Senin, 19 April 2021

CARA PENGAWETAN ALAT PENANGKPAN IKAN

 

CARA PENGAWETAN ALAT PENANGKPAN IKAN


a. Tujuan Pengawetan secara umum

Secara umum tujuan pengawetan alat – alat penangkapan ikan adalah meliputi :

1)   Untuk mempertahankan agar alat tangkap dapat tahan lama.

2)   Penghematan biaya dan tenaga.

3)   Memperlancar operasional.

Hal – hal seperti teresbut di atas dapat dimaklumi karena pengawetan alat – alat penangkapan ikan bukan hanya membuat alat agar menjadi tahan lama saja, karena di samping usaha untuk mempertahankan keawetan alat masih terkandung tujuan – tujuan lain seperti dengan semakin awetnya alat maka berarti orang tidak selalu membuat alat yang baru lagi sehingga baik biaya yang besar maupun tenaga untuk pembuatan dapat dihemat. Di samping itu juga dengan alat yang tidak selalu ( sering ) rusak maka rencana operasional dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan perencanaan.

 

b. Tujuan Pengawetan secara khusus

Sebagaimana telah di sampaikan di muka tentang sebab – sebab kerusakan alat, maka tujuan khusus dari pengawetan alat adalah untuk mencegah dari segala sebab yang mengakibatkan kerusakan pada alat di antaranya adalah untuk memberikan perlindungan terhadap :

1)    Kerusakan ( pergesekan ) mekanis.

2)    Pengaruh terjadinya proses kimia 9 terutama oksigen ).

3)    Micro organisme atau jasad – jasad renik.

4)    Pengaruh alam ( terutama sinar mathari ).

 

c. Cara Pengawetan.

Berbagai cara penagewatan telah dilakukan orang sejak lama baik pengawetan secara langsung maupun yang tidak langsung. Pengawetan yang tidak langsung di sini diartikan segala usaha untuk menjaga keawetan alat penangkapan ikan dengan jalan pemeliharaan sebaik – baiknya dan hal ini telah diuraikan di atas tentang pemeliharaan.

Secara umum pengawetan secara langsung pada bahan alat penangkapan ikan dilakukan dengan tiga cara yaitu :

a.    Dengan cara mencegah kontaminasi.

b.    Dengan cara sterilisasi dan.

c.    Dengan cara kombinasi antar ke 1 dan 2

 

Cara pengawetan ada 2, yaitu :

a.    Secara tidak langsung, yaitu dengan jalan pemeliharaan

b.    Secara langsung, yaitu :

1)    dengan cara mencegah kontaminasi

2)    dengan cara sterilisasi

3)    dengan cara kombinasi

 

d. Cara mencegah kontaminasi

Dilakukan dengan cara menyamak alat penangkap ikan dengan bahan penyamak Tujuan penyamakan, yaitu bahan dapat terlindung oleh bahan penyamak dari kontaminasi bakteri atau jasad renik lainnya

Ada 3 bahan penyamak yang biasa digunakan oleh nelayan :

a.    Bahan penyamak nabati : tingi, turi dsb

b.    Bahan penyamak hewani : putih telur dan darah

c.    Bahan penyamak kimia : ter, coffer dan napthenase

 

e. Cara sterilisasi

Cara Pengawetan ini hampir tidak pernah dilakukan oleh nelayan walaupun kadang – kadang mereka melakukan juga secara tidak sadar.

Tujuannya adalah untuk membunuh mikroorganisme yang melekat pada alat penangkap ikan, agar tidak merusak.

Cara sterilisasi ini pada umumnya dilakukan dengan cara :

              1.      Menjemur alat pada panas matahari

Bahan jaring dari serat alam harus dijemur dengan sinar matahari terik, tetapi bahan dari serat sintetis tidak boleh dijemur dengan sinar matahari terik Penjemuran untuk membunuh atau mencegah aktifitas miokroorganisme yang menempel pada alat jaring.

              2.      Perebusan

*  alat direbus atau dimasukkan pada air yang mendidih, agar mikroorganisme yang menempel akan mati

*  Setelah direbus, lalu dijemur pada matahari sampai kering

 

f.   Cara kombinasi

Secara tidak sadar cara ini paling banyak dilakukan oleh nelayan


Sumber : Bahan Ajar  Pelatihan Pengoperasian Alat Tangkap Jaring Insang Oleh Tim Penangkapan Bppp Tegal

 


Selasa, 13 April 2021

PENGENDALIAN PENYAKIT PADA BUDIDAYA LOBSTER LAUT

 

PENGENDALIAN PENYAKIT

PADA BUDIDAYA LOBSTER LAUT



1.    Milky haemolymph disease (Milky disease) atau penyakit susu

a.    Tanda-tanda klinis: warna perut berubah dari bening menjadi opalescence (putih susu); otot perut berwarna keputihan; hemolimph milkfish (darah udang berwarna putih susu dan apabila udang dilukai, maka darah tetap cair/ tidak menjendal setelah lebih dari 1 menit), tidak beraroma.

b.    Lobster yang terinfeksi tidak mau makan dan akan mati dalam waktu 3-5 hari setelah muncul tanda-tanda klinis.

c.    Agen penyebab: Bakteri yang menyerupai Rickettsia, agen parasitik intra seluler. Patogen oportunistik terkait dengan faktor-faktor degradasi lingkungan dan kondisi kesehatan lobster yang buruk.

d.    Pengobatan: Pemberian Oxytetracycline Solution pada Lobster yang sakit dan permberian Oxytetracycline Solution dihentikan 1 bulan sebelum dipanen



2.    Sindrom kepala besar

a.    Tanda-tanda klinis: bagian karapas abnormal menjadi besar dan pertumbuhan lobster terhambat; lobster yang terinfeksi sulit untuk berganti kulit (moulting).

b.    Agen penyebab: kekurangan nutrisi.

c.    Pengobatan: harus diberikan pakan berkualitas tinggi yang dilengkapi dengan Vitamin C; harus dipastikan mendapat asupan pakan yang cukup

3.    Sindrom permen karet

a.    Fenomena ini ditemukan terutama pada lobster betina dewasa (Ukuran >50 gram).

b.    Agen penyebab: Lobster jantan.

c.    Pencegahan: Pemisahan budidaya antara Jantan dan Betina.

4.    Sindrom kepala terlepas

a.    Tanda-tanda klinis: Bagian antara karapas dan abdomen terpisah dan menggembung karena adanya cairan di bawah epiderma.

b.    Agen penyebab: salinitas rendah (<25 ppt).

c.    Pengobatan: memindahkan lokasi budidaya lobster ke lokasi dengan salinitas yang lebih tinggi dan stabil (≥25 ppt).


5.    Sindrom moulting yang tidak tuntas

a.    Sindrom ini ditemukan pada semua spesies yang dibudidayakan pada semua tahap, namun terutama menyerang pada tahap awal

b.    Agen penyebab: belum diketahui, namun demikian pakan (baik kuantitas dan kualitas) diduga menjadi faktor yang paling mempengaruhi.

c.    Pencegahan: meningkatkan kualitas pakan dan kuantitasnya cukup serta memastikan semua parameter kualitas air dalam rentang adaptif untuk lobster

 

Sumber : SOP Budidaya Lobster Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Kementrian kelautan dan Perikanan RI Tahun 2020