Minggu, 03 Maret 2019

TAHAP DALAM PENGOLAHAN LIMBAH TAMBAK

Geliat bisnis udang semakin meningkat ditunjukkan dengan bertambahnya tambak dan produksi udang. Tidak heran, udang adalah komoditas yang mendatangkan untung besar karena serapan pasaranya tidak hanya lokal tapi juga internasional. Indonesia dikenal sebagai pengekspor udang ke negara-negara seperti China dan Amerika Serikat.


Namun, semakin banyaknya tambak, semakin banyak pula limbah yang dihasilkan. Seperti halnya budidaya perairan lainnya, limbah tambak udang mengandung banyak sedimen hasil dari tumpukan feses dan sisa pakan. Seperti yang disebutkan pada artikel ini, dalam air limbah tambak ada sekitar 300 kg sedimen nitrogen, 250 kg sedimen fosfor, dan 2000 kg sedimen karbon organik. Senyawa ini tentu akan menurunkan kualitas perairan di sekitar jika langsung dibuang tanpa diolah. Dampaknya, ketika air dari lingkungan diambil untuk siklus budidaya baru, kualitasnya sudah buruk sehingga memicu penyakitseperti white feces disease (WFD) atau penyakit diakibatkan virus myonecrosis yang mewabah bagi udang.

Oleh karena itu, penting bagi petambak untuk mengolah air buangan tambaknya. Seperti air input, maka air output pun perlu dibuat tandon. Ada beberapa tahap tandon water treatment untuk air limbah, di antaranya adalah;
  • Kolam pengendapan
 Kolam ini adalah kolam pertama kali limbah tambak dibuang. Sesuai namanya, pada kolam ini diendapkan sedimen atau total suspended solid (TSS). TSS kemudian dapat dimanfaatkan sebagai pupuk. Selain itu, kolam ini juga digunakan untuk menurunkan kadar H2S yang menimbulkan bau busuk pada limbah. 
  • Kolam oksigenasi
 Kadar oksigen terlarut atau OD (oxygen dissolved) ditingkatkan di kolam ini dengan proses aerasi menggunakan aerator. Berbeda dengan OD, disini kadar BOD (biochemical oxygen demand) atau kebutuhan oksigen biologis dikurangi. Kadar BOD menunjukkan banyaknya senyawa organik di dalam media perairan.
  • Kolam biokonversi
Pada kolam ini, senyawa yang dapat menyebabkan eutrofikasi (pertumbuhan tumbuhan air yang sangat cepat dan menganggu akibat air yang mengandung nutrien berlebih) diubah.

Proses biokonversi ini dapat berupa proses fotoautotrof yang menghasilkan plankton bermanfaat, kemoautotrof yang melibatkan Nitrobacter dan Nitrosomonas, dan heteroautotrof yang meningkatkan jumlah Bacillus, bakteri yang baik untuk pakan alami. Dikutip dari artikel Trobos Aqua, proses sintesa ini tidak hanya dilakukan pada saat air sudah menjadi limbah siap buang, tetapi juga dapat dilakukan ketika budidaya masih berlangsung untuk memicu pertumbuhan udang. Rekayasa perairan ini dipaparkan oleh De Recta Geson, praktisi perudangan. Plankton yang dihasilkan dari proses autotrof dapat meningkatkan kadar oksigen yang baik untuk pertumbuhan udang. Sama halnya dengan peningkatan jumlah Bacillusdari proses heteroautotrof yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan tambahan bagi udang.
  • Kolam penampungan
Air yang sudah melalui perlakuan di atas kemudian ditampung di kolam ini sebelum akhirnya dibuang.

Informasi di atas dapat Anda lihat dalam bentuk visual di bawah ini;


Pengolahan air limbah ini terlihat memiliki banyak tahapan dan sebagian petambak menganggap sebagai pemborosan modal maupun lahan. Padahal, biaya yang dikeluarkan untuk waste water management ini adalah investasi untuk keberlanjutan kualitas budidaya udang dan lingkungan sekitar.

Sumber:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar