengembalikan perhatiannya pada proses yang sedang berlangsung, tanpa harus menegurnya.

Langkah-langkah:
1.   Lemparlah dengan spidol, atau apa saja yang kebetulan Anda pegang, peserta yang Anda anggap sedang tidak mencurahkan perhatiannya pada proses belajar yang tengah berlangsung. Katakan padanya: Tolong tangkap!
2.   Beri komentar: Oh, tidak bisa! Sekarang coba dengan peserta lainnya. Tapi kali ini pastikan kesiapan dia menangkap spidol itu, katakan: Tolong tangkap!, Anda sudah siap? Baru spidol Anda lempar, usahakan tepat ke arah tangannya. Beri komentar: Berhasil!
3.   Ajaklah peserta membahas kenapa yang pertama gagal dan yang kedua berhasil. Lalu kembali ke topik semula.
 Bahan-bahan: Spidol atau sesuatu yang mudah digenggam dan mudah diperoleh di tempat latihan.
 b.   Pecah Balon
Latar Belakang:
Bila peserta terlalu banyak menguras pikiran atau berdebat tanpa penyelesaian yang memuaskan pada kegiatan sebelumnya, hal ini akan sangat mempengaruhi konsentrasi mereka untuk mengikuti kegiatan berikutnya.
         Tujuan:
Memberikan kesegaran kepada peserta dengan melampiaskan emosinya.
         Langkah-langkah:
1.      Bagikan kepada setiap peserta sebuah balon dan seutas tali rapia (kira-kira sepanjang dua jengkal).
2.      Mintalah mereka meniup balon masing-masing.
3.      Mintalah mereka mengikatkan balon tersebut di kaki kirinya.
4.      Mintalah seluruh peserta berdiri di tengah ruang belajar.
5.      Jelaskan kepada peserta bahwa tujuan kegiatan ini adalah memecahkan balon orang lain sebanyak mungkin dengan cara menginjak balon-balon tersebut.
6.      Beri aba-aba untuk mulai.
7.      Bahas bersama peserta apa saja yang mereka rasakan, lihat dan dengar selama kegiatan tadi. Kenapa begitu? Apa kesimpulan yang bisa ditarik?
8.      Sekarang topik yang direncanakan sudah bisa dimulai.
 Bahan-bahan:  Balon dan tali rapia sebanyak jumlah peserta.
 c.  Ikuti Saya!
Latar Belakang:
Bila kebanyakan peserta mengantuk, hampir dapat dipastikan bahwa kegiatan tersebut tidak banyak bermanfaat. Dibutuhkan penyegaran sebelum melanjutkan kegiatan tersebut, terutama agar peserta bisa kembali mencurahkan perhatiannya pada topik yang sedang dibahas.
          Tujuan:
Untuk menyegarkan tubuh peserta dengan sedikit gerak dan humor.
           Langkah-langkah
1.    Mintalah seluruh peserta berdiri di tempat masing-masing.
2.   Julurkan kedua tangan Anda lurus kedepan dengan kedua telapaknya mengatup. Mintalah peserta menirukannya.
3.     Mintalah peserta mengikuti setiap gerakan Anda. Mulailah bertepuk tangan dengan tangan yang tetap lurus ke depan. Usahakan membuka tangan selebar mungkin. Mulai dengan pelan, kemudian tingkatkan kecepatannya. Sampai kira-kira peserta mulai mekanis. Lalu buatlah tepuk tangan Anda meleset. Biasanya sebagian peserta, kalau tidak seluruhnya, masih tetap bertepuk.
4.    Buatlah reaksi heran, lalu tanyakan kenapa mereka tidak mengikuti gerakan Anda? Apakah gerakan yang Anda lakukan sulit untuk ditirukan? Kalau tidak, kenapa tidak bisa diikuti? Apa yang bisa disimpulkan?
5.    Sekarang Anda bisa kembali ke topik semula.
 C.   Kreatifitas
 Latar Belakang:
Sebagian besar masyarakat masih hidup terkurung dalam tradisi yang kuat. Akibatnya, dalam memecahkan permasalahan, mereka sangat dipengaruhi oleh adat istiadat dan kebiasaan yang ada. Mereka kurang kreatif dan kurang berani keluar dari kebiasaan-kebiasaan yang kurang menguntungkan.
                   Tujuan:
1.   Peserta menyadari bahwa untuk memecahkan suatu masalah, seringkali orang harus keluar dari lingkungan adat dan kebiasaan yang ada, dan harus mempertimbangkannya dari berbagai segi.
2.    Peserta memahami prinsip-prinsip dasar kreativitas dan sikap kreatif, serta menyadari faktor penghambatnya.
 a.  Sembilan Titik
Tujuan:
1.  Peserta memehami prinsip dasar kreativitas dan sikap kreatif
2.  Peserta menyadari faktor penghambat kreatifitas
            Waktu:  30 menit
          Peralatan:  Papan tulis, spidol, alat tulis untuk peserta
           Proses:
1.    Gambarkan "sembilan titik" di papan tulis.
2.    Mintalah peserta untuk menghbungkan kesembilan titik tersebut dengan 4 buah garis lurus, tanpa mengangkat pulpen/pensil (sekali tarik garis, tarik terus dan tak boleh putus lagi).
3.    Beri waktu 5 - 10 menit bagi peserta untuk mengerjakannya. Setelah itu, beri kesempatan kepada para peserta yang merasa mampu menyelesaikannya untuk mengerjakannya di papan tulis. Peserta lain diminta memperhatikan apakah benar atau salah.
4.    Jika tak ada peserta yang mampu mengerjakannya, beri contoh jawabannya langsung dan amati apa reaksi setelah mengetahui jawaban tersebut.
5.    Tanyakan: mengapa tak bisa?
6.     Diskusikan dan analisis bersama jawaban tersebut sampai pada prinsip dasar dan hambatan kreativitas:
· kreativitas: takut salah, tak berani keluar dari kebiasaan, membatasi diri sendiri.
· kreativitas: jangan menghakimi, jangan takut salah, jangan membatasi diri.
b.  Potong Sebanyak Mungkin
Latar Belakang:
Seringkali peserta berhenti pada kesimpulan yang tergesa-gesa, merasa sudah cukup dan enggan mencoba kemungkinan lain.
         Tujuan:
Agar peserta menyadari bahwa kecenderungan untuk lekas puas seringkali tidak memberikan hasil yang memuaskan.
         Langkah-langkah:
1.    Buatlah gambar lingkaran di atas kertas koran, di depan kelas. Potonglah lingkaran tersebut dengan empat garis lurus sehingga diperoleh 8 potongan.
2.    Tanyakan kepada peserta: "Siapa yang bisa memotong lingkaran tersebut dengan empat garis lurus dan menghasilkan lebih dari 8 potongan?"
3.    Bila jawaban yang diberikan menghasilkan 9 potongan, tanyakan lagi: "Siapa yang bisa lebih dari 9 potongan!"
4.    Bila jawaban yang diberikan menghasilkan 10 potongan, tanyakan lagi: "Siapa yang bisa lebih dari 10!"
5.    Sebelum memulai permainan ini, terlebih dahulu pemandu mencoba sendiri. Jawaban terakhir adalah 11 potongan.
6.    Diskusikan apa hikmah dari permainan ini.
 c.   Berapa Bujursangkar
Pengantar:
Sering masalah-masalah dalam hidup dapat ditinjau dari beberapa segi. Oleh karena itu, patut kita pertimbangkan pandangan orang lain yang berbeda dengan pandangan kita, walaupun kita yakin pandangan kita benar.
Langkah-langkah:
1.    Buatlah gambar sebuah bujursangkar yang dibagi menjadi 16 bujursangkar kecil.
2.    Mintalah peserta menyebutkan jumlah bujur sangkar yang ada
3.    Peserta akan memberikan berbagai jawaban, misalnya: 16, 17, 22, 32, dan sebagainya.
4.    Bahaslah bersama kelompok: kenapa ada beberapa jawaban terhadap masalah yang sama.
 Kesimpulan: 
Dalam kehidupan sehari-hari, kita harus selalu berusaha untuk mengerti pandangan dan pemikiran orang lain serta pertimbangan-pertimbangan yang mendasarinya.

 d.  Penjepit Kertas
Tujuan:
Merangsangkan kreatifitas dan keberanian peserta untuk berpendapat
 Langkah-langkah:
1.     Tunjukkan kepada peserta sebuah penjepit kertas, atau apa saja benda kecil yang kira-kira dikenal oleh peserta
2.      Mintalah peserta untuk menuliskan apa saja kegunaan dari benda tersebut
3.      Batasi waktunya sampai 2 menit saja
4.      Catat semua jumlah dari masing-masing peserta, ajak mereka membahas mengapa ada yang banyak dan ada yang sedikit?
 D. Kerjasama
 Latar Belakang:
Dalam suatu latihan, semua peserta diharapkan menjadi satu kelompok ang kompak. Karena dengan kelompok yang kompak akan terjalin kerjasama yang mantap. Tetapi dapat juga sebaliknya, kerjasama yang baik di antara anggota kelompok, dapat menghasilkan kelompok yang kompak.
Untuk itu, diperlukan pokok bahasan khusus tentang kerjasama. Sebaiknya pokok bahasan ini disajikan segera setelah perkenalan, bersamaan dengan pokok bahasan komunikasi
Selanjutnya, hendaknya kebutuhan dan peningkatan kerjasama di antara peserta dengan peserta dan dengan pelatih diusahakan terus selama proses latihan.
 Tujuan:
1.      Peserta memahami prinsip-prinsip dasar kerjasama dalam suatu kelompok.
2.      Peserta memahami faktor-faktor penghambat dan penunjang terjadinya kerjasama dalam suatu kelompok.
3.      Peserta memahami dasar-dasar pembentukan suatu kerjasama yang baik.
 a.  Menggambar Rumah
Pengantar:
Latihan ini bisa digunakan untuk mendiskusikan kerjasama dan pengawasan di dalam kelompok. Kadang kita mengira bekerjasama dengan orang lain, padahal dalam kenyataan kita hanya mengawasi seluruh proses, tanpa kita sadari.
           Langkah-langkah:
1.   Mintalah peserta untuk berpasangan
2.  Peganglah ballpoint/pensil bersama-sama sedemikan rupa sehingga keduanya bisa menulis dan menggambar
3.   Di atas kertas yang dibagikan, keduanya menggambar secara bersama-sama dan menuliskan judulnya
4.    Selama menggambar dan menulis tidak boleh berbicara
 Bahan diskusi:
1.    Bagaimana perasaan dan reaksi Anda selama menggambar tadi?
2.   Faktor apa yang membantu dan menghambat Anda selama menggambar tadi? Kemudian, mintalah peserta membentuk kelompok 4 (dua pasangan bergabung) untuk mendiskusikan apakah ada hubungan antara pengalaman tadi dengan kenyataan sehari-hari dan masalah kerjasama. Waktunya cukup 15 menit saja, lalu setiap kelompok kecil mempresentasikannya di hadapan kelompok besar.
 b.  Bermain Tali
Latar Belakang:
Dalam segala hal, selalu akan kita hadapi berbagai masalah, dan kita tidak akan dapat terhindar dari masalah itu. Melalui kegiatan ini kita akan dihadapkan dengan suatu masalah dan bagaimana kita dapat keluar dari masalah itu.
 Bahan-bahan:  Tali rapia

Langkah-langkah:
1.      Potong tali rapia dengan ukuran 1.5 m dan bagikan kepada setiap peserta.
2.      Minta mereka berpasang-pasangan, lalu masing-masing ujung tali yang satu diikatkan ke tangan sebelah kiri. Sebelum mengikat tali yang satu lagi ke tangan kanan, silangkan tali tersebut ke tali pasangannya, kemudian ikatlah ke tangan kanan masing-masing; ingat, ikatan sebaiknya tidak terlalu kencang.
3.      Setelah itu minta mereka untuk dapat melepaskan diri dari ikatan tadi tanpa melepas ikatan tali.
4.      Jika ada pasangan yang telah berhasil melepaskan diri dari ikatan tersebut, mintalah mereka menunjukkan bagaimana cara mereka untuk melepaskan diri, kepada teman-teman yang lain.
5.      Tanyakan kepada mereka apa hikmah dari permainan tersebut
c.  Saling Percaya
Latihan ini dimaksudkan untuk melihat sejauh mana sebetulnya kita bisa mempercayai partner kita dalam bekerjasama. Untuk itu lakukanlah kegiatan berikut ini:
1.      Peserta diminta untuk mencari pasangannya masing-masing, yang secara fisik seimbang dan sama jenis kelamin.
2.      Secara bergantian mereka memijat pasangannya.
3.      Secara bergantian mereka mengendong pasangannya dengan posisi adu punggung.
4.      Secara bergantian mereka menampung tubuh pasangan yang menjatuhkan dirinya ke belakang dalam posisi berdiri tegak dan kaku. Begitu bergantian.
5.      Diskusikan bagaimana perasaan Anda ketika harus menjatuhkan diri ke belakang, apakah Anda merasa aman, khawatir? Kenapa?


 d.  Membimbing "Tuna Netra"
Dalam bekerja di masyarakat tentu kita pada saat-saat tertentu akan memegang peran sebagai pembimbing. Untuk itu diharapkan peserta memiliki sikap-sikap yang menunjang pelaksanaan tugasnya.
     Tujuan:
1.      Peserta dapat memahami bagaimana perasaan orang yang "buta" dalam arti tidak mempunyai pengetahuan dan pengertian.
2.      Peserta lebih peka terhadap perasaan dan kebutuhan orang yang ditolong.
3.      Peserta dapat memahami beberapa syarat untuk menjadi pembimbing.
      Tempat:  Di ruangan latihan dan sekitarnya.
      Bahan:  Kain/sapu tangan besar berwarna gelap secukupnya.
      Langkah-langkah:
1.      Peserta dibagi dalam 2 kelompok, A dan B. Mata dari masing-masing anggota kelompok A ditutup dengan kain atau saputangan besar berwarna gelap, sehingga tidak dapat melihat.
2.      Setiap orang di kelompok B (yang tidak tertutup matanya) masing-masing memilih salah satu orang dari kelompok A, sebagai pasangannya dan membimbing pasangannya kemana saja dan untuk apa saja supaya orang tersebut dapat merasakan sesuatu dengan memakai panca indera lain, selama 10-15 menit.
3.      Kain yang menutupi mata anggota kelompok A dibuka dan semua kembali ke tempat masing-masing untuk pemnbahasan.
     Pembahasan: 
     Fasilitator mengajukan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
     Kepada kelompok A (yang dibimbing):
1.      Bagaimana perasaan saudara selama matanya ditutup?
2.      Pengalaman apa yang paling mengesankan selama matanya ditutup?
3.      Bagaimanakah perasaan saudara terhadap pembimbing saudara? Apakah ada kecurigaan kepadanya, apa alasannya? Apakah saudara merasa mendapat perhatian darinya? Buktinya? Apakah saudara merasa dipermainkan, misalnya?
      Kepada kelompok B (yang membimbing):
1.      Bagaimana perasaan saudara salama membimbing orang?
2.      Usaha apa yang sengaja Anda lakukan selama membimbing:
·        Mencari hal-hal yang mudah bagi yang dibimbing? Mencari hal-hal yang menyulitkan? Memberi perhatian sepenuhnya? Kadang-kadang membiarkan agar dia bebas bergerak? Apakah saudara menceriterakan keadaan yang sedang dihadapi?
·        Dari jawaban dan komentar para pemain, kita simpulkan beberapa hal yang penting tentang bimbingan. Bagaimana sebaiknya seorang pembimbing dalam bersikap, bertindak dan berbuat.
     Pembimbing yang Baik:
1.     Tidak membiarkan yang dibimbing bebas mengambil kegiatan sekehendaknya sendiri.
2.      Tetapi juga tidak selalu mengikat yang dibimbing dan hanya bebas  bertindak sesuai dengan kehendaknya.
3.     Selalu memberikan uraian yang wajar, tidak menakut-nakuti, tidak mengecilkan hambatan yang sedang dihadapi.
4.      Bertindak berdasarkan perasaan dan kemampuan yang dibimbing
5.      Menyerahkan tugas yang mampu dikerjakan oleh yang dibimbing.
6.      Tut wuri handayani.


Refleksi Kerjasama
Latihan ini sebaiknya diakhiri dengan mengajak peserta melakukan curah pendapat mengenai hal-hal yang perlu dan yang tabu dalam Kerjasama. Salinlah semua ungkapan peserta tanpa kritik. Setelah itu, mintalah mereka untuk membahasnya, sampai akhirnya kelompok menghasilkan satu daftar tentang hal-hal yang perlu diperhatikan dalam bekerjasama.
 [[ E.    Komunikasi
     Latar Belakang:
Kebersamaan dan keterbukaan di antara para peserta harus dapat diungkapkan baik lewat tindakan maupun ucapan. Oleh karenanya, ketrampilan berkomunikasi sangat diperlukan, dan harus menjadi pokok bahasan yang penting dalam pengembangan kelompok.


    Tujuan:
1.      Peserta menyadari pentingnya komunikasi dalam suatu kelompok, bahwa kelompok baru dapat berfungsi dengan baik apabila terjadi komunikasi antar orang-orang yang terlibat di dalamnya.
2.      Peserta mengetahui prinsip-prinsip dasar sebuah proses komunikasi antar manusia dalam sebuah kelompok.
3.      Peserta mengetahui dan mengalami sendiri beberapa jenis hambatan utama dalam proses komunikasi dalam kelompok.
 a.  MenggambarTopeng
      Prosedur:
1.      Buatlah gambar topeng (secara sederhana) di atas kertas koran
2.      Perlihatkanlah gambar tersebut kepada peserta, dan bila seluruh peserta telah melihat, ambillah gambar tersebut
3.      Ulangi secara singkat proses komunikasi
4.      Kemudian minta setiap peserta menggambar topeng seperti yang diperlihatkan tadi, di atas sehelai kertas
5.      Kembali perlihatkan gambar yang asli, lalu setiap peserta memeriksa gambar yang dibuat teman di sebelahnya (saling tukar)
6.      Ajaklah peserta untuk membahas kenapa bisa terjadi penyimpangan dari bentuk aslinya? Apakah disengaja? Bagaimana kalau yang ingin disampaikan itu pesan dalam bentuk kata-kata, lebih sulit atau mudah menirukannya?
7.      Buatlah bersama peserta semacam daftar hal-hal yang menghambat dan menunjang komunikasi, kemudian syarat-syarat komunikasi yang baik


 b.  Mari Menggambar
Komunikasi Satu dan Dua-Arah
Tujuan
1.      Peserta memahami dan menyadari bahwa komunikasi dua-arah lebih efektif dibanding komunikasi satu-arah.
2.      Peserta memahami prinsip-prinsip dasar komunikasi antar menusia.
           Pokok Bahasan:
1.      Asas komunikasi antar manusia
2.      Efektifitas & Media Komunikasi
3.      Komunikasi Satu dan Dua-Arah
            Waktu:  90 menit efektif
 Peralatan:
1.      Gambar bentuk
2.      Lembar Pencatatan
Proses:
1.      Penjelasan singkat tentang tentang tujuan dan materi pokok acara ini.
2.      Minta seorang peserta sebagai sukarelawan untuk tampil ke depan kelas. Peserta lain diminta menyiapkan kertas kosong dan pensil/pen.
3.      Jelaskan bahwa sukarelawan tadi adalah penyiar TV untuk acara "Mari Menggambar", dan para peserta adalah pirsawan yang belajar menggambar. Mereka harus menggambar sesuai dengan keterangan sang penyiar. Karena ini acara TV, maka tentu saja peserta tidak boleh bertanya sementara sang penyiar tidak boleh memperlihatkan gambarnya. Setelah jelas, minta sang penyiar mulai melaksanakan acaranya.
4.      Setelah selasai, sang penyiar TV kembali ke tempat dan minta seorang peserta lain maju sebagai sukarelawan, peserta lain menyiapkan kertas kosong baru. Jelaskan bahwa sekarang adalah acara "Pelajaran Menggambar" di kelas dengan sukarelawan tadi sebagai gurunya. Caranya sama dengan acara TV tadi, hanya kali ini boleh bertanya, tapi tetap tak boleh memperlihatkan gambarnya. Setelah jelas, minta sang guru segera memulai pelajarannya.
5.      Setelah selesai, sang guru boleh kembali duduk ke tempat semula dan minta seorang sukarelawan baru lagi untuk maju ke depan. Jelaskan bahwa sukarelawan baru ini adalah "entah siapa" yg akan mengajar semua peserta menggambar, dan minta peserta menyiapkan kertas kosong baru. Kali ini, acara bebas sama sekali (boleh tanya dan boleh apa saja, terserah sang sukarelawan dan peserta). Kemudian minta sang sukarelawan mulai acaranya.
6.      Setelah selesai, bandingkan hasil gambar ketiga proses tadi dengan mencatatnya di papan tulis.
7.      Ajak seluruh peserta kemudian mendiskusikan: mengapa hasilnya demikian. Minta mereka mengungkapkan kesan dan pengalaman mereka.
8.      Simpulkan bersama hasil diskusi ini sesuai dengan ungkapan dan analisa peserta.

 c.   Klinik Desas-Desus
Latar Belakang:
Dalam penyampaian informasi seringkali timbul masalah dalam penafsiran. Hal ini disebabkan putusnya atau tidak sampainya informasi secara utuh.
         Tujuan:
Peserta dapat menyampaikan dan menggambarkan proses terjadinya penyimpangan dalam berkomunikasi, dan menyadari pentingnya menghindari penyimpangan tersebut serta dapat berkomunikasi dengan baik.
Langkah-langkah:
1.      Pemandu menyiapkan teks pesan yang ingin disampaikan, tuliskan di atas secarik kertas. Hendaknya pesan tersebut tidak lebih dari lima kalimat dan menyangkut kejadian-kejadian yang berarti bagi peserta. Usahakan urutan penyajiannya tidak teratur dan ada beberapa angka, kata-kata sulit, dan sebagainya.
2.      Bagi peserta dalam 3 kelompok, pisahkan tempat mereka dengan jarak kira-kira 4-5 meter
3.      Setiap kelompok diminta untuk berhitung, sehingga setiap anggota mempunyai nomor urut
4.      Semua peserta yang bernomor satu diminta untuk menemui pemandu di tempat yang agak terpisah (di luar kelas)
5.      Pemandu membacakan pesan kepada semua peserta yang bernomor satu sebanyak dua kali. Peserta tidak diijinkan bertanya kepada pemandu
6.      Kemudian, peserta bernomor satu diminta untuk membisikkan pesan tersebut kepada peserta nomor dua dari masing-masing kelompok. Demikian pula, peserta nomor dua membisikkannya kepada peserta nomor tiga, dan begitu seterusnya. Selama proses penyampaian, tidak diijinkan bertanya.
7.      Setelah semua anggota nomor akhir dari masing-masing kelompok menerima pesan, peserta tersebut harus menuliskan pesan yang diterimanya, kemudian maju ke depan kelas untuk membacakannya
8.      Kemudian pemandu membacakan pesan yang asli kepada semua peserta
9.      Ajaklah peserta untuk bersama-sama membahas apa yang terjadi. Apakah pesan sampai sebagaimana aslinya? Kenapa? Apa saja yang menyebabkan pesan menyimpang dari aslinya?
 d.  Menggambar Bersama
Latar Belakang:
Sebuah kelompok baru dapat berfungsi sebagaimana mestinya apabila terjadi komunikasi antar orang-orang yang terlibat di dalamnya
Tujuan:  Peserta menyadari arti pentingnya komunikasi dalam satu kelompok
Langkah-langkah:
1.      Peserta dibagi dalam kelompok kecil (5 orang) dan setiap anggota kelompok memiliki nomor urut sendiri-sendiri dari nomor satu sampai nomor lima
2.      Tiap kelompok mendapat selembar kertas plano dan sebuah spidol untuk menggambar
3.      Secara berurutan setiap menit, setiap orang dalam kelompok masing-masing diminta menggambar pada kertas plano yang ada, dengan syarat: tidak boleh bertanya atau bicara satu sama lain, setiap orang menggambar apa yang dimaui dan dipikirkan sendiri, kemudian dilanjutkan oleh yang lain pada kertas yang sama menurut apa yang dimaui dan dipikirkan sendiri pula, dan seterusnya sampai seluruh anggota kelompok memperoleh bagian waktunya masing-masing untuk menggambar

Bahan Diskusi:
1.      Berapa kelompok yang mampu menghasilkan gambar yang utuh dan jelas?
2.      Apa kesan dan perasaan setiap orang terhadap hasil gambar kelompoknya?
3.      Bagaimana seharusnya proses yang ditempuh agar hasil kerja bersama itu memuaskan semua orang dalam kelompok yang bersangkutan?


 SYARAT SUPAYA PESAN MUDAH DIFAHAMI
PESAN YANG MUDAH DITERIMA


A. Persiapan:
1.      Topiknya dipahami dengan jelas.
2.      Berkaitan dengan pengalaman penerima.

B. Susunan Pesan:
1.      Runtut, kata kunci dan konsep kunci diberi tekanan.
2.      Ringkas, padat, tidak bertele-tele.
3.      Penyampaian yang menarik, pesan harus memikat perhatian.

C. Teknik Penyampaian:
1.      Suara cukup keras dan jelas, tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat.
2.      Ada hubungan baik dengan penerima, dapat dipercaya.

D. Tambahan (untuk pesan-pesan tertentu):
1.      Bisa diperagakan, realistik, fakta dan bukan opini.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar